Pada saat ini dunia sedang dilanda pandemi yang cukup mengkhawatirkan, yaitu COVID-19. Hampir semua negara yang ada di dunia ini mengalami pandemi COVID-19 ini, tidak terkecuali Indonesia.
Status pandemi atau epidemi global menandakan bahwa penyebaran COVID-19 berlangsung sangat cepat. Beberapa langkah cepat dilakukan oleh pemerintah agar virus corona ini tidak menular dengan cepat, seperti menerapkan work from home (WFH), Social Distancing, dan lain-lain.
Masyarakat juga diedukasi untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan dengan sabun sesering mungkin, memakai masker ketika bepergian keluar rumah, serta menjaga jarak.
Kondisi yang datang tiba-tiba ini membuat masyarakat tidak siap menghadapinya baik secara fisik ataupun psikis.Â
Diantara kondisi psikologis yang dialami oleh masyarakat adalah rasa anxiety apabila tertular virus Corona. Menurut American Psychological Association (APA), kecemasan merupakan keadaan emosi yang muncul saat individu sedang stress, dan ditandai oleh perasaan tegang, pikiran yang mebuat individu merasa khawatir dan disertai respon fisik (jantung berdetak kencang, naiknya tekanan darah, dan lain sebagainya.Â
Anxiety adalah bentuk ketidakberanian ditambah kerisauan dan perasaan takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya.
Anxiety ini juga dialami oleh para remaja karena usia remaja dapat dikatakan usia yang masih labil dalam menghadapi kondisi-kondisi yang tidak terduga. Kondisi emosi yang apabila seseorang terinfeksi virus ini sulit untuk sembuh dan kebanyakan meninggal.
Beberapa faktor yang menyebabkan anxiety pada masa pandemi Covid-19 adalah kurangnya informasi mengenai kondisi ini, pemberitaan yang terlalu heboh di media masa ataupun media social, kurangnya membaca literasi terkait dengan penyebaran dan mengantisipasi penularan corona virus.
Anxiety yang dialami remaja ini akan berdampak kepada;
1.Kurang tidur
Anxiety dapat menyebabkan insomnia dan masalah tidur lainnya. Semakinn sedikit tidur maka semakin besar tingkat anxiety. Â