Hari ini, pijar matadewa begitu semangat menguapkan biji-biji Maret dalam genangan kemarin sore. Saat berjuta rintik menerpa keangkuhan senja dengan gigil yang membiru di bibir pemuisi rindu.
Kala itu, ketika senja meninggalkan lahan, lalu sang malam memulai peran, aku menemuimu di pesta pertemuan. Temu--padu memuai beku. Hangat paling bergejolak, menguar dari perapian rindu.
Di bawah hujan, seulas senyum terlempar kembali. Kau berlari menghambur peluk. Menuntaskan mimpi dari kata menanti.
"Kau terlambat," katamu.
Duhai, Pemuisi rindu
Maafkan diriku telah membiarkanmu dirundung basah
Sungguh kuingin lebih cepat
Dari sejumput janji yang telah kita buat
Namun untuk menemuimu, keberanianku datangnya telat
Kini, aku di sini, Sayang!
Meluahlah rindu ini dalam buncah ternyaman