Mohon tunggu...
Rial Roja
Rial Roja Mohon Tunggu... Digital Marketing/Content Writer

Mari berbagi cerita dan inspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ramadhan Berkah Tanpa Sampah: Bisakah Kita Mewujudkannya?

14 Maret 2025   15:42 Diperbarui: 14 Maret 2025   17:05 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pulau Hijau yang Bersih (Sumber: Pixabay/Yamu_Jay 

Ramadan selalu identik dengan momen kebersamaan, ibadah, dan berbagi. Tapi, ada satu hal yang sering luput dari perhatian: limbah dan sampah yang meningkat drastis selama bulan puasa.

Coba perhatikan di sekitar saat berbuka puasa. Meja penuh dengan makanan, gelas plastik bertebaran, kantong kresek menumpuk, dan makanan sisa berakhir di tempat sampah. Ironisnya, Ramadan yang seharusnya menjadi bulan penuh berkah justru menghasilkan lebih banyak limbah daripada bulan-bulan lainnya.

Pertanyaannya, bisakah kita menjalani Ramadan yang lebih ramah lingkungan, tanpa sampah berlebihan? Atau ini hanya sekadar wacana yang sulit diwujudkan?

Ramadan dan Lonjakan Limbah: Kenapa Bisa Terjadi?

Setiap Ramadan, jumlah konsumsi meningkat drastis. Pasar dan pusat perbelanjaan lebih ramai, makanan berlimpah, dan kemasan plastik sekali pakai jadi solusi praktis untuk berbuka puasa. Hasilnya? Limbah rumah tangga melonjak hingga dua kali lipat dibandingkan bulan biasa.

Selain itu, budaya buka puasa bersama juga menyumbang banyak sampah. Dari botol air mineral, kotak makanan, hingga sendok dan garpu plastik, semuanya menjadi sisa yang menumpuk di tempat sampah hanya dalam hitungan jam.

Yang lebih menyedihkan, banyak makanan berakhir menjadi sampah organik. Niat berbuka dengan beragam hidangan sering kali berujung pada makanan sisa yang tidak habis dimakan. Padahal, di sisi lain, masih banyak orang yang kesulitan mendapatkan makanan layak.

Mengubah Pola Konsumsi: Ramadan Hemat, Ramadan Berkah

Jika ingin mewujudkan Ramadan tanpa sampah, langkah pertama adalah mengubah pola konsumsi. Salah satu tantangan terbesar adalah kebiasaan membeli makanan berlebihan karena lapar mata. Saat puasa, semua terlihat menggoda, tapi saat berbuka, sering kali perut sudah kenyang lebih cepat dari yang dibayangkan.

Solusinya adalah dengan membeli secukupnya dan memasak sendiri. Selain lebih sehat, ini juga mengurangi sampah kemasan. Jika harus membeli makanan dari luar, bawalah wadah sendiri untuk mengurangi penggunaan plastik.

Puasa sebenarnya adalah momen untuk belajar menahan diri, bukan hanya dari makanan dan minuman, tetapi juga dari konsumsi berlebihan yang tidak perlu. Ramadan tanpa sampah bisa dimulai dari kesadaran sederhana: apakah yang kita beli benar-benar kita butuhkan?

Buka Puasa Ramah Lingkungan: Mungkinkah?

Konsep buka puasa tanpa sampah mungkin terdengar sulit, tapi bukan tidak mungkin. Banyak restoran dan komunitas mulai menerapkan konsep zero waste iftar, di mana makanan disajikan dengan wadah yang bisa digunakan kembali.

Di rumah, kita juga bisa menerapkan hal serupa. Alih-alih menggunakan botol plastik sekali pakai, gunakan tumbler atau gelas kaca. Jika mengadakan buka puasa bersama, gunakan piring dan sendok yang bisa dicuci ulang, bukan yang sekali pakai.

Makanan sisa juga tidak harus langsung dibuang. Jika masih layak makan, bisa disimpan untuk sahur atau dibagikan ke mereka yang membutuhkan. Jika tidak, bisa dijadikan kompos untuk mengurangi limbah organik.

Mengajak Lebih Banyak Orang untuk Peduli

Ramadan tanpa sampah bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga komunitas dan lingkungan sekitar. Bayangkan jika masjid-masjid mulai menerapkan sistem buka puasa tanpa plastik, atau restoran menyediakan opsi makanan dengan kemasan ramah lingkungan.

Kampanye kecil bisa dimulai dari lingkup terkecil, misalnya keluarga dan teman-teman terdekat. Mengingatkan mereka untuk membawa wadah sendiri saat membeli makanan atau mengurangi pemakaian plastik sudah menjadi langkah kecil yang berdampak besar.

Selain itu, media sosial bisa menjadi alat yang kuat untuk menyebarkan kesadaran ini. Jika gerakan diet plastik bisa viral, kenapa Ramadan tanpa sampah tidak bisa?

Kesimpulan: Ramadan Berkah yang Sesungguhnya

Ramadan bukan hanya tentang ibadah pribadi, tetapi juga tentang bagaimana kita menjaga lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab sosial.

Mewujudkan Ramadan tanpa sampah memang tidak bisa instan. Tapi, dengan perubahan kecil—mengurangi plastik sekali pakai, membeli makanan secukupnya, dan mengelola limbah dengan lebih bijak—kita sudah berkontribusi dalam menciptakan Ramadan yang lebih berkah, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk bumi ini.

Jadi, siapkah kita menjalani Ramadan yang lebih ramah lingkungan? 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun