Mohon tunggu...
ignacio himawan
ignacio himawan Mohon Tunggu... Ilmuwan - ilmu terapan untuk keseharian

Sekedar berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Surat untuk Kompas: Ketika Media Massa Menyebar Hoaks

27 Januari 2019   10:00 Diperbarui: 27 Januari 2019   10:25 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salah satu berita yang menarik perhatian sepanjang minggu lalu adalahn ketika sekelompok siswa di AS bertopi "Make America Great Again (MAGA)"mengejek seorang pria Indian yang sudah berjasa untuk negara tersebut. CNN, NBC and Huffington Post meiliput kejadian tersebut. BBC meliputnya di situs berbahasa Inggris dan Indonesia. Bahkan, Kompas pun melansir berita tersebut.

Terus terang tadinya saya juga menyalahkan tingkah laku remaja-remaja tersebut berdasarkan pengalaman pribadi saya selama hidup di negara Barat. Seperti kebanyakan orang saya cenderung berpikir bahwa anak-anak kulit putih kurang sensitif dengan orang kulit berwarna, apalagi bila mereka mendukung Presiden Trump, meskipun saya mengerti mengapa Trump populer di sebagian kalangan sehingga memenagi pemilihan presiden di tahun 2016.

Namun, benarkah berita yang sudah dilansir oleh media terkemuka tersebut ?

Hari Kamis kemarin ketika menonton acara Quetion Time, sebuah diskusi politik mingguan di BBC, saya terkejut ketika sebuah pertanyaan dari publik berujung ke diskusi kalau media-media massa tersebut melakukan kesalahan.

Mereka merilis berita dengan asumsi kalau anak remaja bertopi MAGA pasti akan bertindak rasis. Ini adalah pengakuan menarik mengingat pembawa acara BBC sendiri yang membuat pengakuan tersebut, namun tidak ada pemberitaan BBC baik di TV, radio, maupun internet yang menyatakan hal tersebut.

Salahkah sang pembawa acara diskusi?

Ternyata tidak juga, karena video penuh dengan durasi hampir 2 jam dari kejadian tersebut ternyata muncul di internet dan hingga saat ini tidak ada yang menyatakan kalau video ini palsu.

Saya jadi teringat kisah pidato BTP yang diedit Buni Yani. Video awal yang dikutip media berasal dari Tweet seseorang yang mengaku sebagai aktivis kemanusaiaan, namun akun tersebut ternyata bodong dan sudah ditutup.

Memang saat itu para remaja bertopi tengah berkumpul di Lincoln Memorial. Memang mereka bertingkah laku berisik. Namun tindakan tersebut untuk merespon agitasi yang dilakukan oleh kelompok minoritas lain yang hampir di sepanjang video bertingkah memusuhi sekelompok Indian yang sedang berdemonstrasi yang diselingi dengan agitasi yang dirahakan ke anak-anak sekolah tersebut.

Entah mengapa, sang Indian tua kemudian mendatangi remaja tersebut sambil memukul-mukul gendang hingga akhirnya berdiri berhadap-hadapan dengan remaja itu. dan video sudah viral terlebih dahulu.

Perlu diingat kalau kisah sang Indian tua selama seminggu ini juga berubah mulai dari veteran perang Vietnam yang di datangi oleh gerombolan remaja (Hari Senin) menjadi reservis Marinir yang tidak dikirim ke Vietnam dan medatangi gerombolan remaja tersebut untuk melindungi orang-orang yang mengagitasi baik kelompok Indian dan anak-anak tersebut (pertengahan minggu lalu).

Konfrontasi yang viral terjadi di sekitar 1:05 rekaman tersebut. Namun 1 jam pertama meberi latar belakang yang jelas. Sebagian besar dari jangka waktu ini adalah agitasi yang dirahkan ke kelompok India.

Namun ada beberapa selingan agitasi yang diarahkan ke kelompok anak sekolah (menit ke 46, misalnya). Ketika dang India mengatakan remaja-remaja tersebut berteriak "Build the Wall", yang tampak di vdieo adalah serangkaian seruan "Waa.. Waa.. Waa" yang biasa keluar ketika remaja menyiapkan barisan untuk kompetisi olahraga.

Perkataan Build the wall memang muncul, namun dicucapkan oleh agitator yang justru merekam video tersebut.

Bagaimana reaksi media massa ketika versi panjang video tersebut muncul di paruh kedua hari Senin?

Yang jelas tak satupun mengakui telah menjadi penyebar Hoax. (Sayangnya termasuk Kompas). Sang remaja sudah dimaki orang, bahkan diancam untuk dibunuh, tak ada satupun media utama yang membela remaja tersebut.

Para jurnalis yang selalu bangga sebagai kalangan terpelajar (jurnalis di Inggris umumnya produk Oxford/Cambridge dan di AS adalah produk universitas terkemuka seperti Harvard) telah terlanjur memberi komentar yang tidak pantas untuk remaja tersebut.

Media massa berhaluan kanan seperti Fox News malah tampak lebih baik dalam kasus ini (Bayangkan apabila TV ONE di tahun 2014 lalu menampillkan berita yang lebih netral daripada TV lainnya).

ABC news setidaknya mecoba memuat berita analisis video panjang. CNN, Huffinton Post, NBC meluruskan berita tersebut namun dengan menutip pernyataan Donald Trump sehingga tentu saja masih membuka peluang untuk tidak perlu merasa bersalah.

Sedangkan BBC memilih diam seribu bahasa.

****

Saya rasa ada pelajaran penting yang harus diambil disini mengingat suhu politik Indonesia juga mulai memanas akibat perhelatan politik.

Secara jujur kita akan mengangap kelompok yang kita sokong sebagai pembawa kebenaran.

Namun bagaimana kalau terjadi kesalahan?

Saat ini sebagian besar media tentu saja mengangap salah satu paslon memiliki jejak yang meragukan karean seringkali membuat pernyataan kampanye yang tidak masuk akal (mirip Donald Trump, mungkin).

Namun sanggupkan media-media utama ini untuk bersikap ksatria apabila terjadi kesalahan ?

Untuk sesama pembaca, mungkin kita harus mencoba untuk tidak terlalu berprasangka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun