Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku, Kartu Lebaran, dan Kenanganku

5 Juli 2016   22:54 Diperbarui: 1 April 2017   08:55 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartu lebaran jadul. (Foto : dn.klimg.com/)

 

Di malam takbiran ini, aku teringat akan kenangan sekian belas tahun ke belakang dalam kondisi yang sama, dimana pada malam takbiran aku berkumpul dengan teman-temanku di mesjid. Jika terasa capek, aku bersama teman-temanku tiduran di mesjid, pergi keluar cari udara segar, atau mencari donatur makanan dan minuman untuk acara takbiran, karena takbir semalam suntuk cukup melelahkan.

Dua minggu sebelum lebaran, aku sudah huntingkartu lebaran yang akan kuririm ke teman-temanku. Supaya banyak pilihan, aku pergi ke kota mencari kartu lebaran. Ketika sampai di toko yang dituju, aku pun mulai sibuk memilah dan memilih kartu lebaran yang desainnya menarik dan tentunya sesuai dengan isi kantongku. Di toko tersebut tersedia beragam kartu lebaran dengan harga yang bervariasi.

Aku biasanya membeli sekitar 15-20 kartu lebaran. Pada kartu lebaran tersebut sebenarnya tertulis ucapan lebaran, tapi supaya lebih berkesan, Aku suka membuat kata-kata sendiri. Oleh karena itu, sekitar dua minggu sebelum lebaran, aku mulai menyusun kata-kata yang indah dan puitis yang akan ditulis pada kartu lebaran.

Kalau ada 15 kartu yang akan kukirimkan, maka ada 15 kata-kata mutiara yang harus ku susun, karena aku tidak mau kata-katanya sama kepada setiap orang. Cukup memusingkan dan menantang juga, tapi ada kepuasan bathin ketika aku berhasil menuliskannya. Selain kata-kata yang indah, Aku juga menulisnya dengan tulisan yang indah supaya terlihat rapi.

Seminggu sebelum lebaran, Aku siap-siap mengirim kartu lebaran yang telah kutulisi. Kepada teman yang lokasinya jauh, aku mengirimnya menggunakan jasa kantor pos, sedangkan untuk teman yang dekat biasanya aku memberikannya langsung atau menitip ke teman yang lain.

Ada sebuah kepuasan manakala aku dapat berkirim kartu lebaran kepada teman-temanku. Pada waktu itu saling mengirim kartu lebaran merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan momen lebaran. Menjelang lebaran, para penjual kartu lebaran makin banyak menjajakan dagangannya di pinggir jalan atau di keramaian, dan kantor pos pun banyak didatangi oleh orang yang akan mengirim kartu lebaran.

Waktu berlaku, jaman berkembang. Seiring dengan perkembangan teknologi, utamanya dengan adanya HP, maka peran kartu lebaran mulai digantikan oleh SMS. Jumlah orang yang menggunakan kartu lebaran semakin sedikit, apalagi dengan munculnya BBM, smartphone, perlahan tapi pasti, kartu lebaran mengakhiri kejayaanya. Orang masa kini menggunakan media sosial seperti FB, Twitter, Path, Instagram, WhatsApp, BBM, Line, untuk saling berkirim ucapan lebaran. Dengan mudah mereka mengetik di HP nya, dan bisa mengirim secara massal. Ada juga kartu lebaran yang dapat diunduh dari internet, tapi tetap rasanya beda dengan kartu lebaran hard copy.

Semuanya menggunakan mesin, tidak ada lagi goresan tulisan tangan, suatu hal yang sebenarnya justru menjadi ciri khas dan originalitas dari sebuah ucapan lebaran. Hal tersebut menjadi kenang-kenangan tersendiri bagi baik bagi pengirim maupun yang menerimanya. Bahkan ada yang hobi mengoleksi kartu lebaran.

Secara ekonomis, menyampaikan ucapan selamat lebaran melalui kartu lebaran memang lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan HP, karena kartu lebarannya harus dibeli dan harus menganggarkan dana untuk biaya pengirimannya. Tapi kepuasan bathin kadang tidak dapat dinilai oleh materi.

Kini, kartu lebaran tinggal kenangan. Di malam takbiran, pesan-pesan ucapan lebaran berseliweran di medsos. Ada yang kreatif membuat sendiri, danjuga ada  yang copas.Bagaimana pun caranya, intinya ada niat yang tulus untuk mengucapkan selamat lebaran dan saling memaafkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun