Mohon tunggu...
Moch IchwanPersada
Moch IchwanPersada Mohon Tunggu... Seniman - Sutradara/Produser Film/Pernah Bekerja sebagai Dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Produser film sejak tahun 2011. Sudah memproduseri 9 film panjang termasuk nomine Film Dokumenter Terbaik FFI 2012, Cerita Dari Tapal Batas. Menjadi sutradara sejak 2019 dan sudah menyutradarai 5 serial/miniseri dan 5 film pendek. Mendirikan rumah kreatif Indonesia Sinema Persada dan bergiat melakukan regenerasi pekerja film dengan fokus saat ini pada penulisan skenario.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

7 Hal yang Perlu Dicermati agar Film Indonesia Tetap Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri

12 Januari 2023   14:29 Diperbarui: 12 Januari 2023   16:13 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah pandemi yang memukul segala sektor ekonomi di seluruh dunia selama hampir 3 tahun, bioskop di Indonesia melakukan rebound dengan sangat gemilang. 

Diawali dengan pecahnya rekor "Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1" yang telah bertahan selama 6 tahun dengan pencapaian 6,8 juta penonton. "KKN di Desa Penari" membuat sejarah dengan pencapaian 9,2 juta penonton saat beredar jelang Lebaran 2022. 

Dan rekor ini kembali dipecahkan di akhir tahun setelah MD Pictures merilis versi extended-nya dan kini "KKN di Desa Penari" mengukir prestasi sebagai film Indonesia pertama sepanjang sejarah yang meraih 10 juta penonton.

Dan berikutnya juga terjadi pemecahan rekor dari segi total jumlah penonton film Indonesia dalam satu tahun. Menurut catatan pengamat film, Yan Widjaya, di tahun 2019 tercatat ada 140 film Indonesia yang beredar di bioskop. Dan tahun itu membuat rekor tertinggi jumlah penonton dengan total 51 juta penonton selama setahun. 

Setelah 3 tahun berlalu, rekor tersebut juga dipecahkan tahun ini dengan lebih sedikit film yang beredar di bioskop. Tahun ini tercatat hanya sekitar 90 judul film yang beredar namun beroleh 53 juta penonton.

Dengan total jumlah tiket terjual di bioskop Indonesia sebanyak 96 juta lembar tiket menurut catatan Bicara Box Office, maka sah bahwa tahun lalu film Indonesia menguasai 57% box office dan sudah menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Tentu saja ini pencapaian menggembirakan. Begitupun juga perlu melakukan sejumlah hal agar pencapaian tersebut bisa terus ditingkatkan setiap tahunnya.

Sebagai salah satu pelaku industri, saya mencatat sejumlah hal yang bisa dilakukan demi mencapai target tersebut.

1. KEBERANIAN MENGEDEPANKAN CERITA ASLI

Dari 15 film Indonesia terlaris tahun lalu hanya ada 4 judul yang berangkat dari cerita asli. Masing-masing "Ngeri-Ngeri Sedap", "Mencuri Raden Saleh", "Qodrat" dan "Qorin". 

Begitupun keempatnya beroleh pencapaian penonton dengan jumlah yang mengesankan. Artinya terbuka peluang besar bagi pasar untuk menyerap lebih banyak lagi cerita-cerita asli yang dibuat dengan craftmanship yang terjaga.

2. KEBERANIAN MENGEDEPANKAN TEMA-TEMA BARU

"Mencuri Raden Saleh" mencuri perhatian penonton tahun lalu dengan kebaruan temanya untuk industri film nasional. Tema-tema pencurian rasanya belum pernah digarap oleh sineas negeri ini dan Visinema Pictures menggarapnya dengan total dan mengerahkan segala aspek dari desain produksi hingga promosi ke level maksimal. Dan hasilnya "Mencuri Raden Saleh" beroleh lebih dari 2,3 juta penonton.

Tahun lalu memang tahunnya horor namun disuguhi tontonan dari genre yang sama dengan sedikit sekali inovasi dalam jumlah besar lama kelamaan akan membuat penonton bosan dan beralih ke tema-tema lainnya yang jarang digarap seperti tema heist.

3. KEBERANIAN BERCERITA DENGAN CARA BERBEDA

Dengan sebegitu banyaknya serbuan film horor tahun lalu, "Qodrat" yang berangkat dari cerita asli menonjol karena keberaniannya bercerita dengan cara yang berbeda. Sisi agama yang biasanya terpinggirkan di film horor kiwari justru ditonjolkan sangat erat di film besutan Charles Gozali itu.

"Qodrat" juga menjadi titik balik dari film horor dengan cerita jadul dengan kemasan modern yang tampaknya disukai penonton yang mungkin mulai bosan dengan cerita yang begitu-begitu saja.


4. KEBERANIAN MEMPRODUKSI FILM DENGAN BIAYA LEBIH BESAR

Jika mencermati daftar 15 film Indonesia terlaris kita bisa mengungkap satu fakta yang jelas: bahwa kesemuanya diproduksi tidak dengan biaya murah. Keseluruhan judul diproduksi dengan biaya produksi dan promosi minimal 3 milyar rupiah. Hasilnya jelas: secara teknis film naik level berlipat-lipat dari generasi sebelumnya.

Dan tak ada lagi istilah memproduksi film horor karena dianggap murah. Dan anggapan tersebut sebenarnya salah besar. Karena film horor justru bersandar betul pada aspek teknis visual dan suara yang memang perlu dibuat mumpuni demi memuaskan penonton. Dengan cara ini, film Indonesia bisa terhindar dari "pedagang film" yang memproduksi film hanya sekedar mencari untung belaka tanpa mempedulikan sustainability dari industrinya beberapa tahun ke depan.

5. KEBERANIAN MEMBERI PELUANG PADA RUMAH PRODUKSI BARU

Imajinari/Kathanika Studio, IDN Pictures dan Lyto Pictures adalah 3 rumah produksi yang tergolong baru dan berhasil menembus daftar 15 film Indonesia terlaris tahun ini. Artinya pihak bioskop selaku eksibitor semakin membuka peluang bagi rumah-rumah produksi baru untuk menggenjot produksi film dengan cerita-cerita menarik dan dengan kualitas baik.

Dan industri memang akan semakin sehat jika daftar film terlaris tak hanya dikuasai oleh rumah-rumah produksi yang sudah berkecimpung puluhan tahun dan memproduksi sekian banyak film setiap tahunnya.

6. KEBERANIAN MENGGUNAKAN PEMAIN DENGAN AKTING TERBAIK -- BUKAN DENGAN FOLLOWERS TERBANYAK

Hingga saat ini masih beredar anggapan di industri bahwa pemain dengan jumlah followers banyak di social media akan mengkonversi jumlah pengikutnya menjadi jumlah penonton di bioskop. Dan anggapan ini ternyata tidak cukup valid jika melihat daftar 15 film Indonesia terlaris tahun ini.

"Ngeri-Ngeri Sedap" mengedepankan 2 aktor/aktris dengan usia yang tak lagi muda, Arswendy Bening Swara dan Tika Panggabean. Keduanya juga tak punya pngikut jutaan di social media. Tapi toh berkat akting keduanya yang matang dan padu membuat filmnya menjadi favorit penonton dan beroleh lebih dari 2,8 juta penonton.

"Qorin" yang berangkat dari cerita asli juga berani menggunakan pemain tanpa pengikut jutaan di social media. Dan tetap saja beroleh perhatian dari penonton karena kecerdikannya menggunakan isu yang relevan di tengah masyarakat.


7. KEBERANIAN MEMBUKA PELUANG PADA FILM DAERAH

Di tahun 2016 film Makassar berjudul "Uang Panai" menjadi pembicaraan nasional. Tanpa diduga film yang diputar dengan layar sangat terbatas itu bisa mengumpulkan jumlah penonton melebihi 600 ribu orang. Bandingkan dengan film nasional yang beroleh ratusan layar namun melempem dengan pendapatan penonton bahkan kurang dari 10 ribu orang.

Dan penonton juga punya kerinduan menyaksikan nuansa kedaerahan di bioskop karena mungkin sudah bosan dengan segala hal serba Jakarta dan Jawa di sekian banyak film. Indonesia punya banyak hal untuk dieksplorasi dan rasanya penonton kita semakin siap dengan keberagaman tema dan cerita dengan catatan film-film daerah diproduksi dengan kualitas yang lebih baik dan dipromosikan dengan lebih gencar dibanding sebelumnya.

Ichwan Persada adalah sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun