Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"The Guilty" di Mata Mamak-Mamak Gabut

9 Oktober 2021   11:27 Diperbarui: 9 Oktober 2021   22:52 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"The Guilty" produksi Netflix ini adalah versi remake dari film berjudul sama asal Denmark yang mendapat ulasan luar biasa pada tahun 2018 silam. Mamak sih belum nonton yang aslinya, tapi kata seorang tetenggong jauh, "The Guilty" versi Denmark sama gregretnya dengan versi Antoine Fuqua.

Oh iya, film bikinan Mister Fuqua yang sempat mamak tonton adalah The Replacement Killers, Training Day, Equalizer 1&2, Tears of The Sun, Shooter, Olympus Has Fallen, dan The Magnificent Seven. Lhaaa ternyata banyak juga, ehehe.

Film Thriller kriminal "The Guilty" ini berkisah tentang Joe Baylor, polisi yang dipindah tugaskan menjadi operator 911 LAPD karena memiliki kasus personal. Bayangkan yang tadinya bekerja di lapangan nangkepin penjahat eh tiba-tiba harus duduk diam bersenjatakan head-set dan tampilan multi layar.

Saat bertugas menjadi operator 911 itulah ia mendapat telepon dari seorang ibu bernama Emily yang mengatakan bahwa ia tengah diculik oleh mantan suaminya. Nah, dari sinilah cerita berkembang sedemikian rupa sampai jeng ... jeng ... jeng ... berakhir dengan plot twist, uhuks.

Bila yang suka nonton film aksi, mamak rasa akan tersiksa nonton film ini. Lhaaa wong isinya telpon-telponan melulu. Gak ada acara bogem-bogeman, lempar-lemparan granat, mutusin kabel merah bom, tembak-tembakan, atau aksi kejar-kejaran sampai ngos-ngosan, eh ada sih kejar-kejaran tapi secara psikologis.

Jangan juga mengharapkan ada aksi seheroik Hale Berry di The Call yang akhirnya turun gunung menyelamatkan sang korban.

Gemes sih mamak lihat Mas Baylor yang hanya berkutat dengan telepon ketika mencoba menyelamatkan sang penelepon beserta anak-anaknya walaupun ada beberapa momen yang membuat mamak berpikir bahwa dia bakal loncat dari kursinya, melemparkan inhalernya, dan langsung keluar ruangan dengan membabi-buta tapi itu sama sekali gak terjadi. Gak, Baylor gak bakalan berbuat senekat itu karena dia tau desk-jobnya dan tahu bahwa hal tersebut akan mempertaruhkan banyak hal.

Penulisan skenario oleh Nic Pizzolatto dan penyutradaraan oleh Antoine Fuqua yang baik membuat film ini gak bosenin dan malah bikin pantat terpaku di kursi, padahal kursinya bukan yang "kalau sudah duduk lupa berdiri."

Bayangkan, dari sebuah panggilan telpon di antara rasa lelah yang mendera karena bencana kebakaran yang tengah terjadi plus permasalahan pribadi berupa insiden penembakan yang akan masuk persidangan, seorang Joe Baylor dapat memecahkan masalah yang bila dipikir-pikir kayaknya gak mungkin bila mamak yang ada di posisinya. Yaiyalah, Baylor kan seorang polisi, nalurinya beda dengan mamak, yaaa bagaikan embek dan kuda, bedaaaaa, sodara-sodara.

Nah, bunddddd, dari pada gabut nonton yang tidak-tidak, mendingan nonton film ini deh. Soalnya dalam film ini ada sekelumit pelajaran hidup.

Ya, banyak jalan menuju Roma eh banyak jalan untuk menolong sesama walaupun sedang terpaut jarak (terima kasih kepada teknologi), mendapatkan hasil maksimal karena tetap fokus saat bekerja dibawah tekanan, kesabaran akan berbuah manis, dan keluarkan semua beban berat di hati meskipun sampai muntah sana-sini agar sedikitnya rasa plong gercep menghampiri.

Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun