Mohon tunggu...
I Ketut Guna Artha
I Ketut Guna Artha Mohon Tunggu... Insinyur - Swasta

Orang biasa yang suka kemajuan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Bandara Bali Utara Perlu Belajar dari Jawa Tengah

18 Juli 2022   13:01 Diperbarui: 6 Agustus 2022   06:00 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proyek konstruksi semestinya hanya membangun bandara tapi juga infrastruktur pendukungnya yang bisa menghidupi banyak orang  (Foto: Pexels/Tanathip Rattanatum)

Bandara Siboru Fakfak, Papua Barat dibiayai APBN dibangun sejak tahun 2020 saat ini progress untuk pembangunan sisi udara (runway, taxiway) telah mencapai 65 persen dan sisi darat  (terminal dan pendukungnya) 25 persen. Bandara ini rencananya beroperasi Desember 2022.

Bagaimana kabar Bandara Bali Utara?

Saya menyayangkan rencana pembangunan Bandara Bali Utara sejak diterbitkannya PSN 2021 belum ada realisasinya hanya karena alasan penetapan lokasi (lokasi). Padahal investornya siap membiayai ditengah kondisi krisis global. Sementara 5 bandara baru lainnya dalam PSN 2021 telah dalam fase konstruksi bahkan sudah ada yang beroperasi.

Saya pikir ini "kerugian" bagi masyarakat Bali dalam persfektif terciptanya potensi ekonomi dan perputaran uang di tengah menghadapi dampak Pandemi Covid-19.

Bayangkan saja, berapa potensi ekonominya jika proyek prestisius ini dengan nilai investasi 50 triliun dimulai? Ada berapa tenaga kerja yang bisa terserap? Ada berapa juta kubik material batu dan pasir yang terserap?

Proyek konstruksi tersebut padat karya, bukan hanya membangun bandara tapi juga infrastruktur pendukungnya yang bisa menghidupi banyak orang seperti buruh bangunan, sopir truk, karyawan yang kena PHK karena belum normalnya operasional hotel dan restoran, profesional dan yang lainnya. Minimal untuk bisa survive ditengah pemulihan ekonomi untuk mencegah masyarakat Bali jatuh miskin.

Kedua, jika ini terus tertunda maka Bali akan kehilangan momentum sebagai hub pariwisata yang dicanangkan Presiden Jokowi. Karena setelah berhasil mengembangkan 5 destinasi baru seperti Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo dan Likupang, pemerintah akan mengembangkan 5 destinasi baru yang tertunda seperti Wakatobi, Morotai, Tanjung Kelayang, Bromo dan Kepulauan Seribu.

Dari sisi bisnis, nilai proyek akan terpengaruh oleh inflasi dan kerentanan ekonomi global. Ambil contoh proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung yang biayanya membengkak lebih 27 triliun.

Apakah investor berani ambil resiko terjadinya pembengkakan nilai investasi karena tertunda?

Dalam sisa jabatan 2 tahun ke depan, pemerintahan Jokowi akan masih kerja keras untuk pemulihan ekonomi nasional, melanjutkan Proyek Strategis Nasional yang "sedang berjalan", membangun IKN Nusantara dan menyiapkan penyelenggaraan Pemilu 2024.

Jika tidak segera direalisasikan karena tarik menarik kepentingan Penlok apakah ada jaminan proyek Bandara Bali Utara tetap masuk Proyek Strategis Nasional pasca 2024?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun