Para kardinal mungkin enggan memilih seseorang yang bisa memimpin 20-30 tahun ke depan, membekukan ambisi mereka sendiri. Tapi bagi umat yang merindukan pembaruan, Tagle adalah simbol harapan.Â
Pietro Parolin: Diplomat Ulung yang Tercoreng SkandalÂ
Dari Italia, tanah air Vatikan, muncul Pietro Parolin---Sekretaris Negara yang selama ini menjadi tangan kanan Fransiskus. Dialah otak di balik diplomasi Paus, termasuk upaya mendamaikan Rusia-Ukraina.Â
Parolin adalah negosiator cerdik, tapi namanya ternoda oleh skandal properti London: Vatikan kehilangan jutaan euro dalam investasi gagal di bekas gedung Harrods. Meski tak tersangkut hukum, aroma korupsi itu bisa menjadi batu sandungan.Â
Parolin mewakili harapan kembalinya paus dari Italia setelah tiga periode "orang luar": Yohanes Paulus II (Polandia), Benediktus XVI (Jerman), dan Fransiskus (Argentina).Â
Namun, ia dianggap terlalu birokratis---kurang pengalaman pastoral langsung. Bagi yang ingin melanjutkan reformasi Fransiskus, Parolin mungkin pilihan aman. Tapi bagi yang muak dengan skandal keuangan Vatikan, ia bisa jadi mimpi buruk.Â
Robert Prevost: Misionaris Amerika yang MengglobalÂ
Robert Prevost, kardinal kelahiran Chicago, adalah wajah baru yang mengejutkan. Selama 9 tahun ia menjadi misionaris di Peru, hidup di tengah masyarakat adat sebelum diangkat menjadi Uskup Agung Chiclayo.Â
Pengalaman globalnya---ditambah posisinya sebagai Ketua Komisi Kepausan untuk Amerika Latin---membuatnya memahami dinamika Gereja di Global South, tempat 40% umat Katolik dunia berada.Â
Tapi Prevost punya dua "aib": ia orang Amerika. AS sudah terlalu kuat secara geopolitik; memilih paus dari sana bisa dianggap ancaman bagi netralitas Vatikan. Selain itu, di usia 69, ia masih cukup muda. Apakah para kardinal siap dipimpin seseorang yang mungkin berkuasa hingga dua dekade?Â
Reinhard Marx: Reformis Jerman yang KontroversialÂ