Mohon tunggu...
Ichsan Rivaldy
Ichsan Rivaldy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jadilah berguna bagi masyarakat

Nikmati Hidup dan Jangan Lupa Bahagia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Serangan Umum 1 Maret 1949

16 April 2021   19:17 Diperbarui: 16 April 2021   19:20 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada bulan Desember 1948, Belanda melancarkan serangan ke wilayah indonesia, yang disebut Agresi Militer II oleh para pejuang dan Opearatie Kraai (Operasi Gagak) oleh para penjajah Belanda. Dengan serangan ini Belanda berhasil menduduki ibukota Indonesia saat itu, Yogyakarta, dan menawan para pemimpin Indonesia: Sukarno, Muhammad Hatta dan Sutan Sjahrir ditangkap dan dibuang ke pulau Bangka. 

Dengan serangan ini Belanda hampir melumpuhkan perjuanggan kemerdekaan. Karena itu para pemimpin perjuangan yang masih bebas ingin menjukkan ke dunia bahwa negara Indonesia masih masih ada dan para pejuang masih melawan Belanda. Serangan ini dibuat dengan tujuan tersebut. Gagasan serangan dibuat oleh panglima besar Tentara Nasional Indonesia, Jenderal Sudirman, yang saat itu memimpin perang gerilya, dan Sultan Hamengkubuwono IX. 

Serangan umum dilaksanakan dalam bentuk serangan kilat untuk menduduki posisi strategis di Yogyakarta, selama beberapa jam lalu mundur kembali ke posisi gerilya di hutan. Selain menyerang dan menguasai Yogyakarta, para pejuang juga menyerang kota Solo agar pertahanan tenatar Belanda pecah. Serangan kilat ini membuat Belanda tidak bisa membalas dan menunjukkan ke dunia bahwa rakyat Indonesia belum menyerah.

Adapun 13 patriot yang terlibat dalam serangan umum 1 maret 1949  tersebut antara lain:

1.  Kolonel Zulkifli Lubis

Sosok perintis Badan Intelijen Negara. Pada akhir 1948 Zulkifli menerima informasi intelijen terkait kemungkinan serangan Belanda ke Ibu Kota RI di Yogyakarta. Sesuai siasat yang disepakat Lubis dan pasukannya mundur ke luar kota menuju ke Srunggo, Selopamioro, Imogiri, Bantul. Di wilayah ini sebagai tempat pengungsian, basis pertahanan militer sekaligus sebagai tempat penyimpanan candu.

2.  Kolonel Djatikusumo

Pada 1948 Djatikusumo menjabat sebagai KSAD sekaligus Gubernur Akmil dengan pangkat Kolonel. Bersama satuannya para taruna Akmil Djatikusumo ikut bergerilya dan berjuang di medan pertempuran menghadang dan menyerang pos Belanda. Setelah Serangan Umum 1 Maret dan diplomasi menguntungkan.

3.  Kolonel Gatot Subroto

Selaku Komandan Divisi II yang membawahi wilayah Solo dan sekitarnya, Gato Subroto bersama anak buahnya melakukan penyerangan terhadap tentara Belanda yang akan memberikan bantuan ke Yogyakarta.

4.  Letkol Wiliater Hutagalung

Wiliater Hutagalung adalah seorang dokter TNI, ia yang memiliki gagasan penyerangan spektakuler untuk menghadapi propaganda Belanda. Gagasan tersebit disetujui Panglima Soedirman dan mengkoordinasikan dengan Panglima Divisi II dan Divisi III.

5.  Syafrudin Prawiranegara

Saat Ibu Kota Yogyakarta dikuasai Belanda, atas perintah Presiden Soekarno, Syafruddin Prawiranegara mendirikan Pemerintaha Darurat Republik Indonesia.

6.  Opsir Udara III Boediardjo

Mendirikan stasiun darurat di rumah warga di Banaran, Playen, Gunungkidul. Di rumah ini menggunakan Radio PHB PC-2, Boediardjo menyiarkan kabar serangan umum 1 Maret ke Takengon Aceh dan diteruskan ke New Delhi hingga sampai ke PBB.

7.  Kolonel Tahi Bonar Sumatupang

TB Simatupang saat itu menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Perang yang menyetujui Serangan Umum 1 Maret untuk menegaskan kedudukan Republik Indonesia.

8.  Kolonel AH Nasution

Pada mas Agresi Militer Belanda II, AH Nasution bertugas sebagai Panglima Tentara Teritorium Djawa bermarkas di Yogyakarta. Pada 20 Desembr 1948 ia menuliskan maklumat pemberlakukan pemerintahan militer seluruh Jawa hingga diikuti perintah strategis seperti operasi.

9.  Lambertus Nicodemus Palas

Serangan Umum 1 Maret menjadi puncak kemenangan diplomasi Indonesia di Sidang PBB. Propaganda Belanda bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada berhasil dipatahkan L.N. Palar dalam pidatonya di Sidang DK PBB 10 Maret 1948 di Amerika Serikat.

10.  Jenderal Soedirman

Untuk melawan propaganda Belanda, Soedirman menginstruksikan Langkah tertentu yang harus diambil, sebagai puncaknya dilakukanlah serangan terbuka dikenal Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat Yogyakarta dikuasai Belanda Soedirman memilih untuk bergerilya membuat kantong perlawanan.

11.  Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Ketika Belanda menguasai Yogyakarta, HB IX Menyusun rencana untuk mengembalikan semangat juang rakyat, lalu muncullah ide untuk melakukan serangan balasan. Sri Sultan mengirim surat kepada Jenderal Soedirman perihal rencana tersebut. Soedirman mendukung dan menyarankan HB IX agar berkoordinasi dengan Letkol Soeharto. Dua pekan sebelum serangan umum, HB IX membuka pintu kraton untuk berlindung TNI dan menyiapkan persenjataan. Kompleks Kraton dijadikan sebagai pusat serangan, di mana banyak tentara yang berlindung di dalamnya.

12.  Letkol Soeharto

Sebagai Komandan WK IIO, Soeharto mempersiapkan pasukan dengan membagi batas tiap sector. Soeharto meminta setiap Sub Wehrkreise harus menempatkan pasukan di dalam kota dengan cara sembunyi.

13.  Kolonel Bambang Soegeng

Menjabat sebagai Panglima Divisi III membawahi wilayah Yogyakarta menginstruksikan kepada seluruh TNI untuk mengikat pasukan Belanda agar mencegah bala bantuan masuk ke Yogyakarta.

Penyebab Terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949

Faktor utama terjadi nya serangan umum 1 maret 1949 adalah karena dikuasainya Ibu kota Yogyakarta pada masa itu. Ibu kota dapat dikuasai karena belanda melakukan serangan dadakan atau agresi militer belanda yg kedua. Sehingga serangan umum 1 maret 1949 pun dilancarkan dgn tujuan utk merebut kembali ibu kota yogjakarta pada masa itu.

Tujuan Serangan umum 1 maret 1949

Setelah Belanda menduduki Jogjakarta, Belanda menangkap para pemimpin negara dan mengasingkannya. Namun, TNI yang mundur ke daerah gerilya menyatakan menolak menyerah dengan menduduki jogja selama 6 jam untuk membuktikan kepada dunia bahwa republik indonesia yang diwakili TNI masih ada. serangan umum 1 Maret mempunyai arti dan tujuan penting, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tujuan serangan umum 1 Maret , yaitu sebagai berikut.

Ke dalam:

  1. Mendukung perjuangan diplomasi;
  2. Meninggikan semangat rakyat dan TNI yang sedang bergerilya; dan
  3. secara tidak langsung telah mempengaruhi sikap para pemimpin negara federal bentukan Belanda (seperti negara Pasundan, negara Sumatra Timur dan negara Indonesia Timur) yang tergabung dalam Bijeenkomst Federal Voor Overleg (BFO).

Ke luar:

  1. Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI masih ada dan mampu mengadakan serangan; dan
  2. Mematahkan moral pasukan Belanda.

pada tanggal 1 maret 1949 pukul 06.00 , sirine berbunyi , serangan dilancarkan dari segala penjuru kota. letkol soeharto langsung memimpin penyerangan dari sektor barat sampai jl. malioboro. dalam waktu 6 jam kota jogja berhasil dikuasai TNI. Belanda melakukan serangan balasan. Pasukan TNI Indonesia mampu memukul mundur pasukan belanda meski hanya dalam waktu 6 jam. Dalam waktu singkat, Belanda berhasil didesak mundur. Pos-pos militer ditinggalkan. Beberapa buah kendaraan lapis baja berhasil dirampas oleh pasukan gerilya. Pasukan RI berhasil menguasai Yogyakarta selama kurang lebih 6 jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun