Desa Patihan Wetan
Kelurahan Patihan Wetan merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Wilayah ini tidak hanya dikenal karena lokasinya yang strategis dekat dengan pusat kota Ponorogo, tetapi juga karena kekayaan tradisi dan budayanya yang masih lestari hingga kini. Keberadaan Patihan Wetan memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi, sehingga menarik untuk dikaji lebih dalam, khususnya dalam konteks sejarah lokal dan dinamika sosial-budaya masyarakatnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan menyajikan informasi terkait sejarah berdirinya Patihan Wetan, berbagai tradisi yang masih dijalankan masyarakat, serta mitos dan legenda yang berkembang di sekitar wilayah tersebut.
Asal Usul Nama dan Sejarah awal
Patihan Wetan didirikan pada tahun 1883, menjadikannya salah satu kelurahan tertua di Kecamatan Babadan. Nama "Patihan" kemungkinan besar berasal dari jabatan "Patih," yang menunjukkan bahwa wilayah ini dahulu mungkin merupakan tempat tinggal atau wilayah kekuasaan seorang patih dalam struktur pemerintahan tradisional Jawa.
Menurut mbah purwowijoyo beliau juga menerbitkan buku yang berjudul Babad Ponorogo, dalam buku ini menceritakan per kecamatan/ per kelurahan yang ada di ponorogo salah satunya patihan wetan/ kota lama/ kepatihan. Di sebutnya patihan wetan sebab pemerintahan pada masa itu berada di kutho wetan, dan patihan itu tempatnya para patih, mbah purwowijoyo juga mengatakan ada beberapa patih yaitu patih masngabesuromedjo patih terakhir yang ada di ponorogo/ kutho wetan, patih masngabesrumedjo berada di dusun panderejo, patihan wetan.
Di sebelah timur di sebut kauman, di situ berdiri masjid besar yaitu masjid kauman kota lama yang didirikan oleh adipati sepuh yang merupakan keturunan ke 4 dari batoro katong, selain itu berdirinya masjid kauman kota lama juga bersamaan dengan pindahnya kadipaten ponorogo yang sebelumnya berada di pinggir, berdirinya masjid ini sejak 1560 masehi, mbah purwowijoyo juga menegaskan masjid kauman itu dahulu berada di barat alun alun kadipaten ponorogo. Di halaman masjid kauman ada peninggalan kuno yang berupa 2 buah batu yang satu ada tulisan hindu dua buah aksara sedangkan yang satunya berbentuk persegi Panjang di sampingnya ada angka aksara jawa kuno. Batu itu di tanam di pengimamam oleh p hj kurnet karena menurut beliau berkata 'watu iki asale soko kependhem ing joghan serambi masjid mulane balik tak pendem maneh' . Di bagian belakang masjid kauman ada sebuah makam, di antara makam makam tersebut ada makam kiai Zainal Mustofa dan kyai imam Mustofa keduanya merupakan saudara, kyai Zainal Mustofa merupakan naif yang terakhir di kabupaten kota lama sedangkan kyai imam Mustofa adalah jogoreso/ upas pesuruh di kota lama. Kabupaten kutho wetan di cabut pada tahun 1837 kabupaten kemudian berpindah di kutho Tengah/ kabupaten saat ini.Â
Mitos Mitos yang beredar
Mitos "Etan Kali -- Kulon Kali"
Mitos ini berkaitan dengan asal-usul kepala daerah di Ponorogo, yang diyakini bergantian antara wilayah timur (etan) dan barat (kulon) Sungai Sekayu. Contohnya, Bupati Muhadi Suyono (2005--2010) berasal dari Mangkujayan (etan kali), kemudian digantikan oleh Amin (2010--2015) dari Kauman (kulon kali), lalu Ipong Muchlissoni (2016--2021) dari Patihan Wetan (etan kali), dan Sugiri Sancoko (2021--2024) dari Sampung (kulon kali)Â
Mitos Bupati Hanya Satu Periode