Mohon tunggu...
Idelli Seruni
Idelli Seruni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis apa yang menarik menurut saya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Fast Fashion & Tips Menghindarinya.

30 November 2022   00:42 Diperbarui: 30 November 2022   01:01 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penampilan merupakan suatu hal pertama yang kita perhatikan saat bertemu ataupun berinteraksi dengan orang lain. Pada saat ini, penampilan dinilai oleh orang orang sebagai suatu tanda bahwa kita menunjukkan effort dan peduli terhadap diri kita dan juga orang yang kita temui. Oleh sebab itulah mengapa kebanyak orang saat ini sangat memperhatikan penampilan mereka, baik dari penampilan pada wajah kita ataupun pada tubuh. Mungkin itulah penyebab mengapa industri kecantikan dan fashion sangat melejit pada beberapa waktu belakangan ini.

Melambungnya industri fashion saat ini mungkin juga dapat dikaitkan dengan kemunculan berbagai konten mengenai fashion di sosial media seperti di Tiktok, Instagram, Tumblr bahkan juga Twitter yaitu konten Try On, OOTD, What i would wear, Fashion recommendation, dan berbagai konten fashion lainnya. Dari konten yang bersliweran di aplikasi Tiktok, fashion sendiri tidak hanya digemari atau dilakukan oleh wanita namun juga laki laki karena generasi muda yang mempunyai mindset bahwa siapapun memiliki kebebasan untuk berekspresi dan juga bahwa cara kita berpakaian dapat menunjukkan dan menentukan personality diri kita sendiri.

Namun, berkembangnya minat kepada fashion sendiri bisa menjadi suatu hal yang buruk bagi orang orang yang awam dengan sisi gelap dari industri fashion seperti istilah Fast Fashion yang masih sangat asing bagi kebanyakan orang.

 

Fast Fashion itu apa sih?

Fast kan cepet, Fashion itu mode atau gaya, berarti Fast Fashion artinya Fashion yang cepet? Ga sepenuhnya salah, tapi dalam definisinya Fast Fashion adalah istilah untuk model pakaian yang terus berganti ganti dalam jangka waktu yang pendek dan kebanyakan menggunakan bahan baku yang murah dan berkualitas buruk sehingga tidak dapat bertahan lama.

Dari definisinya saja sudah terlihat kan kenapa Fast Fashion itu buruk?

Ya, Fast Fashion itu memiliki dampak yang sangat buruk bagi lingkungan karena pakaian yang telah diproduksi dan tidak habis terjual akan berakhir di tempat pembuangan sampah. Konsep dari Fast Fashion sendiri adalah untuk memproduksi dan menjual model pakaian yang sedang trendy di pasar secepat mungkin, sehingga pembeli dapat membeli saat pakaiannya masih berada di puncak popularitasnya dan kemudian, karena model pakaiannya sudah tidak jaman lagi maka orang membuangnya setelah sekali atau beberapa kali pemakaian. Sebuah studi yang digarap baru-baru ini oleh Yayasan Ellen McArthur menemukan bahwa sampah tekstil sebanyak satu truk terbuang setiap detiknya dan data statistik dari Copenhagen Fashion Summit yang menyatakan bahwa fashion adalah penyumbang atas 92 juta ton sampah padat yang dibuang ke tempat pembuangan sampah setiap tahunnya. Selain itu, hewan juga terdampak oleh Fast Fashion karena dari material bahan baku yang berkualitas buruk seperti pewarna tekstil yang berbahaya, bahan polyester yang menghasilkan microfibre atau serat mikro yang biasanya mengandung bahan kimia beracun yang ditambahkan ke tekstil selama proses pembuatan dan akan menumpuk pada partikel plastik di lautan dapat membahayakan organisme air yang menelannya dan juga penggunaan bulu atau kulit hewan seperti ular, sapi, buaya, domba, hiu sebagai bahan baku dalam pembuatan tas, jaket, sepatu, dll.

Dampak buruk yang dihasilkan oleh industri fashion tak hanya berdampak pada lingkungan tetapi juga untuk pekerjanya. Eksploitasi tenaga kerja dan kerja paksa adalah hal yang tidak asing lagi dalam industri fashion, para pekerja bekerja di lingkungan berbahaya atau tidak layak, jam kerja yang lama dengan bayaran yang sangat rendah. Bahkan, fakta mengejutkannya adalah beberapa waktu lalu ditemukan bahwa ada beberapa pabrik yang mempekerjakan anak di bawah umur untuk ikut memproduksi pakaian secara paksa. Banyak sekali merek pakaian yang diketahui menggunakan konsep Fast Fashion ini dengan memanfaatkan negara seperti Bangladesh, Vietnam, Meksiko, Cina dan bahkan Indonesia yang dikenal memiliki status sosioekonomi dan kekuasaan yang rendah secara global. Untuk mendukung pernyataan sebelumnya, data dari EOS Intelligence menunjukkan bahwa 97% produk Fast Fashion dibuat di negara berkembang dengan undang-undang perlindungan tenaga kerja yang lemah, dan 85% di antaranya adalah wanita yang bekerja di lingkungan pabrik beracun yang berdampak negatif bagi kesehatan mereka.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan?

  • Pelajari lebih dalam tentang Fast Fashion.

Ketahui lebih dalam apa itu Fast Fashion, brand apa saja yang menerapkan konsep Fast Fashion dan perlahan berhenti untuk berbelanja dari brand brand tersebut.

  • Atur mindset kita

Pada masa dimana semua orang menggunakan sosial media dan menunjukkan bahwa orang orang tidak pernah memakai pakaian yang sama, kita harus menanamkan mindset bahwa mengulangi pemakaian pakaian yang kita punya adalah hal yang baik, tidak hanya untuk ekonomi kita, namun juga untuk lingkungan di bumi.

  •  Membeli lebih sedikit

Pakailah pakaian yang telah kita miliki sampai pakaian itu sudah tidak bisa dipakai kembali atau jika memiliki keterampilan seperti menjahit, cobalah untuk mengambil pakaian kita yang sudah tidak terpakai dan mengubahnya menjadi sesuatu yang dapat digunakan kembali.

  • Membeli pakaian yang berkualitas.

Belilah pakaian dari merek yang sustainable. Merek yang membayar pekerjanya dengan adil, menggunakan bahan yang berkualitas. Brand sustainable contohnya seperti Adidas, Levi’s, Reformation, atau dari brand lokal seperti Pijak Bumi, Imaji Studio, SARE/Studio.

  • Membeli pakaian bekas.

Jika pilihan sebelumnya termasuk dalam kategori dimana harga tidak terjangkau, maka cobalah untuk membeli pakaian bekas (Thrifting). Pilihan untuk membeli pakaian bekas juga sangat banyak di Indonesia yaitu seperti di Pasar Senen, Pasar Baru, Pasar Gedebage, Pasar Sambu, Pasar Melati, atau jika kota anda tidak memiliki pasar yang menjual pakaian bekas, pembelian dapat dilakukan secara online melalui aplikasi Carousell, OLX, ataupun di Instagram.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai Fast Fashion dan cara untuk menghindari Fast Fashion. Yang terakhir adalah ingatlah bahwa kita hanya manusia dimana menghindari Fast Fashion mungkin merupakan hal yang masih sulit dijalankan, namun setidaknya kita sudah berusaha untuk melakukan hal yang dapat memperlambat atau bahkan mencegah Fast Fashion.

Referensi

Dory, K. (2018). Blogpost . Retrieved from UN Environment Programme: https://www.unep.org/news-and-stories/blogpost/why-fast-fashion-needs-slow-down

Utami, S. F. (2019). Zero Waste Lifestyle. Retrieved from Zero Waste Indonesia: https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/mengenal-fast-fashion-dan-dampak-yang-ditimbulkan/

Rauturier, S. (2022). In The Know. Retrieved from Good On You: https://goodonyou.eco/what-is-fast-fashion/

Igini, M. (2022, Agustus 2). Pollution. Retrieved from Earth.org: https://earth.org/statistics-about-fast-fashion-waste/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun