Setelah pertemuannya dengan Azhar di sel, Rannu jadi kesal pada sahabatnya itu. Ia bahkan merasa menyesal pernah berteman dengannya. Tetapi hari itu, sehari setelah bertemu dengan Azhar, Â Ia kembali dibuncah oleh rasa penasaran. Di media sosial kini telah beredar berita Hammadong dipanggil oleh Bupati dan diundang Gubernur. Hammadong diberi hadiah yang macam-macam. Dapat beasiswa, Â diberi pula hadiah scuter. Â
Di berita lain, Ia membaca, beberapa pejabat di negerinya juga memberikan beasiswa belajar pada Hammadong. Beberapa orang kaya bahkan datang ke rumahnya dan bersedia untuk memugar rumah Hammadong agar lebih pantas ditinggali.
Dan tiba-tiba seperti disengat listrik, Rannu bangkit dari duduknya.
"Jangan-jangan....Azhar melakukan ini semua...untuk...." Rannu tidak melanjutkan pikiran yang mulai menjalar-jalar di kepalanya dan menyengat kesadarannya. Segera disambarnya kunci motornya. Rannu pun meluncur ke kantor polisi, tempat Azhar sedang ditahan. Â Â Â
Persis ketika Rannu tiba di kantor polisi itu, Hammadong juga datang di tempat itu. Peristiwa ini sekali lagi membuat Rannu terkejut. Dari seorang yang mengantar Hammadong datang, Â Rannu tahu, kedatangan Hammadong ke kantor polisi itu atas permintaan Hammadong sendiri.
"Hammadong yang ingin sekali ketemu dengan Azhar itu, sampai dia menangis-nangis segala." Jelas orang yang mengantarnya.
Hammadong pun menunggu di satu ruangan bersama orang yang mengantarnya. Rannu pun ikut bersama mereka. Tidak lama kemudian Azhar berjalan keluar menuju ruangan itu. Dan di saat itulah, kami semua yang berada di ruangan terhenyak. Â Melihat Azhar berjalan ke arah ruangan kami, Hammadong tiba-tiba berlari menyongsongnya. Di lorong dekat ruangan itu, mereka berdua bertemu. Hammadong menubruk Azhar. Memeluknya rapat-rapat. Azhar berjongkok, kemudian membalas memeluk Hammadong erat-erat.
Tidak ada kata-kata dari mulut keduanya. Hammadong yang memang sulit berbicara, hanya memeluk ketat Azhar. Kemudian Hammadong mengerung. Ia menangis. Matanya basah. Sementara Azhar juga tak dapat menahan tangisnya.
Kami memandang keduanya dari jauh tanpa bisa berkata-kata. Perjumpaan Hammadong dan Azhar pun akhirnya berakhir. Hammadong yang tampak enggan meninggalkan Azhar, akhirnya dengan berat meninggalkan tempat itu. Sementara Azhar, terlihat segera akan berbalik ke sel tahanannya.
Rannu buru-buru menjajari langkah-langkah Azhar. Begitu Rannu berdiri di sampingnya ia segera melontarkan pertanyaan.
"Kamu sengaja melakukan ini kan Azhar?"