Hambatan Menulis di Kalangan Widyaprada
Sayangnya, tidak semua Widyaprada terbiasa menulis. Hambatan yang sering muncul:
- Belum menjadi tradisi. Menulis hanya dianggap kewajiban administratif.
- Rendahnya minat dan kepercayaan diri. Banyak yang merasa tidak berbakat.
- Keterbatasan waktu. Beban kerja padat sering dijadikan alasan.
- Minimnya fasilitas publikasi. Tidak semua lembaga menyediakan wadah bagi WP untuk mempublikasikan tulisan.
Strategi dan Solusi Agar Widyaprada Mau Menulis
Bagaimana cara menjadikan menulis sebagai budaya Widyaprada?
- Dorongan dan "paksaan positif" -- misalnya target menulis rutin setiap bulan.
- Pelatihan menulis berkelanjutan. Kegiatan ini bisa difasilitasi oleh Kemendikdasmen, Asosiasi Widyaprada Indonesia (AWI), Balai Besar/Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BB/BBPMP), atau Balai Besar/Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BB/BPPMPV).
- Peran Kemendikdasmen, AWI, BB/BPMP, BB/BPPMPV. Menjadi fasilitator sekaligus penyedia media publikasi.
- Media publikasi internal. Buletin, majalah, jurnal, laman web lembaga.
- Tantangan/lomba menulis. Membuat menulis jadi kompetisi sehat.
- Sarasehan praktik baik. Forum untuk mempresentasikan karya tulis WP.
- Pemanfaatan teknologi digital. Blog, media sosial, dan kini juga Artificial Intelligence (AI).
Â
AI sebagai Sahabat Menulis Widyaprada
Selain membaca artikel atau buku tentang tip dan trik menulis, atau mengikuti pelatihan konvensional, Widyaprada juga bisa memanfaatkan kecerdasan artifisial (AI). AI dapat membantu:
- Membuat kerangka tulisan.
- Memberi saran pengembangan ide.
- Menyusun data atau tabel agar lebih komunikatif.
- Mempercepat penyusunan draft, yang kemudian bisa diperbaiki dengan gaya pribadi.
AI bukan pengganti kreativitas, melainkan asisten untuk memperlancar proses menulis. Dengan begitu, hambatan teknis maupun keterbatasan waktu bisa diatasi.
Â
Data dan Inspirasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat literasi menulis ASN di Indonesia masih rendah. Banyak ASN hanya terbiasa menulis laporan teknis.
- Menurut BKN (2024), ada 4,7 juta ASN di Indonesia, dan 74% berpendidikan S1 atau lebih tinggi. Potensi intelektual besar ini belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk menulis.
- Riset literasi digital ASN Sumedang (2022) menunjukkan adanya gap dalam kemampuan publikasi dan pemanfaatan platform digital untuk menulis.
- Beberapa daerah sudah mulai berinisiatif, misalnya Kabupaten Banggai Kepulauan dengan program ASN Menulis.