Mohon tunggu...
Rodhiyah Nur Isnaini
Rodhiyah Nur Isnaini Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia

Masih terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

New Normal Harus Tetap Ajarkan Pendidikan Seks

6 Juli 2020   23:57 Diperbarui: 8 Juli 2020   15:10 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teman-teman, new normal bukan menjadi hambatan untuk mengajarkan ilmu pada anak. Terlebih mengenai pendidikan seks. Ilmu ini sangatlah penting, agar kita paham cara yang benar mengajari anak kecil sampai dengan remaja mengenai hal yang masih tabu ini. 

Sehingga kita mudah untuk menjelaskan dan sekaligus melatih anak untuk waspada terhadap hal yang tidak benar. Yang pada faktanya, 30% pelaku kekerasan seksual adalah orang yang dikenal oleh si anak.

Mudahnya dengan mengajarkan rambu-rambu lalu lintas. Merah untuk berhenti, kuning untuk hati-hati, dan hijau untuk berjalan. Teman-teman bisa menggunakan simulasi menggunakan boneka ketika akan mengajarkan toodler (anak usia 1,5-3 tahun) dengan memberikan tanda pada setiap bagian dengan penting dengan warna merah, kuning, dan hijau. 

Bahasa yang digunakan untuk toddler harus konkrit, sederhana, dan mudah dipahami. Jangan sampai membuat mereka takut atau sampai trauma.

"Yuk, ini bunda punya boneka. Warna hijau untuk daerah aman yang boleh dipegang ya, kak. Kalau warna kuning, kakak harus hati-hati. Yang warna merah, tidak boleh dipegang sama sekali oleh orang lain. Tandanya "STOP", enggak boleh dipegang. Ok kak!"

Pada saat kondisi tidak benar, ajarkan anak untuk:

1. Berani bilang kalau tidak suka

2. Berani teriak, menjerit, tendang, dan gigit, dll

3. Lari ke tempat yang ramai

Saran dari psikolog, gunakan bahasa ilmiah ketika menjelaskan tentang perbedaan alat kelamin. Perempuan adalah vagina dan payudara. Laki-laki adalah penis. Jangan buat perumpamaan yang aneh-aneh. 

Contohnya orang tua yang menyebut vagina dengan istilah dompet. Yang bahaya, ada orang lain yang tahu kebiasaan orang tua tersebut dan ketika anak sendirian, orang ini bisa bilang, "dompet kamu boleh lo dimasukkan uang". Harus hati-hati banget ya teman-temanku semua.

Beri tahu anak siapa saja yang boleh memegang daerah privatnya dan ajarkan untuk waspada terhadap orang lain, "Kalau ada yang menyentuh bagian merah atau kuning, kakak boleh bilang "NO", terus bilang ke bunda sama ayah, supaya bunda sama ayah tegur orang itu, ya. Yuk latihan sama bunda. Kalau bunda pegang boneka bagian ini, tandanya apa, hayoo?"

Jika anak sudah tahu siapa saja yang boleh melihat daerah privatnya, biasakan meminta izin kepada anak untuk membantu melepas baju atau celana, agar anak paham rambu-rambu dan punya alarm jika terjadi sesuatu yang mencurigakan.

Di usia 3 tahun, mulai diajarkan untuk menutupi daerah privatnya, "Kak, malu kelihatan. Ayo ditutup ya kak! Sini bunda bantu ya." Jika sedang di tempat umum, orang tua bisa berusaha menutupi daerah privat anak dengan perilaku, "Kak, malu sayang. Sini buruan pakai celananya ya! Bunda bantu tutup ya, supaya tidak kelihatan."

Jalin hubungan yang hangat dengan anak dan lingkungannya. Karena rasa aman dari orang tua atau dirimu akan membuat anak mudah bercerita tentang apa yang terjadi dengannya. Jadi bisa dengan mudah mengali informasi jika terjadi sesuatu.

Teman-temanku, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kasus "deyaled trauma" dimana anak menganggap normal, sehingga tidak cerita kepada orang tuanya tentang apa yang terjadi dan orang tuanyapun tidak tahu situasi berbahaya ini. 

Dan pada saat beranjak remaja, si anak mulai belajar tentang seks di sekolahnya, sehingga ia baru tahu yang dialaminya dulu. Ini situasi yang lebih berbahaya. Healing traumanya akan lebih sulit kalau dibiarkan.

Oleh karenanya, ajarkan anak-anak mengenai pendidikan seksual sedari dini. Hal ini harus diajarkan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Terus melakukan pengulangan, jangan harap anak paham dengan sekali pemberitahuan, jangan bosan ya!.

Semoga Bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun