Mohon tunggu...
Ikhtiyatoh
Ikhtiyatoh Mohon Tunggu... Pengembara

"Jangan memaksakan diri untuk berlari jika memang tak mampu. Cukup kiranya tidak berjalan di tempat hingga hidupmu lebih bermanfaat untuk orang banyak".

Selanjutnya

Tutup

New World

Apalah Arti Kemerdekaan Palestina Jika Israel Masih Menginvasi Gaza

25 September 2025   22:55 Diperbarui: 25 September 2025   22:55 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Risalah Amar

Ketiga, Mahmoud Abbas sempat meminta Hamas untuk melucuti senjata dan membebaskan tawanan tentara Israel yang tersisa demi mengakhiri perang. Bisa dibayangkan jika Hamas mengikuti perintah Presiden Otoritas Palestina tersebut. Hamas lebih mudah ditaklukkan hingga Gaza bisa dikosongkan dengan mudah.

Apa yang diinginkan Israel terhadap warga Gaza adalah bersikap seperti warga Tepi Barat, yaitu tidak mengangkat senjata. Dengan demikian, Israel leluasa menuntaskna misinya. Nahasnya, pelucutan senjata Hamas dan penyerahan kendali Gaza kepada Otoritas Palestina menjadi poin kunci 'Deklarasi New York'.

Keempat, Trump sempat mengungkapkan ingin menjadikan Gaza sebagai 'Riviera Timur Tengah' atau destinasi wisata mewah. Isu renggangnya hubungan Trump-Netanyahu disebut-sebut karena Trump menganggap Netanyahu terlalu keras. Trump menyatakan ingin memulihkan wilayah Gaza yang hancur dengan membangun proyek 'Riviera Timur Tengah'.

Ide Trump tampak manis. Apalagi dibalut alasan demi perdamaian dan kemakmuran warga Gaza. Namun, Proyek 'Riviera Timur Tengah' ala Trump dibarengi dengan kebijakan mengungsikan warga Gaza ke negara lain. Artinya, arah kebijakan Trump sebenarnya sama dengan Netanyahu, yaitu mengosongkan Gaza.

Kelima, Israel memblokade total masuknya bantuan kemanusiaan dengan dalih membatasi gerak Hamas. Israel telah nyata menjadikan pelaparan sebagai senjata baru untuk mengosongkan Gaza. Gerbang Rafah ditutup total sejak 2 Maret 2025 hingga kematian warga Gaza akibat malnutrisi tak bisa dihindari.

Israel dan AS kemudian membentuk Gaza Humanitarian Foundation (GHF) untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan. Nahasnya, GHF bak umpan mematikan. Tatkala warga Gaza mengantri makanan, mereka dikirimi peledak. Tragis. Warga Gaza hanya bisa memilih 'mati kelaparan' atau 'mempertaruhkan nyawa demi mendapat makanan'.

Data Kementerian Kesehatan Palestina-Gaza per 24 September 2025 menyebutkan jumlah korban syuhada dari pencarian bantuan sebanyak 2.531 dan lebih dari 18.531 luka-luka (Risalah Amar). Israel juga menghalangi masuknya bahan bakar untuk pengoperasian rumah sakit, sumur air, dan sektor vital lainnya.

Warning Israel Raya

Memosisikan diri sebagai rakyat Palestina sungguh menyakitkan. Rasa sakit bukan karena luka peluru dan bom, tetapi karena khianatnya para penguasa muslim. Korban rakyat Palestina, khususnya Gaza terus berjatuhan. Namun, para pemimpin muslim di dunia urung tergerak hatinya guna mengirimkan militernya.

Mirisnya, setelah Qatar diserang pun belum terlihat tanda-tanda pembalasan serangan dari Negara Teluk. Mereka masih sebatas mengutuk. Lebih miris lagi, pemimpin Negara Teluk justru 'berangkulan' dengan sekutu Israel, AS. Seolah-olah pengorbanan rakyat Palestina belum cukup. Seolah-olah kedzaliman Israel masih kurang.

Lawatan Trump ke Negara Teluk pada Mei lalu sukses memboyong investasi US$2 triliun. Kerjasama tersebut meliputi berbagai sektor seperti pertahanan, penerbangan, teknologi hingga energi. Tidakkah Negara Teluk paham bahwa investasi tersebut bisa lebih menguatkan AS hingga lebih masif menyokong Israel?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun