Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

8 Alasan Menulis

23 Agustus 2021   17:55 Diperbarui: 23 Agustus 2021   18:04 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

8 ALASAN MENULIS

Oleh: IDRIS APANDI

(Penulis 970-an Artikel dan 50 Buku) 

 

1.  Sarana untuk Menyebarkan Ide atau Gagasan

Tulisan adalah sarana untuk menyebarkan ide atau gagasan. Gagasan yang disajikan dalam bentuk tulisan selain bisa bertahan lama, yaitu puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan tahun. Sebelum adanya kertas sebagai media untuk menulis, orang menuliskan pemikiran, cerita, peraturan, atau peristiwa, pada batu, kulit binatang, tulang belulang, daun, kulit pohon, atau kayu. Melalui temuan para arkeolog dan para peneliti, jejak pemikiran mereka menjadi peninggalan sejarah yang bisa dibaca sampai dengan saat ini.

Saat ini kita menulis bisa menggunakan kertas, papan tulis digital, tablet, atau smarphone. Teknologi sudah sangat memudahkan kita. Tinggal kita memiliki memiliki yang kuat untuk menulis. 

Tulislah ide atau gagasan apapun yang menurut kita akan bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan dan membangun peradaban manusia untuk semakin baik. Banyak persoalan di masyarakat yang menantikan solusi dari kaum cerdik pandai atau intelektual. Tulislah dan sebarkan alternatif solusi tersebut melalui berbagai media baik media cetak maupun media digital.

Di era globalisasi dan didukung oleh teknologi canggih saat ini, sebuah ide atau gagasan bisa menyebar dengan sangat cepat bahkan viral. Dibaca oleh jutaan bahkan miliaran penduduk bumi. Ide atau gagasan yang ditulis akan menjadi jejak sejarah sekaligus jejak pemikiran seseorang baik saat yang bersangkutan masih hidup maupun telah meninggal dunia. Namanya akan tetap dikenal dan tetap dikenang sebagai sosok yang telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

Ilmuwan mulai zaman Yunani Kuno, Ilmuwan Islam, Ilmuwan zaman revolusi industri, hingga ilmuwan zaman sekarang tetap dikenal dan tetap dikenang oleh masyarakat. Mengapa? Karena mereka memiliki karya dalam bentuk tulisan. Karya-karya mereka dibaca dan menjadi referensi utama dalam kajian pengembangan ilmu pengetahuan saat ini.

Jika saja mereka tidak menuliskan ide atau gagasannya dalam bentuk tulisan, maka pemikiran mereka hanya akan bermanfaat untuk mereka sendiri dan hilang saat mereka meninggal dunia. Oleh karena itu, kita wajib bersyukur dan beruntung saat para ilmuwan menuliskan ide atau gagasannya secara tertulis karena bisa terus dibaca dari generasi ke generasi.

Para cendekiawan dan ilmuwan zaman dahulu menghadapi tantangan dan keterbatasan sarana dalam menuliskan ide atau gagasannya, tetapi mereka begitu semangat melakukannya sehingga mereka melahirkan karya-karya tulis yang luar biasa bahkan menjadi masterpiece dalam khazanah ilmu pengetahuan. Hal ini seharusnya menjadi motivasi bagi kita yang saat sudah berada pada zaman yang serba mudah dan serba canggih untuk mengikuti jejak mereka bahkan harus lebih produktif lagi dibandingkan dengan mereka dalam hal menulis.

2. Pengembangan Profesi atau Karir

Menulis bisa menjadi sarana untuk pengembangan profesi khususnya bagi guru, kepala sekolah, pengawas, dosen, peneliti, widyaiswara, widyaprada, dan tenaga fungsional tertentu lainnya. Angka kredit dari Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang sesuai dengan tupoksinya menjadi syarat untuk bisa naik jabatan atau pangkat. Bentuknya seperti artikel populer, artikel jurnal, buku, atau laporan penelitian. Tenaga fungsional tertentu yang memiliki kemampuan dalam menulis KTI biasanya proses kenaikan jabatan dan pangkatnya lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak atau belum menulis KTI.

Banyak tenaga fungsional tertentu yang terhambat proses kenaikan pangkatnya karena terkendala angka kredit dari KTI. Selain disebabkan karena karya tulis yang mereka buat belum sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan, kendala kemampuan menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, juga lebih banyak disebabkan oleh rasa malas dalam menulis. 

Saya yakin, pada dasarnya mereka bisa menulis jika terpaksa. Buktinya, jika dalam kondisi terdesak atau terancam terkena sanksi jika dalam waktu tertentu tidak bisa naik pangkat, maka akan muncul jurus "the power of kepepet" dimana pada akhirnya mereka bisa menulis KTI. Pertanyaannya adalah apakah harus menunggu kepepet dulu untuk mau menulis?

3. Bukti Kapabilitas Keilmuan

Tidak bisa dipungkiri bahwa sebuah tulisan bisa menjadi salah satu ciri kredibilitas keilmuwan seseorang. Seseorang yang didaulat sebagai pakar, ahli, atau tenaga profesional akan sempurna dengan adanya karya tulis yang dihasilkannya dan bisa dibaca banyak orang. Sebuah karya tulis akan menggambarkan keluasan wawasan, kedalaman ilmu, serta tingginya penguasaan kemampuan yang dimiliki oleh seorang ahli atau pakar pada bidangnya masing-masing. Kalau ada yang disebut ahli atau pakar tapi dia sendiri belum menghasilkan sebuah karya, seperti ada yang kurang dari dirinya.

Lalu bagaimana dengan seseorang yang memiliki ilmu atau keterampilan tetapi kurang cakap menuangkannya ke dalam tulisannya. Jangan putus asa. Dia bisa meminta bantuan kepada penulis pendamping (co-writer), editor (penyunting), atau "penulis hantu" (ghost writer). Perbedaannya adalah kalau penulis pendamping (co-writer) dan editor (penyunting), namanya tercantum pada cover buku. Bersanding dengan "penulis" utama. 

Sedangkan kalau "penulis hantu" (ghost writer), dia hanya bekerja di belakang layar. Namanya tidak akan tercantum pada cover buku. Pembaca tidak akan tahu nama sang ghost writer. Hal ini banyak dilakukan oleh pejabat, tokoh, atau figur publik yang ingin menuliskan memoir atau autobiografinya tapi yang bersangkutan kurang cakap dalam menuliskannya.

4. Meningkatkan Kepercayaan Diri

Seorang pakar, ahli, atau narasumber akan lebih percaya diri jika saat dia presentasi disertai dengan hasil karya yang telah dibuatnya.  Seorang guru, dosen, atau narasumber akan lebih percaya diri jika dia mengajar atau menyampaikan dari materi yang dia susun sendiri ditambah tulisan misalnya dalam bentuk buku yang dia tulis sesuai dengan materi yang disampaikannya. 

Misalnya, saat seminar penerapan pembelajaran HOTS (Higher Order Thinking Skills/kemampuan berpikir tingkat tinggi) bagi guru, seorang narasumber akan lebih percaya diri jika dia pun telah menulis buku tentang hal tersebut. Dia bisa menjelaskan atau memberi contoh mengacu kepada buku yang ditulisnya. Dalam pandangan audience, seorang narasumber yang juga sekaligus memiliki karya tulis akan dinilai sebagai narasumber yang kompeten dan kapabel.

5. Menulis Adalah Bentuk Kreativitas

Menulis adalah sebuah kreativitas karena tidak setiap orang bisa melakukannya. Sebagai sebuah kreativitas, maka beragam karya tulis bisa dibuat sesuai dengan kemampuan dan minat penulisnya baik karya fiksi maupun nonfiksi. Menulis pun perlu kreativitas agar bisa menyajikan sebuah tulisan yang menarik dan mudah dipahami oleh pembaca.

Kreativitas adalah aset yang sangat berharga dalam diri seseorang. Kreativitas itu mahal dan perlu terus dikembangkan. Zaman yang semakin penuh dengan tantangan perlu disikapi dengan meningkatkan kreativitas agar bisa tetap bertahan. Begitu pun dengan kegiatan menulis. Tema, topik, atau masalah yang ditulis perlu terus dikembangkan agar tetap memiliki kebaruan dan menarik bagi pembaca.

Saat orang ingin mencurahkan isi hatinya baik suka maupun duka, tulisan bisa menjadi sarana kreatif untuk menyalurkannya baik secara terbuka dan terang benderang menggunakan kata-kata yang mudah dipahami pembaca seperti artikel atau surat terbuka maupun menggunakan gaya yang lebih elegan seperti melalui pantun, puisi, cerpen, atau novel.

6. Sarana Eksistensi Diri dan Promosi Diri

Eksistensi diri merupakan salah satu bentuk kebutuhan dasar manusia dan tulisan bisa menjadi sarana untuk menunjukkan eksistensi diri tersebut. Seorang penulis dikenal bahkan menjadi terkenal melalui karya tulisnya. Sebuah tulisan bisa menjadi pesan bahwa dia ada dan berkarya. Sebuah karya tulis bisa membuka pengakuan pihak lain terhadap kemampuan penulisnya.

Sebuah tulisan bisa menjadi lagi bagi seseorang untuk sukses. Bukunya yang best seller bisa membuat dirinya seorang penulis terkenal, banyak diundang ke berbagai acara. Seiring dengan bukunya yang laku tersebut, maka penghasilannya pun bertambah.

Selain sebagai bentuk eksistensi diri, karya tulis pun bisa menjadi sarana untuk promosi diri bagi penulisnya. Melaului tulisan, seorang penulis menunjukkan kemampuan dirinya. Saat ini, kalau memang memiliki kemampuan termasuk dalam hal menulis tidak perlu disembunyikan atau malu-malu untuk ditunjukkan, tetapi perlu ditunjukkan dengan penuh percaya diri. Tujuannya, bukan untuk sombong atau gagah-gagahan, tetapi untuk menunjukkan diri kita bahwa ada, mampu berkarya, dapat memberi manfaat, dan layak untuk diperhitungkan.

Dalam konteks bisnis, sebuah produk atau kemampuan memang harus dipromosikan kalau mau laku atau dikenal publik. Saat ini banyak sekali media yang bisa menjadi sarana promosi. 

Dalam konteks menulis, selain menulis buku dalam format hard copy atau digital (e-book), menulis artikel di koran atau majalah, seorang penulis bisa menggunakan blog, baik dengan membuat website sendiri, membuatnya melalui wordpress, blogspot, atau blog "keroyokan" seperti Kompasiana dalam memperkenalkan dan mempromosiokan tulisan-tulisannya.

Biarkan orang membaca ide atau gagasan cemerlang Anda. Biarkan pembaca menjadi "hakim" atas tulisan-tulisan Anda. Kalau tulisan Anda bisa meraih hati para pembaca, maka dengan sendirinya nama Anda akan dikenal dan populer, khususnya di kalangan pembaca karya-karya Anda.

Seorang penulis yang sudah dianggap mumpuni dan kapabel biasanya diundang menjadi narasumber seminar, webinar, In House Traning (IHT), pelatihan, acara talk show baik di radio, podcast, maupun di stasiun TV. Ada penulis yang diundang oleh lembaga pemerintah atau swasta sebagai tim pengembang program yang akan dilaksanakan oleh instansi tersebut. Ada juga yang diangkat menjadi staf ahli seorang pejabat karena ide-idenya dianggap bisa membantu opmalisasi tugas-tugas sang pejabat.

Hal-hal tersebut tersebut dicapainya melalui proses yang lama, penuh dengan perjuangan dan pengorbanan. Dia memulai menulis sebagai sarana ekspresi, eksistensi, promosi, kemudian dia mendapat apresiasi berupa kesempatan atau job yang datang silih berganti.

7. Menambah Penghasilan

Menulis bisa menjadi sarana mendatangkan penghasilan. Ada penulis yang memang dari awal tujuannya untuk mendapatkan penghasilan dari tulisan. Baginya, menulis adalah profesi sekaligus sumber nafkah. Dia mengirimkan draft bukunya ke penerbit dengan tujuan agar dipertimbangkan untuk dicetak oleh penerbit. Ada juga yang mengirim artikel ke koran atau majalah dengan harapan saat tulisannya dimuat, dia mendapat honor dari tulisannya tersebut.

Selain dari tujuannya mencari nafkah melalui tulisan, ada juga penulis yang mendapat berkah dari tulisannya yang bermutu dan sesuai kebutuhan pembaca. Misalnya, ada seorang penulis yang menulis artikel tentang Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang akan wajib diikuti oleh setiap sekolah. 

Tulisan tersebut kemudian dibaca oleh banyak orang, khususnya pendidik dan tenaga kependidikan. Kemudian mereka berminat sang penulis artikel sebagai narasumber seminar, webinar, In House Training (IHT), atau pelatihan seputar AKM. Lalu, dia pun mendapat honor dari acara yang diisinya. Hal tersebut adalah sebuah apresiasi terhadap kompetensinya.

Penghasilan baik sebagai tujuan maupun sebagai dampak dari sebuah karya tulis, hal tersebut pada dasarnya sah-sah saja. Intinya, saat sebuah karya tulis bermutu dan sesuai dengan kebutuhan pembaca, maka tulisan tersebut akan dicari dan laku di pasaran. Begitu pun penulisnya akan banyak mendapatkan undangan sebagai narasumber berbagai acara.

8. Contoh Nyata Teladan Gerakan Literasi 

Menulis merupakan contoh nyata teladan gerakan literasi. Sebagaimana diketahui bahwa sejak 2016 Kemdikbud menggulirkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) kemudian menggulirkan juga Gerakan Literasi Nasional (GLN) melalui berbagai macam program dan kegiatan. GLS dan GLN digaungkan sampai ke daerah khususnya ke satuan pendidikan, Taman Bacaan Masyarakat (TBM), hingga ke lingkungan keluarga. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca di kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat yang kemudian diharapkan diikuti dengan kegiatan menulis.

Para akademisi, peneliti, dan praktisi pendidikan tentunya memiliki peran yang strategis dalam menyukses gerakan literasi yang digulirkan oleh pemerintah. Salah satunya adalah dengan menuliskan ide, gagasan, hasil kajian, dan hasil penelitiannya dalam bentuk buku, prosiding, artikel, atau laporan yang bisa dibaca banyak orang.

---

Itulah 8 alasan menulis bagi seorang penulis. Mungkin saja masih ada alasan-alasan lainnya, tetapi Intinya, menulis adalah sebuah sarana ekspresi diri, mendokumentasikan gagasan, menyebarkan gagasan, mendapatkan pengakuan, mendapatkan penghasilan. Menulis untuk meraih kebahagiaan dan kepuasan batin, sedangkan dalam konteks agama, menulis menjadi sarana untuk berdakwah atau sedekah ilmu.

Tulisan adalah harta yang sangat berharga bagi penulisnya. Berbahagialah siapa pun Anda yang memiliki kemampuan menulis karena menulis adalah kemampuan yang istimewa. Gunakan kemampuan menulis Anda disamping untuk peningkatan mutu diri Anda juga untuk peningkatan kehidupan masyarakat secara umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun