Mohon tunggu...
Abdul Karim Abraham
Abdul Karim Abraham Mohon Tunggu... wiraswasta -

Anak Muda Bali yang BEBAS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sebuah Fakta Sejarah Makam Pahlawan di Desa Pejarakan Buleleng

13 Agustus 2016   15:57 Diperbarui: 13 Agustus 2016   17:24 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapten Markadi memerintahkan pasukan yang berada di Desa Gelar untuk terus melakukan serangan-serangan terhadap Tangsi Belanda di Kota Negara agar dapat mengecoh konsentrasi Belanda pada perlawanan di Bali Barat, sementara Perjuangan Rakyat Bali di Tengah dan Timur bisa terus berjalan. Beberapa hari kemudian, pihak musuh Belanda mengetahui basis perlawanan Pemuda Bali di Jembrana berada di Desa Gelar. Tak menunggu waktu lama, Desa Gelar digempur oleh Belanda melalui udara dan darat. Karena persenjataan pasukan yang minim dan untuk menghindari korban lebih banyak, akhirnya para pejuang ini memilih mundur ke perbukitan di sebelah utara hingga sampai di pantai Utara Bali.

Dalam pelarian ini, beberapa pasukan mengalami luka tembakan dan ada juga yang selamat dari peluru musuh. Mereka terus mencari pemukiman-pemukiman penduduk di sebelah utara perbukitan yang kini secara administratif berada di Kabupaten Buleleng sebelah Barat untuk mendapatkan pertolongan. Salah satu pejuang yang terluka inilah bernama Kasmijdan dan nyawanya tak tertolong sebelum sampai di pemukiman warga. Begitu juga Sumiati sang pejuang perempuan, yang menurut keterangan Bapak Arsyad, Sumiati ini salah satu dari sekian perempuan yang bertugas sebagai penyaji makanan selama perjuangan Pasukan M di Bali.

Atas informasi pasukan yang selamat, beberapa pemuda Desa Pejarakan menjemput kedua Jenazah tersebut di hutan perbukitan yang terletak diantara Desa Pejarakan dan Desa Sumberklampok. Bersama para pejuang yang selamat dan dibantu Pemuda Pejarakan, kedua Jenazah pejuang tersebut dimakamkan di Komplek Pemakaman Islam Desa Pejarakan, yang keberadaannya hingga kini terus dihormati sebagai Pahlawan Kemerdekaan.

Keempat, setiap tanggal 17 Agustus Pemerintah Desa Pejarakan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat selalu mengadakan ritual Tabur Bunga di Makam Pahlawan tersebut. Tiba-tiba, atas inisiatif Pemerintah Desa, tradisi yang telah berlangsung puluhan tahun tersebut ditiadakan pada momen Kemerdekaan 17 Agustus 2015. Tentunya hal ini menjadi pertanyaan besar dikalangan masyarakat, kenapa Tabur Bunga dihilangkan dari tradisi setiap hari Proklamasi.

Dari informasi yang didapat dari salah satu staff Desa Pejarakan mengatakan bahwa alasan meniadakan Tabur Bunga karena Dua Jenazah Pahlawan tersebut sudah dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Singaraja. Dikonfirmasi tahun berapa dipindahkan, tak satupun perangkat Desa yang dapat menjawabnya.

Meragukan informasi yang tak beralasan tersebut, Penulispun menghubungi Bapak Muslimin salah satu Tokoh Masyarakat yang telah banyak berjuang memajukan pendidikan di Desa Pejarakan. Bapak Muslimin yang lahir pada tahun 1941 ini, kendati bukan sebagai pelaku dan saksi sejarah pada kedua Makam Pahlawan tersebut, ia masih ingat dengan jelas cerita-cerita para sesepuh terdahulu yang menjadi pelaku dan saksi sejarah. Ia mendapat informasi dari sesepuh Desa Pejarakan setidaknya dari dua orang, yaitu dari Pak Kasidi (Alm) dan Pak Matsuki/Maswiyah (Alm) bahwa memang benar dua makam tersebut adalah Makam Pahlawan yang tidak diragukan lagi. Apa yang diceritakan sama dengan kesaksian Pak Arsyad (Alm).


Atas dorongan sesepuh tersebut, pada tahun 1980an, Muslimin dibantu dengan H. Zainal Ansori (Alm) mengkoordinir dana swadaya masyarakat muslim Desa Pejarakan dalam melakukan renovasi makam dengan pemelesteran dan pemagaran. Dalam kesaksiannya, ia sama sekali tidak pernah melihat dan mendengar bahwa telah terjadi pemindahan jenazah. Karena pemindahan jenazah tak segampang memindahkan barang, pasti menghubungi tokoh masyarakat setempat, setidaknya takmir masjid harus mengetahui.  

Hal senada juga disampaikan H. Ach.Marzuqi selaku Ta’mir Masjid Uswatun Hasanah yang berdekatan dengan Komplek Pemakaman Islam Desa Pejarakan. Baik saat ia menjadi Ta’mir dan Ta’mir sebelumnya, tidak pernah (Melihat/Mendengar) ada proses pemindahan terhadap dua Jenazah Pahlawan tersebut.

Dari uraian diatas, sudah jelas bahwa Dua Makam yang berada di Komplek Pemakaman Islam Desa Pejarakan merupakan Fakta Sejarah Kepahlawanan yang keberadaannya tidak diragukan lagi. Sebagai generasi yang hidup dari tetesan darah para pejuang terdahulu, tidak lain yang bisa dilakukan selain terus mendoakan agar para pejuang mendapat balasan surga di Sisi-Nya, dan yang terpenting juga kita bisa mengenangnya sebagi sebuah pelajaran sejarah, dimana komitmen perjuangan dalam hal apa saja, tidak bisa digoda oleh apapun, walau nyawa sebagai taruhannya.  

Selamat merayakan Hari Kemerdekaan!.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun