Mohon tunggu...
Julak Ikhlas
Julak Ikhlas Mohon Tunggu... Peminat Sejarah dan Fiksi

Julak Anum - Menulis adalah katarsis dari segenap sunyi. IG: https://www.instagram.com/ikhlas017 | FB: https://web.facebook.com/ikhlas.elqasr | Youtube: https://www.youtube.com/c/ikhlaselqasr

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sebuah Ikatan

9 Desember 2019   18:02 Diperbarui: 9 Desember 2019   18:00 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Aku tahu, kamu tidak benar-benar ingin pergi. Tidak pernah. Kamu hanya hilang ditelan malam saat sepi lebih sering menyungkupmu dengan beragam kecemasan.Ketika pagi datang membawamu kembali. Kamu mungkin akan berpikir, bahwa aku tidak pernah menangguhkan pertemuan. Aku hanya tenggelam dalam panasnya siang. Di mana rutinitas lebih sering menyembunyikanku dari berbagai kebersamaan.

Lalu, ketika senja hadir membawaku pulang. Kamu mungkin sudah lelah merundungi kopi tanpa percakapan. Atau mungkin telah menggoreng amarah di dapur jantungmu. Di mana pikiranmu lebih sering merutuki waktu yang tak pernah menyediakan temu.

Selebihnya, kamu mungkin akan memiliki kesimpulan, bahwa pergi dengan kesendirian lebih baik dari pada bersama dalam kecemasan. Namun, di antara rerasa kopi yang tersisa di mulutmu, kamu akan kembali berpikir ulang, lalu mulai menganalogikan cerita-cerita tentang perpisahan dan kebersamaan. Seperti halnya kopi dalam cangkir. Di mana perpaduan antara kopi dan gula yang kamu seduh dengan air panas yang pas dan dengan wadah yang pas. Maka, kopi itu akan terasa lebih nikmat, karena semuanya bersenyawa dalam sebuah ikatan.

Pahit dan manis, kecewa dan bahagia hanyalah bumbu dari cerita cinta. Tidak ada yang berubah pada siang ataupun malam. Seperti sungai yang tidak pernah mengering. Ia akan terus mengalir bersama alunan takdir. Jika tidak bertemu, pasti sedang merindu. Begitu seterusnya.

Sehingga kamu akan sadar, bahwa sebuah ikatan bukanlah tentang seberapa sering bertemu, melainkan seberapa kuat kamu menunggu dan bertahan di antara pertikaian waktu. Kamu juga akan tahu, bahwa waktu hanyalah hitungan angka-angka. Ia tidak akan pernah menafikan perannya sebagai roda dari rangkaian perjalanan hidup kita. Di mana kita akan terus mengarungi pahit-manisnya rindu bersama dan berbahagia dalam ikatan cinta.

Angsana, 09 Desember 2019

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun