"Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya." (R.A. Kartini, 1902)
Ungkapan RA. Kartini tersebut tampaknya mampu menjadi alarm bagi para perempuan masa kini. Bahwa jika perempuan telah diberikan pendidikan, sudah mengenal dunia di luar tempat tinggalnya, memiliki jaringan relasi dan wawasan yang luas, maka, ia tak akan sama lagi. Ia akan tumbuh melesat dengan pemikiran-pemikirannya yang semakin maju.Â
Perempuan seperti ini yang tidak akan bisa dipaksa untuk terus hidup seperti nenek moyangnya di masa lampau. Perempuan ini akan tahu apa yang terbaik untuknya, khususnya masa depannya, karena kelak akan menjadi penopang keluarga. Di mana keluarga adalah kunci lahirnya sebuah kehidupan dan peradaban.
Kehidupan terus berjalan, mengharuskan pula adanya pola pikir seorang perempuan yang harus berkembang. Sebagai kaum millenial saat ini, peran perempuan sangat menentukan wajah Indonesia ke depan.Â
Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2018, ada 42 juta perempuan millenial atau penduduk perempuan usia 20-35 tahun yang berada di masa produktif.Â
Besarnya jumlah penduduk millenial saat ini dapat menjadi tantangan dan peluang bagi Indonesia, terutama untuk target Indonesia menembus status negara berpendapatan tinggi di tahun 2045.
Era millenial saat ini terus melaju dan berkembang pesat dengan digitalisasi di berbagai aspek kehidupan. Seperti yang selalu didengungkan akhir-akhir ini, bahwa kita telah memasuki dan menghadapi fenomena disrupsi.Â
Disrupsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah tercabut dari akarnya. Jika dalam kehidupan sehari-hari, disrupsi ditandai dengan adanya evolusi teknologi besar-besaran yang menyasar segala aspek kehidupan manusia. Contoh paling konkrit adalah ketika masyarakat menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata, lalu perlahan beralih ke dunia maya. Start up digital dan e-commerce adalah dua bidang yang paling mendominasi saat ini.
Start Up dan E-Commerce yang Diinisiasi oleh Perempuan Indonesia
Namun kenyataannya, menurut Survey Daily Social, hanya sebesar 20% saja founder start up dari kalangan perempuan. Sisanya 70% didominasi oleh kaum laki-laki. Hal ini berarti masih menjadi PR besar bagi para perempuan untuk harus senantiasa mengembangkan kapasitasnya.Â