Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sepenggal Cerita Kehidupan

30 Maret 2020   12:38 Diperbarui: 30 Maret 2020   12:35 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sendu, nyanyian malam.
Hening, hening dan menghanyutkan.
Aku terdiam di suatu tempat,
Hilang pikiran mencoba untuk beranjak.

Adakah keindahan menjadi nyata?
Do'a dan do'a akan menembus Nirwana.
Angin malam makin menyapa?
Dingin badan, menghilangkan selera.

Sejarah mencatat, kenangan akan berbekas. Di ujung nadi sebuah senyuman.
Di ujung lidah sebuah kenangan.

Lari-lari, anak-anak kecil.
Asik bermain bicarakan kebahagiaan.
Tak takut derita, dan sebuah kedukaan.
Yang mereka tau hanyalah kesenangan.

Senyum, mereka tensenyum.
Tawa, mereka tertawa.
Menjabat tangan di saat ada masalah.
Masa kecil itu begitu mudah.

Permusuhan hanyalah istilah,
Setelah damai? Kembali lagi seperti semula.

Sendu, nyanyian malam.
Hening, hening dan menghanyutkan.

((Pasar Kemis | 27 Maret 2020))

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun