Mohon tunggu...
Senja Guzel
Senja Guzel Mohon Tunggu... Lainnya - 28/f/Bekasi

Memperhatikan dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Harapan Kecil dari Seblak

5 November 2018   20:18 Diperbarui: 7 November 2018   15:54 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Salah satu hidangan di Seblak Jeletet Murni, yang berisi kikil, otak-otak, dumpling ayam, dan telur ceplok. (KOMPAS.COM/MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA)

Pernahkah kamu merasa menyia-nyiakan kesempatan begitu saja? Kesempatan sekali seumur hidup yang melibatkan hal yang paling kamu inginkan. Kesempatan yang mempengaruhi masa depan dan kebahagiaanmu seterusnya, kesempatan yang berhubungan dengan semuanya, yang hidupmu bergantung dengan itu.

Baru-baru ini saya merasakannya. Sakit, pahit, pedih, marah, semua berkecamuk menjadi satu. Seakan sudah habis semua, sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Sudah tidak ada harapan lagi. 

Kesempatan tersebut melibatkan passion dan minat saya, masa depan saya, kehidupan saya, yang dengan sangat berat hati harus saya lepaskan karena satu dan lain hal. Dunia seperti runtuh. Mau makan saja malas, mau memulai hal baru untuk melupakan rasanya seperti mustahil. 

Saat itu saya berpikir, jalan saya sudah tamat. Saya dilanda kebingungan dan kegalauan yang amat sangat untuk mengambil jalan hidup yang baru. Keluarga dan teman - teman seperti memberi tekanan tidak langsung dengan bertanya, "sibuk apa sekarang?". 

Melihat media sosial pun rasanya dipenuhi rasa iri dengan teman - teman yang sedang menikmati jalan hidupnya. Setiap hari yang saya lakukan hanya mendengar musik, membaca buku, nonton film, memasak, pokoknya melakukan semua hal yang dapat menghibur diri dan menghindari saya untuk menyalahkan diri sendiri. 

Suatu hari saya dilanda keinginan yang amat sangat untuk makan seblak. Makanan khas Bandung yang dibuat dari kerupuk basah dan dimasak dengan rempah - rempah. Semua bahan sudah saya beli, hanya kurang satu rempah lagi. Kencur. 

Kencur ini adalah rempah yang menjadikan seblak itu seblak. Wanginya, rasanya, semua terbentuk karena kencur. Sebetulnya bukan rempah yang langka dan relatif bisa ditemukan di warung - warung sekitar rumah, namun entah kenapa hari itu semuanya seakan kompak bilang, "habis neng!" ketika saya mau beli. 

Saya coba lagi keesokan harinya dan jawabannya sama. Besoknya lagi. Besoknya, dan besoknya, dan besoknya... selalu tidak ada atau habis atau tidak jual. Saya yakin mereka bosan liat saya mampir ke warungnya setiap hari untuk sekedar mencari kencur. Saya coba cari ke pasar yang lumayan besar dan agak jauh dari rumah. 

Katanya panennya lagi susah atau apa gitu jadi pada busuk dan mereka tidak mau ambil resiko mengambilnya. Saya juga coba ke swalayan dekat rumkah, dan tidak ada stok katanya. Sungguh heran saya. 

Kenapa saat tidak butuh, rasanya banyak banget yang majang kencur di displaynya tapi giliran saya butuh satupun ga ada?? Geregetan banget rasanya. Keinginan makan seblak tak kunjung hilang tapi tidak mungkin membuat seblak tanpa kencur? Tidak terbayang rasanya.

FYI, saya adalah tipe yang suka bikin jajanan sendiri. Selain lebih bersih, hemat pula karena saat itu saya lagi bokek pisan hehe. Beberapa hari setelahnya, adik saya pulang dengan membawa plastik kecil ditangannya. "Mbak ini ketemu kencurnya!" katanya. Bukan main senangnya hati saya hanya karena adik membelikan kencur yang selama ini saya idamkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun