Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"The Guilty" di Mata Mamak-Mamak Gabut

9 Oktober 2021   11:27 Diperbarui: 9 Oktober 2021   22:52 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jake Gyllenhaal dalam The Guilty |Sumber gambar: USA today

Mamak-mamak seperti saya kalau nonton sinetron bakal banyak protes kesana-kemari, tapi ya tetep ditonton lha wong lagi gabut. Capek sih mulut ini tapi suka aja dari pada nyerewetin tetangga, ya kan?

Bila Dimas Dapit rebahan menghasilkan banyak artikel menarik, inspiratif, bermanfaat, unik, menghibur, dan aktual, maka rebahannya mamak menghasilkan emosi jiwa yang membumbung tinggi karena ya itu ... nonton sinetron di televisi.

Ada aja hal-hal yang membuat mamak merasa ingin melototin penulis skenarionya, haha. Tapi ah ya sudahlah lha wong KPI aja menganggap sinetron azab masuk akal, apalah mamak ini yang hanya remehan rempeyek dan gak bisa nulis skenario sebahenol nerkom eplok cendol ... seperti itu.

Nah, berhubung sekarang mamak kembali masang wifi yang kuotanya segede gaban, sombong niye, jadi bisa nonton film-film buatan Kang Hollywood lagi, salah satunya yang berjudul "The Guilty."

Film yang dibintangi oleh Jake Gyllenhaal ini gosipnya irit biaya dan waktu dalam pembuatannya. Lha kata sutradaranya cuma 11 hari je bikinnya, itu juga sudah molor kesana-kemari seperti karet kolor yang kendor. Kostumnya cuma satu, gak ganti-ganti, dah kayak Nobita aja.

Tapi ya walaupun hemat biaya dan waktu pengerjaan, filmnya asik banget buat ditonton apalagi yang mainnya Jake Gyllenhaal.

Ya, mamak suka dengan akting aktor satu ini dan paling suka saat dia main dengan Hugh Jackman di "Prisoners." Berperan sebagai detektif Loki, Bang Jake tampil memesona dengan facial tic berupa kedipan mata berulang-ulang saat dia sedang stres.

Memang ya matanya Bang Jake itu kul banget, tatapan, kedipan, kerlingan, lirikan, sampai pejaman dapat menceritakan ribuan kisah di film ini. Gak kayak matanya penyiar gosiptainment yang hanya mewakili satu kisah, kejulidan, heuheu.

Tak hanya dari mata, ekspresi wajah dan gerakan-gerakan tubuh pria yang agak mirip dengan Mas Kevin Aprilio kalo diliat dari Monas pakai lubang sedotan itu pun dapat mewakili berjuta potongan kisah.

Nah, selain dalam "Prisoners," dia juga tampil keren di banyak film salah duanya "Nightcrawler" dan "Brokeback Mountain." Dah lah, aktor yang masuk jajaran pria terseksi di seluruh jagat mayapada versi majalah Glamour ini memiliki segalanya dan menjadikannya bintang kejora di industri perfilman Hollywood. Emangnya Lesti aja yang bisa kejora, ya kan?

"The Guilty" produksi Netflix ini adalah versi remake dari film berjudul sama asal Denmark yang mendapat ulasan luar biasa pada tahun 2018 silam. Mamak sih belum nonton yang aslinya, tapi kata seorang tetenggong jauh, "The Guilty" versi Denmark sama gregretnya dengan versi Antoine Fuqua.

Oh iya, film bikinan Mister Fuqua yang sempat mamak tonton adalah The Replacement Killers, Training Day, Equalizer 1&2, Tears of The Sun, Shooter, Olympus Has Fallen, dan The Magnificent Seven. Lhaaa ternyata banyak juga, ehehe.

Film Thriller kriminal "The Guilty" ini berkisah tentang Joe Baylor, polisi yang dipindah tugaskan menjadi operator 911 LAPD karena memiliki kasus personal. Bayangkan yang tadinya bekerja di lapangan nangkepin penjahat eh tiba-tiba harus duduk diam bersenjatakan head-set dan tampilan multi layar.

Saat bertugas menjadi operator 911 itulah ia mendapat telepon dari seorang ibu bernama Emily yang mengatakan bahwa ia tengah diculik oleh mantan suaminya. Nah, dari sinilah cerita berkembang sedemikian rupa sampai jeng ... jeng ... jeng ... berakhir dengan plot twist, uhuks.

Bila yang suka nonton film aksi, mamak rasa akan tersiksa nonton film ini. Lhaaa wong isinya telpon-telponan melulu. Gak ada acara bogem-bogeman, lempar-lemparan granat, mutusin kabel merah bom, tembak-tembakan, atau aksi kejar-kejaran sampai ngos-ngosan, eh ada sih kejar-kejaran tapi secara psikologis.

Jangan juga mengharapkan ada aksi seheroik Hale Berry di The Call yang akhirnya turun gunung menyelamatkan sang korban.

Gemes sih mamak lihat Mas Baylor yang hanya berkutat dengan telepon ketika mencoba menyelamatkan sang penelepon beserta anak-anaknya walaupun ada beberapa momen yang membuat mamak berpikir bahwa dia bakal loncat dari kursinya, melemparkan inhalernya, dan langsung keluar ruangan dengan membabi-buta tapi itu sama sekali gak terjadi. Gak, Baylor gak bakalan berbuat senekat itu karena dia tau desk-jobnya dan tahu bahwa hal tersebut akan mempertaruhkan banyak hal.

Penulisan skenario oleh Nic Pizzolatto dan penyutradaraan oleh Antoine Fuqua yang baik membuat film ini gak bosenin dan malah bikin pantat terpaku di kursi, padahal kursinya bukan yang "kalau sudah duduk lupa berdiri."

Bayangkan, dari sebuah panggilan telpon di antara rasa lelah yang mendera karena bencana kebakaran yang tengah terjadi plus permasalahan pribadi berupa insiden penembakan yang akan masuk persidangan, seorang Joe Baylor dapat memecahkan masalah yang bila dipikir-pikir kayaknya gak mungkin bila mamak yang ada di posisinya. Yaiyalah, Baylor kan seorang polisi, nalurinya beda dengan mamak, yaaa bagaikan embek dan kuda, bedaaaaa, sodara-sodara.

Nah, bunddddd, dari pada gabut nonton yang tidak-tidak, mendingan nonton film ini deh. Soalnya dalam film ini ada sekelumit pelajaran hidup.

Ya, banyak jalan menuju Roma eh banyak jalan untuk menolong sesama walaupun sedang terpaut jarak (terima kasih kepada teknologi), mendapatkan hasil maksimal karena tetap fokus saat bekerja dibawah tekanan, kesabaran akan berbuah manis, dan keluarkan semua beban berat di hati meskipun sampai muntah sana-sini agar sedikitnya rasa plong gercep menghampiri.

Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun