3. Belajar dari peristiwa ke tiga, orangtua perlu selalu membangun komunikasi terbuka dengan anak, dan itu harus menjadi budaya keluarga. Termasuk membangun komunikasi di situs pertemanan. Di situs pertemanan orang tua dapat menjadi teman anak-anak untuk memantau mereka. Selalu tanyakan apa saja yang mereka akses di dunia maya. Disamping itu orang tua harus dapat dipercaya sama anak-anaknya sehingga bila ada apa-apa, anak-anak akan selalu cerita sama orang tua. Sehingga orang tua pun tahu sejauh mana perkembangan anaknya.
4. Selalu dampingi anak saat mereka mempergunakan komputer. Berangkat peristiwa kedua, menyediakan internet di rumah belum dapat dipastikan anak aman dari virus berbahaya yang ada pada dunia maya. Begitu juga pengawasan, tidak cukup hanya melihat anak-anak ada di rumah atau dengan menitipkan pesan pada pembantu atau orang yang diminta untuk menjaga anak kita. Namun intinya orang tua harus tahu apa yang anak-anak kerjakan dengan komputer/gadget mereka, serta memberi arahan yang tepat untuk mereka.
5. Sebaiknya orang tua mempertimbangkan sekali lagi segala permintaan anak terhadap kebutuhan teknologi. Terlebih bagi anak yang berusia di bawah 13 tahun.
Saya sangat berharap media sosial online dapat dijadikan wahana informasi dan kegiatan positif bagi anak-anak dan perempuan dengan tetap terus berhati-hati, jangan sampai membunuhmu untuk segala dampak negatifnya atau mata pisau negatifnya. Saya yakin dengan kita menerapkan berbagai solusi di atas, Insya Allah akan terbentuk karakter yang baik pada diri anak-anak kita dan tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan luar. Harapan membangun keluarga berketahanan dan  berkarakter nasional-pun dapat terwujud.
***