Mohon tunggu...
Ajunk Artawijaya
Ajunk Artawijaya Mohon Tunggu... Enthusiast in photography, blogging, and visual storytelling.

Civil Servant by profession, creative by passion | Enjoy writing, capturing moments, and visual arts.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

3 Alasan Utama Mengapa Menjadi ASN Masih Menjadi Cita-Cita Favorit Masyarakat

13 Agustus 2025   13:40 Diperbarui: 13 Agustus 2025   13:38 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika melihat kondisi ekonomi serta peluang kerja khususnya di Indonesia tahun 2025 sekarang, rasanya cita-cita menjadi ASN baik PNS (Pegawai Negeri Sipil) maupun PPPK/P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) akan masih sangat digemari atau bahkan diimpikan oleh sebagian besar masyarakat khususnya generasi muda (fresh graduate). Bagaimana tidak, kesan yang melekat pada profesi ASN bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dari jaman saya sekolah dulu (periode awal 2000-an) sampai dengan sekarang masih tetap sama. Dimana ASN dianggap sebagai salah satu profesi paling stabil serta aman dari risiko krisis ekonomi maupun ketidakpastian yang kerap terjadi di negara kita. 

Di lain sisi sebenarnya hal ini menjadi fenomena yang tidak seimbang antara antusiasme masyarakat dengan realita yang ada, sebagai contoh menurut data dari BKN pada Januari 2024 (sebagaimana terlampir dalam infografis di bawah), sejatinya angka pertumbuhan ASN baik PNS maupun P3K dari tahun 2014 s.d. 2023 bisa dibilang relatif stagnan, jika secara awam dimaknai maka mungkin saja ini berarti bahwa jumlah ASN yang pensiun / berhenti dengan jumlah ASN yang baru bergabung bisa dibilang seimbang, dengan kata lain jumlah penambahan ASN baru tiap tahunnya tidak terlalu besar.

Selain itu, data menunjukan jumlah lowongan ASN baru tiap tahunnya tidak bisa dipastikan dan hampir selalu jauh lebih kecil dari jumlah pelamarnya. Pada tahun 2024 saja misalnya, terhitung pelamar seleksi CASN tahun 2024 mencapai 3.963.832 orang (data BKN 17 September Pukul 08.00 WIB).  Sedangkan jumlah lowongan atau alokasi formasi CASN yang dibuka untuk instansi pusat sebesar 114.706 formasi, dan untuk instansi daerah mencapai 135.701 formasi. Fantastis bukan, sangat jauh antara formasi yang dibuka dengan jumlah peminat yang melamar. Hampir 4 juta pelamar berbanding dengan hanya 250.000 formasi. Jelas data ini tidak sanggup membantah bahwa realitanya impian menjadi ASN masih menjadi opsi utama para generasi muda hingga saat ini.

Suasana Seleksi Penerimaan CASN (Sumber: bkn.go.id)
Suasana Seleksi Penerimaan CASN (Sumber: bkn.go.id)

Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa ASN masih menjadi cita-cita begitu banyak generasi muda sampai sekarang? bukankah di era yang sangat terbuka dan tanpa sekat seperti saat ini, setiap orang punya kesempatan untuk bekerja tanpa mengenal batas geografis, perbedaan budaya, bahasa, serta faktor penghambat lainnya (tentu saja di luar faktor minimnya lapangan pekerjaan baru di negara kita)? Berikut setidaknya 3 alasan utama menurut pandangan saya pribadi:

1. ASN = Profesi Yang "Aman"

Pengertian 'aman' di sini maksud saya adalah, ASN dalam hal ini PNS (karena untuk P3K sampai saat ini masih menggunakan skema kontrak kerja 5 tahunan) merupakan salah satu profesi yang sangat kecil sekali terjadi kemungkinan pemutusan hubungan kerja, kecuali si oknum ASN nya itu sendiri yang membuat masalah atau mengundurkan diri. Sebagaimana kita ketahui sejak saat pertama kali lulus seleksi menjadi Calon PNS atau CPNS mereka akan menjalani masa percobaan selama 1 tahun, dan setelah melewati masa kerja CPNS mereka akan langsung diangkat menjadi PNS sesuai dengan formasi/jabatan yang dilamar sebelumnya. Selanjutnya setelah diangkat menjadi PNS definitif, maka otomatis tantangan / perjalanan karir ke depan bisa dibilang 'autopilot' dan tinggal mengikuti regulasi/kebijakan saja meskipun memang beberapa PNS memiliki karir yang lebih cepat atau sebaliknya lebih lambat, baik dalam hal kenaikan pangkat atau perpindahan jabatan dari jabatan fungsional/pelaksana ke jabatan struktural (eselon), hal ini biasanya dipengaruhi berbagai faktor baik teknis (kompetensi, pendidikan, anggaran), maupun faktor non teknis (kedekatan dengan pimpinan, peluang karir/jabatan yang berbeda, dsb).

Kesan aman dan autopilot inilah yang menurut saya paling digemari sebagian besar masyarakat (pelamar), meskipun harus diakui jika anda  menjadi ASN di bidang pelayanan publik misalnya di bidang kesehatan (tenaga medis/tenaga kesehatan) maupun di bidang pendidikan (guru/dosen/tenaga pendidik lain), kesan aman/autopilot ini akan sedikit tidak relevan jika dibandingkan dengan bagaimana sibuk dan sangat lelahnya mereka (para ASN di bidang pelayanan publik) saat bekerja dalam rutinitas kesehariannya. Maksud saya jika dibandingkan dengan ASN yang bekerja di bidang manajerial atau birokrasi di balik meja, ASN front liner ini (nakes, guru, dsb) memiliki beban kerja dan tanggung jawab yang "mungkin" jauh lebih melelahkan. Karena kehadiran mereka ditunggu langsung oleh masyarakat dan kerap menjadi "tumbal" atas kritik masyarakat terhadap cerminan layanan publik pemerintah baik di level pusat maupun daerah.

Dan jangan lupa, 'aman' dalam konteks ini juga dapat diartikan saat anda dilantik menjadi PNS maka status pekerjaan serta penghasilan anda akan benar-benar 'aman' sampai dengan usia pensiun nanti. Di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini tentu saja kepastian masa kerja hingga usia pensiun akan selalu menjadi opsi menarik bagi siapa saja. Tidak berhenti sampai di sana, bahkan saat sudah pensiun pun, anda akan tetap mendapatkan penghasilan sebagai pensiunan PNS berupa gaji pokok sampai nanti anda meninggal, bahkan apabila saat meninggal si-PNS masih memiliki pasangan, maka uang pensiunan akan masih tetap bisa diterima oleh pasangan yang ditinggalkan.

Suasana Pelantikan ASN di salah satu Pemerintah Daerah (Sumber: bkn.go.id)
Suasana Pelantikan ASN di salah satu Pemerintah Daerah (Sumber: bkn.go.id)

2. Kestabilan penghasilan (stabil bukan berarti besar)

Jika pada poin nomor 1 kita bahas soal masa kerja dan keamanan status sampai usia pensiun (bahkan hingga meninggal), maka pada poin nomor 2 ini, faktor finansial lah yang menjadi iming-iming dari profesi ASN. Meskipun jumlah pendapatan (gaji + tunjangan) ASN di berbagai instansi berbeda-beda sesuai kemampuan masing-masing instansi/daerah, namun setidaknya jumlah gaji pokok pada tiap-tiap golongan ASN akan selalu sama, karena hal tersebut telah diatur oleh undang-undang dan peraturan lain di bawahnya. Setidaknya jumlah pendapatan ASN bahkan untuk gaji pokok golongan terendah pun seringkali masih sama jumlahnya atau lebih besar dari jumlah gaji/ UMR sebagian besar kota/kabupaten "kecil" di berbagai pelosok daerah di Indonesia. Kemudian, gaji tersebut juga akan selalu diterima oleh ASN setiap bulannya di tanggal yang sama (meskipun untuk tunjangan biasanya diterima di waktu yang berbeda-beda), kepastian tanggal penerimaan gaji beserta jumlahnya inilah yang menjadi salah satu poin 'plus' dibanding pekerjaan di sektor informal, atau sektor private/swasta. 

Padahal di era hype-modern seperti saat ini, karir di perusahaan multi nasional - internasional bisa saja menawarkan jumlah penghasilan yang jauh lebih fantastis, jauh melebihi penghasilan ASN, namun sekali lagi kepastian status pegawai dan penghasilan ASN inilah yang sampai saat ini masih dianggap menjadi salah satu alasan mengapa menjadi ASN adalah pilihan karir yang paling realistis, aman, dan stabil. Hal ini tentu saja mengakibatkan profesi ASN akan tetap selalu dilirik sampai kapanpun.

Ilustrasi gaji PNS (foto: beritasulsel.com/ai) 
Ilustrasi gaji PNS (foto: beritasulsel.com/ai) 

3. Banyak orang bangga untuk bekerja dengan mengenakan "seragam"

Fenomena seperti ini mungkin terdengar kuno bahkan feodal bagi sebagian orang. Namun, di banyak sudut Indonesia, terutama di kalangan generasi X dan baby boomers, status "seragam" masih punya pesona tersendiri. Seragam di sini bukan sekadar kain berwarna khas ASN yang dikenakan setiap Senin pagi, melainkan simbol dari stabilitas, keamanan finansial, dan gengsi sosial yang diwariskan dari generasi sebelumnya. Pengalaman pribadi saya dan kisah-kisah yang beredar di lingkar pertemanan membuktikan bahwa status sebagai ASN kerap menjadi salah satu "nilai jual" dalam pencarian calon pasangan. Bukan hal aneh jika orang tua memandang profesi ini sebagai jaminan masa depan, baik bagi anaknya maupun bagi keluarga besar yang menyambut anggota baru (menantu misalnya).

Contoh sederhana dapat kita temukan dalam percakapan sehari-hari di lingkungan perumahan. Misalnya, obrolan para orang tua yang masih sering terdengar seperti ini:

"Si Ayu tetangga kita tuh bulan depan mau nikah, dan calon suaminya katanya PNS di Kementerian Keuangan lho, wah beruntung ya si Ayu itu nasibnya..." 

Bagaimana, apakah relate dengan pengalaman bapak/ibu pembaca kompasiana lainnya? bisa jadi iya tau tidak, tergantung di mana kita tinggal saat ini. Bagi sebagian masyarakat, status ASN menawarkan sesuatu yang tak bisa diberikan oleh profesi lain: rasa aman. gaji yang relatif stabil, tunjangan, jaminan pensiun, dan citra sosial yang mapan menjadi alasan mengapa profesi ini tetap digandrungi.  Tentu saja sebagian besar dari kita pasti sepakat bahwa status 'seragam' atau dengan kata lain asal-usul instansi tempat bekerja bukanlah hal yang masih bisa dijadikan tolak ukur kebanggaan karir di era modern saat ini, karena kita ketahui bersama bahkan di negara maju, perusahaan-perusahaan kenamaan sudah tidak lagi mengatur pakaian/seragam para pegawainya, mereka lebih mengutamakan kompetensi dan performa pegawai di bidangnya, dan tentu saja hasil karya/kontribusi lah yang menjadi penentu karir seseorang di negara maju.

Contoh Pakaian Dinas ASN (Sumber: jadiasn.id)
Contoh Pakaian Dinas ASN (Sumber: jadiasn.id)

Nah, itulah sedikit pandangan pribadi saya terhadap fenomena mengapa menjadi ASN akan terus  menjadi salah satu impian yang akan tetap digemari oleh generasi saat ini dan generasi di masa yang akan datang. Teriring harapan, semoga pemerintah kita dan para stakeholder bisa terus membuka lapangan kerja yang lebih banyak sehingga taraf kehidupan masyarakat pun bisa meningkat dan semakin banyak pilihan karir bagi generasi penerus selain tentunya impian menjadi ASN yang akan selalu menjadi salah satu impian kebanyakan masyarakat kita. Karena pada akhirnya, nilai/value seorang profesional bukan terletak pada asal instansi atau statusnya, melainkan pada karya dan kontribusinya bagi bangsa. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun