Mohon tunggu...
Khairul Ikhsan
Khairul Ikhsan Mohon Tunggu... Selamat datang di media masa seputar perkembangan ilmu pengetahuan

Disini kita akan membahas terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bystander Effect dalam Dunia Digital: Mengapa Netizen Hanya Menonton Tanpa Bertindak?

11 Februari 2025   21:43 Diperbarui: 11 Februari 2025   21:43 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dunia digital (Sumber: DKosig via istockphoto)

Fenomena bystander effect, yang awalnya diidentifikasi dalam konteks situasi darurat di dunia nyata, kini telah merambah ke ranah digital. Di era internet dan media sosial, bystander effect termanifestasi ketika pengguna online menyaksikan insiden seperti perundungan siber, penyebaran informasi palsu, atau konten berbahaya lainnya, namun memilih untuk tidak mengambil tindakan. Meskipun platform digital menawarkan kemudahan untuk berinteraksi dan berpartisipasi, banyak netizen tetap pasif saat menghadapi situasi yang memerlukan intervensi.

Salah satu alasan utama di balik fenomena ini adalah difusi tanggung jawab. Ketika insiden terjadi di platform dengan jutaan pengguna, individu merasa bahwa tanggung jawab untuk bertindak tersebar di antara banyak orang. Akibatnya, masing-masing pengguna mungkin berpikir bahwa orang lain akan mengambil tindakan yang diperlukan, sehingga mereka merasa tidak perlu terlibat.

Selain itu, anonimitas yang ditawarkan oleh internet dapat memperkuat bystander effect. Pengguna mungkin merasa terlepas dari konsekuensi sosial atau moral karena identitas mereka tersembunyi. Hal ini dapat mengurangi dorongan untuk bertindak, karena mereka tidak merasa terikat oleh norma-norma sosial yang biasanya berlaku dalam interaksi tatap muka.

Ketidakpastian tentang bagaimana cara merespons juga menjadi faktor penting. Dalam banyak kasus, netizen mungkin tidak yakin apakah intervensi mereka akan efektif atau bahkan diperlukan. Kurangnya pengetahuan atau keterampilan untuk menangani situasi tertentu, seperti perundungan siber, dapat membuat mereka ragu untuk bertindak.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa empati memainkan peran kunci dalam mengatasi bystander effect, baik di dunia nyata maupun digital. Sebuah studi oleh Maulani et al. (2022) menyoroti pentingnya memahami faktor-faktor psikologis dan sosial yang mempengaruhi perilaku pasif siswa dalam situasi darurat atau bullying. Meningkatkan empati dapat menjadi langkah efektif dalam mendorong individu untuk mengambil tindakan.

Namun, meningkatkan empati saja mungkin tidak cukup. Pendidikan dan pelatihan khusus tentang bagaimana menghadapi situasi online yang memerlukan intervensi juga penting. Dengan memberikan alat dan pengetahuan yang diperlukan, individu dapat merasa lebih percaya diri dan siap untuk bertindak ketika dihadapkan pada insiden di dunia maya.

Platform media sosial dan komunitas online juga memiliki peran penting dalam mengurangi bystander effect. Dengan menciptakan lingkungan yang mendorong partisipasi aktif dan memberikan penghargaan kepada mereka yang mengambil tindakan positif, platform dapat membantu mengubah norma sosial dan mendorong lebih banyak pengguna untuk terlibat secara proaktif.

Selain itu, penting untuk mempertimbangkan peran norma sosial dalam perilaku online. Jika netizen melihat bahwa intervensi adalah perilaku yang diterima dan dihargai dalam komunitas mereka, mereka lebih mungkin untuk mengambil tindakan. Oleh karena itu, membangun budaya online yang mendukung dan mendorong intervensi positif dapat menjadi kunci dalam mengatasi bystander effect digital.

Namun, ada juga tantangan yang perlu diatasi. Misalnya, takut akan reaksi negatif atau pembalasan dari pelaku dapat menghalangi individu untuk bertindak. Selain itu, kekhawatiran tentang privasi dan keamanan pribadi juga dapat menjadi penghalang. Oleh karena itu, penting untuk menyediakan mekanisme yang aman dan anonim bagi mereka yang ingin melaporkan atau mengintervensi insiden online.

Dalam konteks ini, kolaborasi antara platform digital, pendidik, dan pembuat kebijakan menjadi krusial. Dengan bekerja sama, mereka dapat mengembangkan strategi dan kebijakan yang efektif untuk mengurangi bystander effect dan mendorong partisipasi aktif netizen dalam menciptakan lingkungan online yang lebih aman dan suportif.

Pada akhirnya, mengatasi bystander effect di dunia digital memerlukan pendekatan multifaset yang mencakup pendidikan, perubahan budaya, dan dukungan struktural. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pasif dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasinya, kita dapat membangun komunitas online yang lebih responsif dan peduli.

Penting juga untuk mengakui bahwa setiap individu memiliki peran dalam menciptakan budaya online yang positif. Dengan mengambil tanggung jawab pribadi untuk bertindak ketika melihat ketidakadilan atau perilaku berbahaya, kita dapat menjadi agen perubahan dan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Selain itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dinamika bystander effect dalam berbagai konteks digital. Dengan pemahaman yang lebih mendalam, kita dapat mengembangkan intervensi yang lebih tepat sasaran dan efektif untuk mengatasi fenomena ini.

Secara keseluruhan, meskipun bystander effect tetap menjadi tantangan di dunia digital, dengan pendekatan yang tepat dan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, kita dapat mengurangi dampaknya dan mendorong partisipasi aktif netizen dalam menciptakan lingkungan online yang lebih baik.

Dengan demikian, setiap langkah kecil yang kita ambil untuk mengintervensi atau melaporkan perilaku negatif online dapat memiliki dampak besar dalam jangka panjang. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama berkomitmen untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku perubahan positif di dunia digital.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun