Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Bermakna; Dari Deep Reading Menuju Deep Learning

24 September 2025   00:37 Diperbarui: 24 September 2025   00:37 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PEMBELAJARAN BERMAKNA; DARI DEEP READING MENUJU DEEP LEARNING

Oleh Idris Apandi, Penulis Buku Memahami Deep Learning Tanpa Pening

 

Pendahuluan

Dalam dunia pendidikan modern, tuntutan tidak lagi sekadar pada penguasaan materi pelajaran secara hafalan. Guru dan siswa ditantang untuk memasuki era pembelajaran yang lebih mendalam, reflektif, dan bermakna. Istilah deep learning atau pembelajaran mendalam menjadi kata kunci yang semakin banyak diperbincangkan dalam diskursus pendidikan abad ke-21. Pembelajaran mendalam mendorong siswa untuk tidak hanya mengetahui, melainkan memahami, menghubungkan, mengaplikasikan, dan merefleksikan pengetahuan sehingga menjadi bagian dari pola pikir, sikap, dan tindakan mereka.

Di sisi lain, keterampilan membaca juga mengalami pergeseran paradigma. Membaca tidak lagi dianggap cukup hanya sebagai kegiatan mengenali kata dan kalimat, tetapi harus menembus makna yang terkandung di dalam teks. Aktivitas ini dikenal dengan istilah deep reading. Membaca mendalam menuntut fokus, keterlibatan emosi, refleksi, serta analisis kritis sehingga pembaca benar-benar memahami pesan yang ingin disampaikan penulis. Dengan demikian, deep reading dan deep learning memiliki keterkaitan erat: keduanya sama-sama berorientasi pada makna, refleksi, dan pengembangan daya pikir kritis.

Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang apa itu deep reading, apa itu deep learning, bagaimana keterkaitan keduanya, manfaat yang dapat diperoleh siswa, serta strategi implementasinya di ruang kelas. Uraian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bahwa deep reading bukan hanya keterampilan literasi semata, melainkan pintu masuk menuju pembelajaran mendalam yang bermakna.

Deep Reading: Membaca dengan Pikiran dan Hati

1. Pengertian Deep Reading

Deep reading adalah aktivitas membaca yang dilakukan dengan fokus, lambat, reflektif, analitis, dan kritis. Pembaca tidak sekadar menelusuri barisan kata, tetapi benar-benar mengupas lapisan makna, menghubungkan dengan pengalaman, menilai argumen, bahkan merefleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam teks. Maryanne Wolf, seorang pakar literasi, menyebutkan bahwa deep reading melibatkan proses kognitif kompleks yang mengaktifkan imajinasi, empati, penilaian kritis, serta kapasitas berpikir reflektif.

Deep reading adalah proses membaca yang tidak hanya mengenali kata, tetapi melibatkan analisis, inferensi, refleksi, dan empati, sehingga pembaca mampu membangun makna baru dari teks.  Berbeda dengan skimming atau scanning yang bersifat cepat, deep reading membutuhkan konsentrasi dan waktu. Pembaca memberi ruang untuk merenung, bertanya, dan berdialog dengan teks. Inilah yang membedakan membaca sekadar untuk informasi dengan membaca untuk transformasi.

2. Karakteristik Deep Reading

Beberapa ciri utama deep reading adalah:

  1. Fokus penuh -- pembaca menyingkirkan distraksi dan benar-benar hadir bersama teks.
  2. Membaca perlahan -- memberi waktu bagi otak untuk mencerna ide.
  3. Reflektif -- menghubungkan isi teks dengan pengalaman pribadi atau konteks sosial.
  4. Analitis dan kritis -- mempertanyakan, membandingkan, serta menilai keabsahan informasi.
  5. Interaktif -- mencatat, memberi komentar, atau membuat pertanyaan sepanjang membaca.
  6. Berorientasi makna -- tujuan utama bukan hanya memahami isi literal, tetapi juga menyingkap pesan dan nilai yang lebih dalam.

3. Manfaat Deep Reading

Praktik deep reading membawa manfaat besar bagi siswa maupun guru, antara lain:

  • Pemahaman lebih mendalam terhadap teks.
  • Peningkatan kemampuan berpikir kritis.
  • Penguatan daya refleksi.
  • Tumbuhnya empati dan kepekaan sosial melalui pengalaman tokoh atau situasi dalam bacaan.
  • Daya ingat dan retensi lebih kuat karena informasi diolah secara intensif.
  • Pengembangan kreativitas karena interaksi dengan ide-ide baru yang memantik imajinasi.

 

Deep Learning: Dari Pengetahuan ke Makna

1. Pengertian Deep Learning

Dalam konteks pendidikan, deep learning atau pembelajaran mendalam adalah proses belajar yang menekankan pada pemahaman konsep, keterhubungan antarpengetahuan, kemampuan aplikasi, dan refleksi makna. Siswa tidak hanya dituntut menghafal, melainkan juga memahami alasan, hubungan, dan manfaat dari apa yang mereka pelajari. Pembelajaran sejati terjadi ketika siswa mampu menghubungkan pengalaman masa lalu dengan situasi baru, sehingga terbentuk pemahaman yang bermakna. Prinsip ini sejalan dengan semangat deep learning yang tidak berhenti pada hafalan.

Pembelajaran mendalam menuntut siswa untuk:

  • Memahami konsep inti, bukan sekadar detail permukaan.
  • Menghubungkan dengan pengetahuan sebelumnya dan konteks kehidupan nyata.
  • Menerapkan pengetahuan dalam situasi baru.
  • Merefleksikan nilai, makna, dan implikasi dari pembelajaran.

2. Karakteristik Deep Learning

Ciri-ciri pembelajaran mendalam antara lain:

  1. Berbasis makna -- belajar untuk memahami, bukan menghafal.
  2. Berorientasi pada proses -- fokus pada bagaimana siswa membangun pengetahuan.
  3. Integratif -- menghubungkan berbagai disiplin ilmu dan pengalaman.
  4. Aplikatif -- siswa mampu menggunakan pengetahuan dalam kehidupan nyata.
  5. Reflektif -- siswa diajak merenungkan makna belajar bagi dirinya dan lingkungannya.
  6. Mengembangkan sikap -- pembelajaran bukan hanya soal kognitif, tetapi juga afektif.

3. Manfaat Deep Learning

  • Pemahaman konseptual yang kuat.
  • Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS).
  • Kemandirian belajar karena siswa membangun pengetahuan sendiri.
  • Peningkatan motivasi intrinsik -- belajar menjadi bermakna dan relevan.
  • Pembentukan karakter melalui refleksi nilai dan sikap.

 

Keterkaitan Deep Reading dan Deep Learning

Jika ditelusuri lebih jauh, deep reading dan deep learning memiliki keterkaitan erat. Beberapa hubungan yang bisa dijelaskan antara lain:

  1. Deep reading sebagai pintu masuk deep learning.
    Melalui membaca mendalam, siswa berlatih memahami, menganalisis, menghubungkan, dan merefleksikan teks. Proses ini sama persis dengan proses yang diharapkan dalam pembelajaran mendalam.
  2. Keduanya sama-sama berorientasi pada makna.

Deep reading mencari makna dalam teks, sedangkan deep learning mencari makna dalam pembelajaran.

  1. Keterampilan yang sama dilatih.

    • Critical thinking analisis argumen.
    • Reflective thinking menghubungkan pengalaman.
    • Creative thinking menemukan makna baru.
      Semua keterampilan ini adalah inti dari deep learning.
  2. Mendorong transformasi sikap.

Membaca mendalam teks tentang nilai Pancasila, misalnya, bukan hanya membuat siswa tahu arti gotong royong, tetapi juga menyadari pentingnya mempraktikkannya dalam kehidupan.

Membaca mendalam bukan hanya soal teks, melainkan juga menghubungkan teks dengan realitas sosial. Inilah yang menjembatani deep reading dengan deep learning. Dengan kata lain, deep reading bukan sekadar keterampilan literasi, tetapi juga sarana pedagogis untuk mendorong terjadinya deep learning.

Strategi Mengintegrasikan Deep Reading dalam Deep Learning

Agar keterkaitan ini nyata di kelas, guru dapat menerapkan strategi berikut:

  1. Prabaca (Pre-Reading):

    • Ajukan pertanyaan pemantik.
    • Aktivasi pengetahuan awal siswa.
    • Arahkan tujuan membaca.
  2. Saat Membaca (While Reading):

    • Dorong siswa membaca perlahan dengan menandai ide penting.
    • Ajak mereka membuat catatan, pertanyaan, atau refleksi sementara.
  3. Pasca Membaca (Post-Reading):

    • Siswa menuliskan ringkasan dengan bahasa sendiri.
    • Diskusi kelompok untuk membandingkan interpretasi.
    • Refleksi pribadi tentang nilai atau pesan yang didapat.
  4. Integrasi dengan aktivitas pembelajaran mendalam:

    • Diskusi kritis mendorong siswa berpikir analitis.
    • Studi kasus menghubungkan bacaan dengan kehidupan nyata.
    • Proyek sederhana mengaplikasikan nilai dari bacaan.
    • Penulisan refleksi memperkuat kesadaran dan sikap.

Dengan demikian, deep reading tidak berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian dari ekosistem deep learning di kelas. Sejalan dengan Bloom's Taxonomy Revisi (Anderson & Krathwohl, 2001), deep reading mendukung proses belajar pada level kognitif tinggi: analisis, evaluasi, dan kreasi. Dengan demikian, membaca mendalam dapat menjadi strategi konkret menuju pembelajaran bermakna.

Contoh Konkret

Misalnya, guru Pendidikan Pancasila memberikan teks tentang gotong royong di era modern. Dengan deep reading, siswa:

  • Menemukan ide utama: gotong royong sebagai jati diri bangsa.
  • Mengajukan pertanyaan kritis: apakah gotong royong masih relevan di era digital?
  • Merefleksikan pengalaman pribadi: kerja bakti di lingkungan rumah.
  • Menghubungkan dengan realitas kontemporer: urunan online untuk membantu korban bencana.

Dari proses ini, siswa tidak hanya memahami isi teks, tetapi juga menginternalisasi nilai gotong royong, melihat relevansinya, dan berkomitmen untuk mempraktikkannya. Itulah deep learning yang sesungguhnya.

Tantangan dan Solusi

Tentu, implementasi deep reading untuk mendukung deep learning tidak lepas dari tantangan. Beberapa di antaranya:

  1. Budaya membaca rendah.

Solusi: mulai dari teks pendek, relevan, dan dekat dengan kehidupan siswa.

  1. Distraksi digital.

Solusi: ciptakan lingkungan belajar yang fokus dan minim gangguan.

  1. Kebiasaan belajar instan.

Solusi: guru memberi teladan dengan membaca mendalam bersama siswa.

  1. Keterbatasan waktu.

Solusi: integrasikan deep reading dalam aktivitas rutin, bukan tambahan.

Kesimpulan

Pembelajaran bermakna (deep learning) adalah cita-cita pendidikan yang ingin menghasilkan siswa yang tidak hanya tahu, tetapi memahami, menghubungkan, mengaplikasikan, dan merefleksikan pengetahuan. Untuk mencapainya, diperlukan strategi konkret yang membiasakan siswa untuk berpikir kritis, reflektif, dan kreatif.

Salah satu strategi yang efektif adalah deep reading. Melalui membaca mendalam, siswa berlatih memahami isi teks secara utuh, mengajukan pertanyaan kritis, menghubungkan dengan pengalaman nyata, serta merefleksikan nilai-nilai yang terkandung. Semua ini merupakan keterampilan inti dari deep learning.

Dengan demikian, deep reading dan deep learning bukan dua hal yang terpisah, melainkan saling melengkapi. Deep reading adalah pintu masuk menuju deep learning, sementara deep learning memberi makna lebih luas pada praktik deep reading. Deep reading bukan hanya aktivitas literasi, melainkan strategi pedagogis yang mengarahkan siswa menuju deep learning

Jika guru konsisten mengintegrasikan keduanya, pembelajaran di kelas akan lebih bermakna, relevan, dan mampu membentuk generasi yang cerdas, kritis, dan berkarakter.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun