Rangkaian pilu tahun lalu masih serupa kopi. Wujudnya telah mengering dan lenyap, tapi getirnya tersisa di tenggorokan. Menginfeksi lembaran kalender yang masih hijau di kebun Tuan Takdir. Sehingga daun jiwa meranggas tanpa lafal selamat tinggal, satu persatu fasih menancapkan luka yang bengal di antara hiruk pikuk harapan yang bebal. Menjelma genangan rintih di bibir malam.
Oh ... Waktu.
Akankah ini berlalu?
Ataukah kematian juga menghampiri urat nadiku?
Bagaimana tidak, aku telah mengais sisa-sisa keikhlasan di beranda pikiran. Namun, angkara waktu tetap berlanjut, amuk mencabik sisa pesta tahun baru. Hingga rundung basah terlampau duri ini terlalu nyaman di rongga penyangga kehidupan.
Sabar
Ikhlas
Tawakkal
Serta seubun-ubun kenangan yang tersisa
Semoga selalu menemani getir yang menyiksa
Hingga buah dari segala doa akan menutup kantong luka
tak lagi menganga, mendera dada
Dan berganti dengan genangan bahagia
Angsana, 21 Maret 2019