Contohnya saja lomba idul adha, hari raya idul adha identik dengan bakar-bakar daging. Pada hari besar islam itu menjadi sebuah ajang perlombaan untuk membuat sate terenak menurut juri, mulai lah kreatifitas- kreatifitas para santri keluar, dengan peralatan seadanya seperti gantungan baju (hanger) yang terbuat dari besi sudah dapat menciptakan alat bakar yang praktis dan pastinya tidak perlu mengeluarkan biaya.Â
Dengan bumbu seadanya juga yang tersedia para santri mampu bersemangat berlomba- lomba untuk membuat sate yang enak, tidak perlu memikirkan menang atau kalah yang terpenting moment kebersamaan yang tercipta, kelak moment tersebut akan selalu terkenang dan mungkin saja akan bisa diceritakan kepada anak cucu.
Dok. Pribadi
Berbicara soal moment, ada moment yang biasanya akan selalu terkenang dan tidak akan terlulang jika tidak dipesantren yaitu kembulan. Arti Kembulan sebenarnya sederhana, yakni makan bersama. Moment ini adalah moment yang mungkin tidak akan terjadi jika tidak dipesantren. Kembulan biasanya di ikuti sekelompok santri yang berkisar tiga sampai lima orang santri terkadang dapat memanjang mengikuti panjang lorong. Untuk orang yang tidak pernah kembulan mungkin akan terasa aneh dan mungkin "jijik" tetapi jika sudah terbiasa tidak akan terbesit pikiran seperti itu. Dan justru itu hal tersebut akan selalu dirindukan.
Dok. Pribadi
Salah satu moment tidak akan pernah terlupakan dari banyaknya moment yang ada di pesantren adalah ketika santri tersebut di Muwadaah. Muwadaah sendiri adalah acara perpisahan para santri, setelah mengalami susah senang, pahit manisnya hidup di pesantren Muwadaah adalah penghujungnya dan biasanya dibarengi dengan acara wisuda diniyah dan alqur'an. Dimana semua santri kelas tiga formal akan mengadakan pertunjukan terakhir yang akan ditonton oleh warga pesantren itu sendiri.Â
Setelah acara adalah puncak air mata mengalir, dimana santri tingkat akhir akan bersalaman, berpelukan untuk terakhir kali sebelum meninggalkan pesantren. Seluruh kenangan baik atau buruk akan tersimpan dibenak para santri tersebut. Tidak memandang bulu siapa yang akan menangis, entah pengurus bagian keamanan yang terkenal jahat dan songong, entah pengurus bagian pendidikan yang terkenal disiplin perihal kegiatan belajar, ataupun pengurus bagian peribadatan yang terkenal suka menghukum santri yang terlambat jamaah. Semua jabatan akan terlupakan begitu saja dan tercampur bersamaan dengan air mata saat Muwadaah berlangsung.