Terkait serangan di Doha, pihak Hamas mengumumkan ada enam orang Hamas gugur. Akan tetapi, para delegasi yang merupakan pimpinan Hamas selamat. Serangan di Doha bisa menjadi pelajaran penting dan berharga bagi dunia Islam. Selama ini, para pemimpin negeri muslim di dunia hanya beretorika melihat banjir darah di Palestina.
Padahal, apa yang terjadi di Palestina, khususnya Gaza merupakan pelanggaran HAM berat. Berbagai pelanggaran hukum internasional terjadi di sana. Mulai dari pemakaian bom fosfor putih, serangan terhadap anak-anak, wanita, orang tua, dokter, tenaga kesehatan, jurnalis, serangan terhadap rumah sakit dan sekolah hingga pelaparan yang disengaja.
Mirisnya, pemimpin negeri-negeri muslim, termasuk pemimpin negara-negara Arab hanya mampu mengecam. Lebih miris lagi ketika ibu kota Qatar, Doha diserang, pemimpin negara-negara Arab, termasuk Negara Teluk pun hanya mampu mengutuk. Kondisi muslimin usai keruntuhan Utsmaniah pasca Perang Dunia I benar-benar tak lagi bertaring.
Ironis. Keberadaan pangkalan militer AS di Qatar seharusnya bisa menjamin keselamatan Negara Teluk tersebut. Lebih dari itu, Trump baru saja mendapatkan komitmen investasi dari Qatar senilai US$1,2 triliun. Sayangnya, kerjasama militer dan bisnis kedua negara tersebut tak menjadikan AS lebih melindungi Qatar. Â
Selain Qatar, Arab Saudi juga berkomitmen untuk berinvestasi sebesar US$600 miliar sementara Uni Emirat Arab berkomitmen sebesar US$200 miliar. Investasi negara-negara Teluk tersebut diperoleh setelah Trump melakukan lawatan pada Mei lalu. Lawatan Trump ke Negara Teluk murni bisnis dan tidak membahas krisis Gaza (liputan6.com, 17/5/2025).
Lalu, apa pelajaran paling berharga atas serangan Israel terhadap Doha? Melihat serangan Israel di Doha, Trump cenderung menutup mata dan terkesan berlepas tangan. Sikap tersebut menyiratkan makna, setunduk-tunduknya penguasa muslim terhadap AS, Negeri Paman Sam tersebut tak akan membela dan melindungi negeri muslim ketika mendapat ancaman dari luar.
AS merupakan sekutu Qatar sekaligus sekutu Israel. Khusus masalah Palestina, AS jelas lebih membela Israel dibandingkan negara sekutu lainnya. Selama ini, penguasa muslim di dunia terkesan takut dengan AS hingga tak berani bersikap lebih dari sekadar beretorika. Sayangnya, menjadi kawan AS juga tak menjamin keselamatan dan keamanan dalam negeri.
Bagi Hamas, serangan di Doha juga menjadi pelajaran penting. Mengharapkan perlindungan dari negeri-negeri muslim dalam kondisi saat ini sangat mustakhil. Lebih mustakhil lagi mengharap lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menjaga perdamaian dunia. Sementara itu, upaya melakukan negosiasi gencatan senjata lebih tampak ilusi.
Artinya, memang tak ada jalan lain selain melanjutkan jihad. Keberadaan suatu negara yang setara dengan Israel dan Amerika sudah menjadi keharusan. Suatu negara yang takut hanya kepada Allah SWT. dan memahami jihad sebagai puncak keagungan Islam. Suatu negara yang lebih mengutamakan kehormatan muslimin dibanding tunduk pada negara asing.
Tak berlebihan jika sebagian muslimin merindukan Khilafah. Sistem pemerintahan Islam tersebut terbukti menjadikan muslimin meraih puncak kemuliaan tertinggi. Tak heran jika Netanyahu menyatakan, tak akan membiarkan Kekhilafahan berdiri dalam bentuk apa pun. Netanyahu jelas paham jika hal itu terjadi, maka visi misi Israel di Palestina akan terhenti.