Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Misteri Konklaf: 6 Kandidat Calon Paus Pengganti Fransiskus

22 April 2025   23:06 Diperbarui: 22 April 2025   23:06 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Calon Penerus Paus (kolase)

Reinhard Marx, Uskup Agung Munich, adalah sosok progresif yang tak segan berdebat dengan Vatikan. Ia mendukung "Synodal Path" di Jerman---forum dialog kontroversial yang membahas isu seperti homoseksualitas, imam perempuan, dan peran wanita. Bagi kaum konservatif, ini ancaman bagi kesatuan Gereja. Tapi bagi yang ingin Gereja lebih inklusif, Marx adalah simbol keberanian. 

Pada 2021, ia mengejutkan dunia dengan mengundurkan diri sebagai uskup---langkah simbolis untuk menebus dosa skandal pelecehan seksual di Jerman. Tapi Fransiskus menolak pengunduran itu, memintanya tetap melayani. Marx adalah cermin dilema Gereja modern: bagaimana merangkul zaman baru tanpa kehilangan identitas? 

Christoph Schnborn: Murid Kesayangan Benediktus yang Terbelah 

Christoph Schnborn, Uskup Agung Wina, adalah murid Paus Benediktus XVI. Tapi ia justru mendukung reformasi Fransiskus, termasuk penerimaan terhadap pasangan bercerai. 

Schnborn sendiri adalah anak korban perceraian---pengalaman pribadi yang membentuk pandangannya. Di satu sisi, ia dihormati kalangan tradisional karena keahliannya dalam Katekismus. Di sisi lain, dukungannya terhadap diakon perempuan dan persatuan sipil membuatnya dicurigai sebagai "liberal". 

Schnborn adalah penengah alami. Tapi di usia 80, ia mungkin dianggap terlalu tua untuk memimpin Gereja yang membutuhkan energi segar. 

Matteo Zuppi: Imam Jalanan yang Jadi Diplomat 

Matteo Zuppi, Uskup Agung Bologna, adalah "imam jalanan" ala Fransiskus. Ia aktif dalam komunitas Sant'Egidio---organisasi yang mendamaikan perang sipil Mozambik di tahun 1990-an. Fransiskus mengangkatnya sebagai utusan perdamaian untuk Ukraina, peran yang membuatnya sering berbicara tentang rekonsiliasi. 

Zuppi juga menulis pengantar buku "Membangun Jembatan" karya Pastor James Martin---sebuah seruan untuk menerima komunitas LGBTQ+. Bagi yang menginginkan Gereja lebih hangat dan relevan, Zuppi adalah pilihan ideal. Tapi di usia 69, ia masih tergolong muda bagi standar kepausan. 

Petaka dan Harapan di Balik Tirai Kuno 

Konklaf bukan sekadar pertarungan kandidat, tapi pergulatan antara masa lalu dan masa depan. Di satu sisi, ada desakan untuk mempertahankan tradisi---seperti yang diwakili Kardinal Hungaria Pter Erd, pakar hukum gereja yang dihormati kaum konservatif. Di sisi lain, tuntutan untuk merespons zaman: krisis iklim, ketimpangan global, dan gereja yang kehilangan umat muda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun