Pemukim terus mempertanyakan keseriusan Netanyahu dalam upaya pembebasan tahanan. Namun, jangankan warga sipil, pasukan militer Israel (IDF) pun tak melihat keseriusan Netanyahu melindungi hak-hak mereka. Tak sedikit IDF kelelahan, trauma, dan mengalami gangguan mental hingga akhirnya membelot tak mau berperang.
Narasi Sesat Dibangun
Presiden AS sebelumnya, Joe Biden sebenarnya telah menyetujui Two-State Solution. Anehnya, pemerintah AS di bawah kepemimpinan Trump justru menolak. Namun, penolakan keras Trump setidaknya menunjukkan AS masih sejalan dengan Israel. Seperti diketahui, hubungan Trump-Netanyahu sempat diisukan renggang.
Sejak masuk wilayah Palestina (1917) pemukim kerap melakukan provokasi, merampas hak, kehormatan, dan tanah warga Palestina. Peperangan yang terjadi sebelum-sebelumnya tak menghasilkan kemerdekaan, tetapi menjadikan wilayah yang diduduki Israel meluas. Sungguh, entitas Yahudi tak memiliki kemampuan super tanpa dukungan Barat.
Terkait kemerdekaan Palestina, Netanyahu bersumpah tak akan ada Negara Palestina. Hal ini wajar karena pasti ada kekhawatiran akan kandasnya ambisi Israel mewujudkan Greater Israel (Israel Raya). Jika diperhatikan, berbagai kebijakan Israel atas Palestina adalah dalam rangka mempersiapkan ambisi tersebut.
Pecahnya Badai Al-Aqso salah satunya karena Netanyahu memamerkan sebuah peta saat berpidato di Majelis Umum PBB, Jum'at (22/9/2023). Peta yang dipamerkan Netanyahu bertuliskan 'Timur Tengah Baru (The New Middle East) yang mana Tepi Barat dan Jalur Gaza menjadi bagian Israel.Â
Selain itu, berbagai narasi dibangun oleh pihak Israel sekutu demi membenarkan kebijakannya melakukan invasi guna mengosongkan Gaza. Dengan Gaza sudah dikosongkan, Palestina bisa ditaklukkan sepenuhnya. Adapun narasi dimaksud di antaranya:
Pertama, dimunculkan narasi bahwa apa yang dilakukan Israel merupakan reaksi dari Operasi Badai Al-Aqso tanggal 7 Oktober 2023. Hamas dianggap sebagai pemberontak dam teroris hingga harus dihabisi. Narasi tersebut sempat membelokkan persepsi sebagian masyarakat dunia tentang siapa yang seharusnya dipersalahkan.
Mirisnya, sebagian muslim sempat turut menyalahkan Hamas sebagai penyebab terjadinya pengosongan di Gaza. Padahal, tindakan Hamas adalah hal alamiah yang dilakukan suatu masyarakat dalam rangka mengusir penjajah. Justru aneh jika warga Palestina, termasuk Gaza diam menyaksikan tanah dan kehormatannya dirampas.
Kedua, Israel berdalih serangan dilakukan demi memburu Hamas. Namun, korban lebih banyak warga sipil baik anak-anak, wanita maupun lansia. Rumah sakit dan tenaga medis pun turut disasar hingga korban luka tak terselamatkan. Tak berlebihan menyatakan Israel melakukan Genosida atas Gaza.
Demikian pula dengan kebijakan Israel meratakan Menara Soussi setelah memaksa warga Gaza mengungsi, Ahad (7/9/2025). Israel mengklaim menara setinggi 15 lantai tersebut digunakan Hamas. Mirisnya, perintah mengungsi dilakukan 20 menit sebelum serangan hingga menewaskan 56 warga sipil (jawapost.com, 8/9/2025).Â