Ayah, panggilan yang tersemat untuknya sejak Ibu melahirkan kakak pertamaku. Ayah memiliki empat orang anak. kakak pertama, kedua, aku, dan adikku. Ayah adalah sosok yang luar biasa bagi kami. Meskipun menurut orang lain Ayah bukanlah siapa-siapa. Namun, bagi kami beliau adalah segalanya. Ayah mungkin bukan orangtua yang pandai menunjukkan rasa sayang secara gamblang. Namun kami tahu rasa sayangnya kepada kami luar biasa.
"Alhamdulillah, hujan." Kata Ibu.
Tak lama dari hujan turun, tiba-tiba "pet!'' lampu padam.
Sore ini hujan cukup lebat mengguyur wilayah Bekasi. Jika turun hujan, kami akan berkumpul di ruang tamu untuk bersholawat atau mendengarkan kisah dari Ibu. Ibu sangat pintar membuyarkan kebosanan kami. Hari ini adalah hari kerja, kami hanya berlima di rumah.
"Mau mendengar kisah Emen?", tanya Ibu.
Kamipun mengangguk. Cerita Emen adalah cerita karangan Ibu sendiri. Biasanya selesai bercerita Ibu menjelaskan pesan moralnya. Selain kisah Emen masih banyak kisah lain yang sering Ibu ceritakan untuk kami.
"Duarrrr!" tiba-tiba bunyi petir menyambar.
"Subhanallah! Kaget, ya?" Tanya Ibu. "Yuk, kita sholawatan!" Ajak Ibu kepada kami.
Selesai bersholawat. Tiba-tiba aku penasaran dengan foto yang dipajang di ruang tamu. Ada seorang nenek yang menggendong satu anak laki-laki dan menggandeng anak laki-lakinya yang lain.
"Ibu itu foto siapa?", tanyaku.
"Oh, itu foto Ayah dan Mbah.", Jawab Ibu. Tiba-tiba Ibu menceritakan tentang masa kecil Ayah.