Misalnya, guru Pendidikan Pancasila memberikan teks tentang gotong royong di era modern. Dengan deep reading, siswa:
- Menemukan ide utama: gotong royong sebagai jati diri bangsa.
- Mengajukan pertanyaan kritis: apakah gotong royong masih relevan di era digital?
- Merefleksikan pengalaman pribadi: kerja bakti di lingkungan rumah.
- Menghubungkan dengan realitas kontemporer: urunan online untuk membantu korban bencana.
Dari proses ini, siswa tidak hanya memahami isi teks, tetapi juga menginternalisasi nilai gotong royong, melihat relevansinya, dan berkomitmen untuk mempraktikkannya. Itulah deep learning yang sesungguhnya.
Tantangan dan Solusi
Tentu, implementasi deep reading untuk mendukung deep learning tidak lepas dari tantangan. Beberapa di antaranya:
- Budaya membaca rendah.
Solusi: mulai dari teks pendek, relevan, dan dekat dengan kehidupan siswa.
- Distraksi digital.
Solusi: ciptakan lingkungan belajar yang fokus dan minim gangguan.
- Kebiasaan belajar instan.
Solusi: guru memberi teladan dengan membaca mendalam bersama siswa.
- Keterbatasan waktu.
Solusi: integrasikan deep reading dalam aktivitas rutin, bukan tambahan.
Kesimpulan
Pembelajaran bermakna (deep learning) adalah cita-cita pendidikan yang ingin menghasilkan siswa yang tidak hanya tahu, tetapi memahami, menghubungkan, mengaplikasikan, dan merefleksikan pengetahuan. Untuk mencapainya, diperlukan strategi konkret yang membiasakan siswa untuk berpikir kritis, reflektif, dan kreatif.
Salah satu strategi yang efektif adalah deep reading. Melalui membaca mendalam, siswa berlatih memahami isi teks secara utuh, mengajukan pertanyaan kritis, menghubungkan dengan pengalaman nyata, serta merefleksikan nilai-nilai yang terkandung. Semua ini merupakan keterampilan inti dari deep learning.