Di tengah gegap gempita persiapan Lebaran, aroma khas nastar, kastengel, dan putri salju seolah menjadi penanda bahwa momen kebersamaan telah tiba.
Kue-kue lebaran bukan sekadar camilan, melainkan simbol tradisi yang menghubungkan sanak saudara, tetangga, dan kolega.
Namun, di balik kehangatan ini, ada geliat bisnis yang tak kalah menarik: peluang UMKM untuk menjawab lonjakan permintaan kue Lebaran.
Ibu Vivi Tanirante dari Palu, Sulawesi Tengah, adalah bukti nyata bahwa bisnis ini bisa menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan.
Kisahnya dimulai dari dapur rumah sederhana, di mana ia mengubah resep turun-temurun menjadi usaha yang kini meraih omzet hingga puluhan juta rupiah setiap musim Lebaran. Â
Awalnya, Ibu Vivi hanya membuat kue untuk keluarga dan tetangga dekat. Namun, pujian atas rasa dan kualitas kuenya mendorongnya untuk memberanikan diri menjual ke pasar yang lebih luas.
Dengan peralatan seadanya dan modal terbatas, ia memulai bisnis dari nol. Tantangan pun datang silih berganti: persaingan ketat dengan produsen besar, fluktuasi harga bahan baku, hingga kesulitan mengatur arus kas.
Namun, semangatnya tak pernah redup. "Kuncinya adalah menjaga kualitas dan rasa yang autentik. Konsumen bisa membedakan mana kue yang dibuat dengan hati," ujarnya. Â
Kesuksesan Ibu Vivi tidak lepas dari dukungan program literasi keuangan yang diikutinya melalui Pegadaian Peduli pada Desember 2024.
Pelatihan tersebut membekalinya dengan kemampuan mengelola keuangan usaha, menghitung biaya produksi, dan menentukan harga jual yang kompetitif.