Mohon tunggu...
Iffat Mochtar
Iffat Mochtar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Profesional - Wiraswasta

Country Manager di sebuah Perusahaan Swasta Asing yang bergerak di sektor Pertambangan. Berdomisili di kota minyak Balikpapan, Kalimantan Timur. Memiliki banyak ketertarikan di bidang marketing, traveling, kuliner, membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Momentum 76 Tahun Indonesia Merdeka, Mari Bangkit Bersama Menumbuhkan Literasi Bangsa

2 Agustus 2021   06:00 Diperbarui: 3 Agustus 2021   07:28 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menumbuhkan Minat Baca Anak | Sumber Foto: Shutterstock via The Jakarta Post

Mungkin Anda sering mendengar ungkapan yang mengatakan bahwa "Buku adalah jendela dunia" atau ada lagi ungkapan lainnya, "Buku adalah gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya". Ungkapan-ungkapan tersebut tentu saja tidak salah, bahkan menurut saya ungkapan tersebut sangat tepat dan sangat relevan sampai kapan pun dan di zaman apa pun.

Namun seiring dengan kemajuan zaman, media yang digunakan untuk membaca mulai bergeser. Kalau dulu semua orang hanya satu-satunya membaca melalui media yang berbahan kertas seperti buku, koran atau majalah. Tetapi saat ini buku perlahan-lahan sudah mulai ditinggalkan setelah munculnya era digitalisasi melalui internet.

Anak-anak muda sekarang sudah mulai meninggalkan buku kertas atau buku konvensional dan beralih kepada e-book atau bacaan melalui internet. Selain sangat praktis juga semua bacaan apapun tersedia di internet.

Kita begitu mudah mencari dan mengunduh bacaan-bacaan ataupun informasi yang kita inginkan melalui mesin pencari di internet seperti Google, Yahoo, Youtube dan banyak lagi aplikasi lainnya yang menyediakan sumber-sumber bacaan yang berbentuk tulisan ataupun dalam bentuk audio visual.

Tidak ada yang salah dengan semua itu, karena semua bacaan apapun, apakah ia masih menggunakan cara-cara konvensional maupun sudah mengikuti teknologi masa kini, jika dilakukan dengan benar maka akan menghasilkan output yang baik pula.

Sebagian orang, khususnya orang-orang yang lahir di era sebelum tahun 2000-an, kebanyakan masih suka membaca melalui buku berbahan kertas. Katanya ada semacam kenikmatan tersendiri yang bisa dirasakan seperti bisa menikmati harumnya aroma kertas, apalagi kalau buku yang masih baru dibeli.

Atau dengan membaca buku yang masih menggunakan media kertas, jika kita mau berhenti membaca maka kita bisa melipatkan bagian atas halaman kertas tersebut untuk menandai batas kita membaca dan selanjutnya kita bisa melanjutkannya kembali mulai dari batas lipatan tersebut.

Seni cara melipat sudut halaman buku sebagai penanda batas halaman yang sudah dibaca, tentunya tidak bisa dilakukan di media e-book atau media lainnya di internet. Sehingga kita bisa mengatakan bahwa semua media bacaan memiliki keunggulannya sendiri-sendiri tergantung kepada selera masing-masing.

Namun bukan berarti dengan bertambahnya media membaca semakin menambah minat baca orang, khususnya di kalangan anak-anak muda. Semakin berkembangnya teknologi, banyak aplikasi-aplikasi yang bisa diunduh untuk dibuka melalui komputer maupun handphone seperti aplikasi permainan atau games, youtube, tik tok dan banyak lagi aplikasi menarik lainnya.

Hal ini jika tidak disikapi dengan bijak khususnya bagi para orang tua yang memiliki anak-anak usia sekolah maka akan memunculkan masalah baru. Di mana anak-anak menjadi malas belajar otomatis akan malas membaca karena mereka kecanduan dengan permainan-permainan games misalnya.

Fenomena ini harus betul-betul diperhatikan oleh semua pihak, termasuk para orang tua, tenaga pendidik, Pemerintah dan siapa pun yang memiliki kepedulian terhadap masa depan bangsa, apabila kita ingin menghasilkan sebuah generasi yang berkualitas dan produktif.

Minat Baca Harus Ditanamkan Sejak Dini | Sumber Foto: Joel Muniz/Unsplash
Minat Baca Harus Ditanamkan Sejak Dini | Sumber Foto: Joel Muniz/Unsplash

Kegemaran membaca memang sudah harus ditanamkan dari mulai sejak dini. Mulai sejak masih usia anak-anak dan terus berlanjut hingga seseorang tidak sanggup lagi untuk membaca mungkin dikarenakan oleh hambatan faktor usia.

Tidak ada batas waktu seseorang untuk berhenti membaca karena dengan berhenti membaca maka segala informasi dan ilmu pengetahuan yang masuk ke otak kita juga akan terhenti. Bahkan informasi dan ilmu yang sudah pernah didapat perlahan-lahan juga akan hilang.

Banyak orang yang begitu berhenti dari bangku pendidikannya, biasanya langsung berhenti juga untuk membaca karena dia menganggap sudah selesai pendidikannya dengan dibuktikan oleh selembar ijazah. Sehingga bisa dipastikan dia tidak akan berkembang bahkan ilmu yang pernah dia dapatkan cenderung akan dilupakannya.

Selain dikarenakan ia nantinya akan disibukkan dengan permasalahan kehidupan sehari-harinya juga kadangkala ilmu pengetahuan yang ia dapatkan dari bangku sekolah atau perguruan tinggi hanya berupa teori dan belum tentu bisa diaplikasikan di kehidupan sehari-hari apalagi jika ia tidak kreatif.

Minat baca masyarakat Indonesia khususnya di kalangan anak-anak tingkat sekolah dasar dan menengah hingga perguruan tinggi, boleh dikatakan sangat rendah dibanding dengan negara-negara lainnya.

Sebuah lembaga penelitian bernama Programme for International Student Assessment (PISA) melakukan survey beberapa tahun lalu untuk tingkat literasi 72 negara di dunia termasuk Indonesia, dan hasilnya sangat mencengangkan. Indonesia menduduki peringkat ke-62 dari 72 negara yang di-survey tersebut. Artinya peringkat negara kita sangat rendah. Kondisi seperti ini tentu saja sangat memprihatinkan kita semua.

Saya tidak bisa membayangkan dengan kondisi di mana anak-anak banyak yang mengalami ketergantungan dengan gadget dan biasanya mereka lebih senang menggunakan gadget tersebut hanya untuk bermain games atau disibukkan dengan kegiatan di media sosial sehingga kesempatan untuk membaca sangatlah kurang. 

Mau seperti apa masa depan mereka dan juga masa depan Bangsa Indonesia. Tentunya negara yang kita cintai ini nantinya akan sulit bersaing dengan negara-negara lainnya.

Bukan tidak mungkin suatu saat nanti bangsa kita tertinggal jauh dengan bangsa lainnya karena kebodohan kita sendiri. Kita selama ini mungkin terlena karena banyaknya sumber daya alam yang melimpah di Indonesia tetapi suatu saat sumber daya alam tersebut lama-kelamaan akan habis apalagi jika tidak diolah dengan benar.

Bayangkan dengan negara tetangga kita seperti Singapura misalnya. Walaupun sumber daya alam mereka sangat kecil atau boleh dibilang hampir tidak ada tetapi mereka bisa menguasai ekonomi di kawasan Asia Tenggara bahkan termasuk salah satu negara makmur di dunia saat ini. 

Apa yang salah dengan kita? Mungkin salah satunya adalah karena kita tidak mau belajar dan tidak mau berusaha lebih keras juga tidak mau hidup disiplin. 

Kebiasaan Membaca di Dalam Pesawat | Sumber Foto : Getty Images
Kebiasaan Membaca di Dalam Pesawat | Sumber Foto : Getty Images

Contoh lainnya yang sering saya lihat, apabila naik pesawat dalam perjalanan ke luar negeri misalnya, beberapa orang-orang bule baik anak-anak ataupun orang dewasa, mereka pada saat duduk di kursi pesawat langsung mengambil bukunya dan membacanya. 

Bandingkan dengan para penumpang domestik di negara kita hampir tidak pernah saya temui orang Indonesia yang asyik membaca buku di dalam pesawat kebanyakan mereka menikmati tidurnya dengan nyenyak di dalam pesawat. Sangat kontras sekali perbedaannya.

Orang yang terbiasa membaca biasanya keingintahuan mereka juga tinggi untuk terus mencari segala informasi. Sehingga dengan banyaknya informasi yang ia peroleh maka mereka tentu saja akan memiliki wawasan yang lebih luas dibandingkan orang yang jarang membaca.

Seorang penulis andal, apakah ia seorang sastrawan, jurnalis ataupun kolumnis yang sering menuliskan berbagai macam artikel, biasanya mereka adalah seorang pembaca sejati. Tidak akan mungkin dia akan menjadi penulis yang baik jika mereka jarang membaca karya orang lain sebagai referensi untuk karya tulisnya.

Kita bisa mengetahui perkembangan dunia saat ini atau kejadian di suatu tempat karena kita membaca, mendengar dan melihat. Orang akan menjadi pintar dan kreatif karena dia sering membaca karena dengan membaca akan membuka wawasan berpikirnya. 

Mungkin selama ini banyak hal di dunia ini yang belum kita ketahui, kita bisa membuka tabir yang masih tertutup tersebut dengan membaca dari berbagai media apa pun.

Kadangkala saya merindukan karya-karya sastra dari para sastrawan zaman dulu. Saya membayangkan di saat kondisi Bangsa Indonesia belum merdeka, banyak orang yang masih hidup dalam kemiskinan, pendidikan masih sulit, tetapi bermunculan karya-karya sastra yang sangat menakjubkan seperti Roman Siti Nurbaya karya satrawan Marah Rusli atau Layar Terkembang dari Sutan Takdir Alisjahbana dan banyak lagi karya-karya sastra lainnya dari para satrawan angkatan dua puluhan, angkatan tiga puluhan, angkatan empat lima dan angkatan enam puluh enam.

Di saat perkembangan zaman yang semakin maju dengan ditandai penemuan-penemuan teknologi mutahir saat ini, malahan dunia sastra kita semakin meredup. Ini tentu saja sangat kontradiktif. 

Kurang produktifnya para penulis sastra saat ini karena menurunnya minat baca masyarakat Indonesia sehingga penerbit juga tidak mau menerbitkan karya-karya sastra mereka karena tidak memiliki nilai komersialitas lagi. Orang tidak berminat lagi untuk membeli buku-buku novel, cerpen ataupun antologi puisi. Karena orientasinya sudah berubah.

Beberapa puluh tahun yang lalu, perpustakaan masih banyak didatangi orang-orang untuk mencari buku bacaan. Di sana kita bisa membaca buku kesukaan kita atau buku ilmu pengatahuan. Dan apabila tidak ada waktu untuk membaca di sana kita bisa meminjamnya untuk dibaca di rumah.

Bahkan kalau menonton film-film remaja jaman dulu banyak adegan-adegan percintaan di ruangan perpustakaan. Tapi sekarang ini siapa yang mau datang ke perpustakaan lagi? 

Atau mungkin saat ini fungsi perpustakaan sudah berubah fungsi bukan lagi sebagai tempat orang untuk mencari buku bacaan tapi sudah berubah menjadi museum buku-buku antik.

Public Library di New York Sangat Luas | Sumber Foto : Getty Images
Public Library di New York Sangat Luas | Sumber Foto : Getty Images

Di negara-negara maju bahkan di beberapa kota-kota besar di dunia, perpustakaan merupakan salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi orang seperti halnya museum. 

Bahkan bangunannya cukup besar dan koleksi bukunya juga banyak serta letaknya pun persis di tengah kota yang dinamakan dengan National Library atau Public Library mirip dengan Perpustakaan Nasional di Jalan Salemba Raya Jakarta.

Ada petugas yang dengan sangat ramah melayani para pengunjung dari turis lokal maupun mancanegara yang ingin bertanya mengenai koleksi buku dan lain sebagainya. 

Mereka juga menerbitkan brosur-brosur dan katalog untuk memudahkan orang-orang menggunakan fasiltas perpustakaan tersebut. Lantas bagaimana dengan kondisi perpustakaan di Indonesia? Jawabannya mungkin saat ini kondisinya sangat menyedihkan.

Sebagai orang-orang yang memimpikan Bangsa Indonesia ini maju ke depannya, marilah kita bersama-sama untuk membangkitkan kembali literasi bangsa kita dimulai dengan membiasakan anak-anak kita untuk sering membaca, mengurangi penggunaan gadget yang berlebihan yang berpotensi bisa menghambat minat baca dan belajar anak. 

Orang tua diharapkan bisa kembali membacakan cerita-cerita untuk anak-anaknya sebelum tidur seperti yang pernah kita dapatkan dari orang tua kita dulu.

Juga mengadakan fasilitas-fasiltas taman bacaan di lingkup terkecil seperti di lingkungan RT. Mengaktifkan kembali lomba-lomba mengarang atau membaca puisi untuk anak-anak apalagi sebentar lagi kita akan merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang ke-76, mungkin salah satunya bisa dimeriahkan dengan kegiatan seperti itu.

Mari kita jadikan momentum Perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekan Bangsa Indonesia yang ke-76 ini untuk bangkit bersama membangun negeri yang kita cintai ini dengan menumbuhkan literasi bangsa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun