Semilir angin membawamu ke permukaan. Tanpa permisi melesatkan kenangan. Mengudara di lintasan awan. Kemudian pecah menimpa karang. Hingga menjelma curah perasaan.
Ya, kau masih duduk di kursi rindu. Bercengkerama dalam imaji yang tak henti berderu. Menadi dalam detak tiap detiknya. Seirama dengan alunan kenangan, yang meneriakkan temu-padu memuai beku.
Pernah suatu pergolakan yang dibisiki keraguan. Membuat belukar harap di belantara hati nyaris tercerabut dari akarnya. Saat teralis besi memagari kota hatimu, aspal-aspal angkuh menghapus jejak menuju arahmu, dan gedung pencakar langit menghalangi saujanamu.
Namun, bisingmu masih terdengar di lalu-lalang pikiran. Menyeru hati untuk tetap bertahan. Hingga sampai pada waktu yang kita nantikan--pesta pertemuan.
Angsana, 04 April 2019