Mohon tunggu...
Ika Setyasari
Ika Setyasari Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Keperawatan menuju tingkat akhir | Passionate in Health-Care, Writing & Social-Volunteering Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Potret Kartini Masa Kini di Era Disrupsi

11 Februari 2019   18:59 Diperbarui: 11 Februari 2019   20:00 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya." (R.A. Kartini, 1902)

Ungkapan RA. Kartini tersebut tampaknya mampu menjadi alarm bagi para perempuan masa kini. Bahwa jika perempuan telah diberikan pendidikan, sudah mengenal dunia di luar tempat tinggalnya, memiliki jaringan relasi dan wawasan yang luas, maka, ia tak akan sama lagi. Ia akan tumbuh melesat dengan pemikiran-pemikirannya yang semakin maju. 

Perempuan seperti ini yang tidak akan bisa dipaksa untuk terus hidup seperti nenek moyangnya di masa lampau. Perempuan ini akan tahu apa yang terbaik untuknya, khususnya masa depannya, karena kelak akan menjadi penopang keluarga. Di mana keluarga adalah kunci lahirnya sebuah kehidupan dan peradaban.

Kehidupan terus berjalan, mengharuskan pula adanya pola pikir seorang perempuan yang harus berkembang. Sebagai kaum millenial saat ini, peran perempuan sangat menentukan wajah Indonesia ke depan. 

Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2018, ada 42 juta perempuan millenial atau penduduk perempuan usia 20-35 tahun yang berada di masa produktif. 

Besarnya jumlah penduduk millenial saat ini dapat menjadi tantangan dan peluang bagi Indonesia, terutama untuk target Indonesia menembus status negara berpendapatan tinggi di tahun 2045.

Era millenial saat ini terus melaju dan berkembang pesat dengan digitalisasi di berbagai aspek kehidupan. Seperti yang selalu didengungkan akhir-akhir ini, bahwa kita telah memasuki dan menghadapi fenomena disrupsi. 

Disrupsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah tercabut dari akarnya. Jika dalam kehidupan sehari-hari, disrupsi ditandai dengan adanya evolusi teknologi besar-besaran yang menyasar segala aspek kehidupan manusia. Contoh paling konkrit adalah ketika masyarakat menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata, lalu perlahan beralih ke dunia maya. Start up digital dan e-commerce adalah dua bidang yang paling mendominasi saat ini.

www.basicknowledge101.com
www.basicknowledge101.com
Berdasarkan data Start Up Ranking, Indonesia sekarang berada dalam peringkat ketiga dalam daftar negara yang memiliki jumlah start up terbanyak, yakni sejumlah 1754 setelah Amerika Serikat (28.693) dan India (4857). Sedangkan e-commerce juga telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia, terutama di Kota Besar. Bank Indonesia mecatat pada tahun 2015, nilai transaksi e-commerce di Indonesia mencapai US$ 3,56 miliar. Sedangkan pada tahun 2016, nilai tersebut diprediksi meningkat hingga US$ 4,89 miliar.

Start Up dan E-Commerce yang Diinisiasi oleh Perempuan Indonesia

Namun kenyataannya, menurut Survey Daily Social, hanya sebesar 20% saja founder start up dari kalangan perempuan. Sisanya 70% didominasi oleh kaum laki-laki. Hal ini berarti masih menjadi PR besar bagi para perempuan untuk harus senantiasa mengembangkan kapasitasnya. 

Berangkatlah dari isu yang paling sederhana namun memiliki dampak yang luas. Sebagai contoh, Start Up yang diinisiasi oleh perempuan hebat negeri ini antara lain nulisbuku.com yang diinisiasi oleh Aulia Halimatussadiah sejak tahun 2006, yang merupakan wadah bagi para penulis untuk mempublikasikan tulisan mereka secara mandiri. 

Ada juga Qerja, yang didirikan oleh Linardi Associates, merupakan salah satu situs pencari kerja yang memiliki keunikan, yaitu para karyawan bisa saling bertukar data secara anonim. Lain halnya Doku, sebuah start up yang memberikan wadah pembayaran online secara mudah dan aman. Dicetuskan oleh Nabilah Alsagoff di mana bisnis ini disambut baik oleh banyak perusahaan di Indonesia bahkan Asia, seperti Sinar Mas dan Air Asia.

Lain halnya dengan Zalora. Siapa yang tidak mengenal situs e-commerce ini? Hampir pasti semua tahu dan tidak asing mendengar tentang Zalora yang merupakan situs e-commerce fashion online. Ada sosok perempuan cantik bernama Catherine di balik nama Zalora. Demi Zalora, ia rela melepaskan pekerjaannya di McKinsey dan Company. 

Ada juga situs e-commerce fashion online yang berkonsentrasi pada penjualan pakaian serta aksesoris wanita muslim, digagas oleh Diajeng Lestari. Juga e-commerce Berry Kitchen, yang menyediakan layanan pengiriman jasa katering untuk para karyawan saat jam makan siang tiba. Wah, cukup kreatif ya ide-ide mereka.

Potret Digital Leadership Kartini Masa Kini

"Wanita adalah tiang negara, jika baik wanitanya, maka baik pula negara tersebut. Namun jika wanitanya buruk, maka buruk pula negera tersebut."

Ungkapan ini menunjukkan betapa pentingnya peran perempuan. Bukan hanya sebagai figur yang disimbolkan dengan kelembutan, namun lebih dari itu, perempuan dapat menjadi penentu dan penguat suatu peradaban. 

Kapasitas dalam diri perempuan juga harus terus ditingkatkan. Dewi Sartika, seorang pahlawan Indonesia yang hingga akhir hayatnya memperjuangkan pendidikan bagi perempuan Indonesia. 

Perempuan pada saat itu hanya memiliki keterampilan rumah tangga dan adat, sehingga sangat bergantung pada orang tua dan suami. Tidak memiliki kesempatan mengecap pendidikan kecuali bagi kalangan priyayi atau bangsawan. Beliau sadarkan pentingnya pendidikan layak bagi seorang perempuan. Perempuan harus memiliki keterampilan dan literasi yang tinggi sehingga dapat terus produktif dan mampu memenuhi kebutuhan ekonomi.

Begitu juga jika ditarik ke era digital saat ini. Bagi Kartini Masa Kini, sektor digital bisa menjadi peluang usaha dan peluang belajar yang seluas-luasnya sehingga dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam menggerakkan roda perekonomian keluarga. 

Di samping itu, era digital juga mampu menjadi jalan bagi kaum perempuan untuk memperoleh banyak informasi dan meningkatkan kualitas hidup. Contoh sederhana adalah mulai banyaknya diskusi daring online yang bertemakan self development dan women empowerment yang saat ini mulai menjamur diadakan oleh para komunitas perempuan, yang harapannya mampu memberikan dampak luas.

Tentu saja, untuk bisa berdampak luas, diperlukan suatu model kepemimpinan yang harus bisa menyesuaikan era disrupsi digital sekarang ini, biasa dinamai oleh para ahli sebagai model Digital Leadership. Bukan lagi yang cepat mengalahkan yang lambat. Namun, yang cepat akan mengalahkan yang kurang cepat. Digital Leadership ini diperlukan untuk memperbaiki banyak masalah yang diciptakan oleh era disrupsi digital.

Adapun karakter yang wajib dimiliki oleh seorang Digital Leader adalah

  1. Agile. Bukan hanya sekadar lincah atau tangkas namun juga cepat, kuat dan berani. Rhenald Kasali menggambarkan agile seperti seekor singa. Ia mengutip ungkapan dari diplomat Perancis, Maurice de Talleyrand. "Seratus kambing yang dipimpin oleh seekor singa akan jauh berbahaya daripada seratus singa yang dipimpin oleh seekor kambing". Sebab dunia mulai berubah dengan kecepatan yang semakin meningkat. Untuk itu perlu ketangkasan, kecepatan, kekuatan dan keberanian. Ia harus memiliki ambiguity acceptance, bersedia lapang dada menerima ketidakjelasan, lalu menyederhanakannya, mengerjakannya, memperbaikinya dan terus meningkatkannya menjadi lebih sempurna.
  2. Digital Mindset. Perlu memiliki kemampuan untuk melakukan inisiatif mengembangkan teknologi menjadi sesuatu yang punya value tinggi. Perkembangan yang bisa dipantau secara real time melalui social media, mendorong seorang pemimpin perlu menguasai pengolahan informasi yang berdampak komersial.
  3. Kolaboratif. Perkembangan teknologi tidak bisa dilawan. Apabila tidak bisa dilawan maka rangkullah. Saat ini kita saling tergantung antara satu dengan yang lain, dalam kondisi seperti ini, kolaborasi adalah kewajiban. Bisnis memang berkompetisi namun harus diimbangi dengan kolaborasi. Seperti Apple dan Samsung yang dahulu saling berkompetisi, kini akhirnya mereka berkolaborasi.

Ketiga karakter tersebut, bukan menjadi hal yang mustahil yang bisa dimiliki oleh Kartini masa kini. Perlu banyak belajar dan jam terbang yang tinggi dalam melatih ketiga karakter tersebut. Hidup di era disrupsi bukan menjadi sebuah tantangan, namun menjadi sebuah peluang. Maksimalkan dalam berkarya selama masih dalam usia produktif, Kembangkan selalu ide-ide kreatif. 

Bekali dengan pemikiran dan perilaku yang arif dan bijaksana ketika kita selaku perempuan, mulai ingin mengepakkan sayap dan mulai ingin berkecimpung di dunia digital-entrepreneur, baik melalui pengembangan start up maupun e-commerce. Karena bangsa ini bukan hanya butuh perempuan yang pintar, namun perempuan yang memiliki ilmu softskill yang baik guna menyongsong perubahan. Bersiaplah, karena kita, perempuan, menentukan wajah Indonesia ke depan. 

Selamat belajar, bertumbuh dan berdaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun