Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kejadian Mistis

28 Juni 2020   10:43 Diperbarui: 28 Juni 2020   10:41 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waktu itu di rumah lagi tidak ada orang, aku sendirian di karenakan ibu, ayah dan adik yang berangkat ke kota guna mengunjungi rumah nenek. Yang katanya nenek lagi sakit. Mereka berangkat sekitar jam 9 pagi. Aku pun masih santay di karpet yang belum tergulung dan makanan yang masih memnuhi meja ruang tamu. Yaa... mungkin karena ini masih moment hari lebaran. Jadinya masih banyak kue-kue atau makanan yang di hidangkan di meja ruang tamu.

Sekitar jam 5 sore aku bergegas membereskan rumah. Semua piring-piring kotor yang berserakan dari tadi pagi segera ku cuci. Akhinya tugas yang biasanya ibu yang mengerjakan selesai. Akupun bisa mulai merebahkan tubuhku di depan tv sembari mencari-cari siaran yang cocok untuk ku tonton. 

Sekitar pukul 9 malam, perut ku mulai keroncongan. Seolah-olah menyuruhku untuk bergegas makan, akhirnya akupun menyiapkan mie dan telur untuk di masak dan segera ku makan  untuk menganjal perut yang bernyanyi-nyanyi tak merdu.

Setelah selesai menyantap mie yang baru saja ku buat. Mata mulai lelah dan akhirnya ku matikan semua lampu di ruang tamu. Tak lupa juga tv yang dari tadi sore hidup turut ku matikan. Aku pun bergegas menuju kamarku yang terletak di bagian depan rumah. Bersebelahan dengan pohon jambu alpukat dengan jendela yang mengadap jalan yang langsung mengarah ke perkebunan kopi warga desaku. 

Angin malam ini cukup dingin, dan seolah-olah mendesir dan bersuara. Ku pikir itu hanya perasaanku saja. Ku tarik selimut dan mulai memejamkan mata. Waktu terus berputar, tak lama aku terjaga dengan ruangan yang memang gelas karena sengaja ku matikan lampunya. Ada suara gaduh di dapur, tapi tidak lama. Dan akupun kembali tidur dan memejamkan mata.

Setelah itu... tak berselang lama. Selimut yang ku pakai guna menutupi tubuhku dari kedinginan melorot turun. Hembusan angin begitu terasa, dan kembali ku tarik guna menutupi tubuhku lagi. 

Tak lama kembali selimut melorot turun. Dan akhirnya mataku buka, dengan jantung yang berdetak begitu cepat seperti piston motor di saat di hidupkan. Ku coba lirik kebawah tidak ada apa-apa. Ku lihat ke atas arah lampu yang ku matikan, tetap saja tidak ada apa-apa. 

Aku menjadi takut, ku lihat handphone ku sudah jam 2 malam. Aku mencoba menarik lagi selimutku dan mulai memjamkan mata kembali. Tak berselang lama, selimut kembali melorot. Dan ternyata biang keroknya adalah si orange. 

Ya... si orange, kucing kesayanganku. Ternyata dia yang menarik selimutku menggunakan kuku di tangannya. Di saat tubuhnya mendekati kepalaku yang masih tertidur di bantal, baru terdengar suara dengkur.

Dasar si orange. Hampir membuat jantungku copot saja. Si orange pun tertidur di tanganku, aku pun menghela napas panjang. Untung saja si orange, coba aja kalo setan beneran. Bisa-bisa malam ini ngungsi di rumah tetangga. Mana udah jam 2 lewat. 

Keesokkannya ayah, ibu dan adik pulang dan kuceritakan kejadian semalam. Mereka pun tertawa hhaha memang begitulah jailnya si orange pungkas ayah. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun