Mohon tunggu...
idham viryawan
idham viryawan Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Kalau gagal, Cobal lagi...

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Polemik Dark Jokes di Indonesia

14 Januari 2021   21:28 Diperbarui: 14 Januari 2021   21:54 1634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkat guyonan gusdur tersebut, Anggota DPR terpincal pincal mendengarkanya. Tampaknya guyonan yang dilontarkan gusdur ini tak menyinggung beberapa pihakanggota DPR. Beberapa alasan yang menjadi presiden ke 4 itu tak banyak dihina adalah :

  • Gusdur sering meledek dirinya sendiri, bahkan komunitasnya. Sangat banyak sekali humor humor yang beliau lontarkan seringkali mengejek dirinya sendiri. Maka dari itu tak aneh jika humor tersebut tidak menimbulkan masalah. Disisi lain, humor tersebut malah membuat terjalinnya hubungan dalam berteman.
  • Humor yang dliontarkan gusdur ini menunjukan bahwa kedekatan agama yang ia anuti saat erat, bukan termasuk hal yang fasisme dan kebencian.
  • Gusdur paham psikologi massa, ia dapat membedakan cara komunikasi yang ia lakukan ke berbagai komunitas. Seperti jika ia berbicara kepada ibu ibu nadhiyah di desa maupun pada saat pengajian umum. Teknik humor yang disampaikan berbeda.
  • Point humor yang dilontarkan gusdur merupakan bentuk oto kritik terhadap golongannya. , otokritik ini sangat penting karena terjalinnya kehidupan yang tidak sombong dan tidak merasa benar.

Humor yang dilontarkan gusdur merupakan hal yang merendahkan keyakinan liyan orang lain, tetapi malah menglorifikasi keyakinan sendiri. Gusdur akan memakai humor humor yang menggelitik tanpa menyinggung antara beberapa pihak.

Penggunaan dark jokes sebenernya sudah dari dulu muncul sebelum media digital menjadi budaya popular di Indonesia, penggunaan dark jokes dapat diterima apabila kita dapat mengiterpretasikannya dengan benar. Tetapi penggunaan humor yang tak pantas dalam konteksnya juga patut diperhatikan. Humor tidak selesai di panggung. 

Ia membekas pada di kepala penonton atau pendegarnya. Ketika humor yang dilontarkan justru merekonstruksi masa lalu yang kelam, maka hal itu bukan merupakan sebuah humor. Pertikaian di media sosial mengenai sebuah humor menrupakan hal yang sia sia, maka dari itu tidak aka aka nada habisnya, selalu ada perdebatan yang terjadi. Kalian sama sekali untung dalam perdebatan itu, pertikaian itu akan hanya menaiki eksposure dari si pembuat konten tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun