Mohon tunggu...
Iin Andini
Iin Andini Mohon Tunggu... Guru - Pribadi

Guru

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memilih Jujur atau Menyakiti?

8 Maret 2021   12:50 Diperbarui: 9 Maret 2021   10:09 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Orang Menelepon (Sumber:hellosehat.com)

Istilah ghosting tidak asing lagi bagi kita karena sedang hangat-hangatnya diperbincangkan. Apalagi sekarang, ghosting tambah heboh ketika Kaesang Pangarep menjadi trending topic Twitter. Kaesang diduga ghosting Felicia yang merupakan mantan pacarnya. Tidak hanya di Twitter, beberapa media pun mengulas masalah ghosting yang dilakukan oleh Kaesang.

Terlepas seseorang melakukan ghosting atau tidak bergantung pada situasi dan masalah yang dihadapinya. Nuzulia Rahma Tristinarum, Psikolog Pro Help Center dan Konselor IAC (Indonesia Association Counseling), mengatakan bahwa ghosting dapat memberikan dampak buruk bagi psikologis korbannya. Korban akan merasa ditolak atau tidak diinginkan. Gangguan psikologis yang dialami korban bisa berupa kecemasan, ketakutan, frustasi, depresi.

Lalu, mengapa seseorang merasa menjadi korban ghosting? Hal ini dipicu ketika seseorang pergi atau mengakhiri sebuah hubungan dengan si korban. Si pelaku memilih untuk pergi atau menghindar tanpa ada jejak. Ya, mungkin kita pernah menjadi pelaku atau korban juga. Kita tidak menyadari bahwa kita sedang kena ghosting.

Seth J. Gillihan, PHD, psikolog klinis, mengatakan ada beberapa alasan pelaku melakukan ghosting. Di antaranya tidak menyukai Anda, takut berkomitmen, bertemu orang lain, sedang melakukan permainan, sangat sibuk. Berarti, dapat disebutkan bahwa ghosting merupakan sebuah langkah yang mengindikasikan tindakan yang kurang bertanggung jawab bagi pelaku. Sementara korban akan merasa tersakiti.

Menentukan Sikap Menghadapi Ghosting

Dasar dari sebuah hubungan adalah kejujuran. Mohammad Mustari (2011) dalam tulisannya "Nilai Karakter: Refleksi untuk Pendidikan Karakter" mengatakan bahwa jujur merupakan suatu perilaku manusia yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap dirinya maupun pihak lain. Kejujuran suatu bentuk tindakan yang dapat dipercaya tanpa menyembunyikan sesuatu.

Lalu, apa hubungan antara jujur dan ghosting? Bagi pelaku, menghindari seseorang tanpa alasan yang jelas adalah suatu sikap tidak bertanggung jawab yang mengarah pada ketidakjujuran. Orang tersebut tidak berani jujur akan masalah yang dihadapinya sehingga menghilang seperti hantu. Sebaliknya, orang yang ditinggalkan tanpa kejelasan akan mengalami perasaan yang tersakiti.

Memang, menjalin suatu hubungan tidak akan mulus seperti jalan tol. Dalam suatu hubungan pasti akan ada konflik. Mengecewakan dan dikecewakan adalah hal yang manusiawi. Beberapa tips yang bisa dilakukan seseorang dalam membina sebuah hubungan dengan pasangannya untuk meminimalisasi terjadinya ghosting.

1. Membutuhkan Keterbukaan Satu Sama lain

Menjalin hubungan dengan siapa pun adalah hak setiap orang selama belum ada ikatan. Sifat manusia seperti musim selalu berganti-ganti. Jika perasaan bosan menghadang, perlu introspeksi diri atau penyadaran diri. Sebaiknya menenangkan diri tanpa menghindar. Bila sudah tidak menyukainya, ambillah keputusan dengan tepat.

Hal yang ditakutkan adalah perasaan emosional itu bersifat sementara saja. Jika sudah seperti itu, pada akhirnya kita menjadi menyesal. Apabila sudah yakin untuk tidak membawa hubungan ke jenjang lebih serius, ada baiknya diungkapkan saja alasannya. Ungkapkan saja dengan terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun