Penilaian ini terlalu dangkal untuk film berkualitas seperti "City of God". Film ini masih punya gerak kamera yang luar biasa mengagumkan, editing yang mulus dan cepat bak liukan irama Samba, departemen akting yang terjaga dan sekian plus lainnya.Â
Jangan lupa, banyak sekali kejutan yang dialirkan Meirelles di sepanjang film. Mudah untuk merekognisinya asal anda tak meleng sedikitpun dari layar. Inilah film dengan citarasa khas Brazil yang 'mengalir deras' ibarat gocekan bola di kaki seorang Ronaldo.
Begitupun, ada saja yang bisa melihat 'kelemahan' film ini. Seorang kritikus menganggap kisah "City of God" tak sepenuhnya orisinal, karena cerita yang nyaris sama sudah pernah diangkat oleh Hector Babenco (sesama sineas Brazil) pada tahun 1981 lewat "Pixote" (1981). Tapi ada juga yang memuji setinggi langit, bahkan berani menyandingkannya dengan "Goodfellas" (1990) yang fenomenal itu.Â
Soal selera, rasanya berpulang pada masing--masing individu. Jika anda tak suka cerita dan kekerasan eksplisit yang berhamburan, maka nikmatilah pemandangan kota Tuhan ini yang sesekali dikelir bagaikan sebuah lukisan bernuansa artistik tinggi. Perpaduan keduanya menghasilkan pemandangan ironis: indah sekaligus menyayat hati!
*tulisan ini sudah pernah dimuat di buku 101 Movie Guide edisi I 2013.
Ichwan Persada adalah sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute