Kita tahu televisi-televisi di Indonesia sudah banyak berafiliasi dengan partai politik. Itu tak lain digunakan untuk memuluskan kepentingan politik. Salah satunya adalah dengan menyiarkan sepak bola--selain menguasai PSSI tentunya.
Menyiarkan sepak bola adalah kampanye politik paling efisien, efektif, dan murah. Sebab, tidak ada tempat kampanye partai politik yang akan mendapat atensi sangat besar dengan segerombolan orang-orang bersemangat selain di lapangan sepak bola.
"Jika Anda bisa mengontrol sepak bola, berarti Anda sudah setengah jalan menguasai Indonesia," begitu kata seorang pejabat senior di PSSI (yang tidak disebutkan namanya), mengutip Deutsche Welle Indonesia (25/05/2013).
Ketiga, melihat masih banyaknya pemimpin rezim PSSI selalu membawa jargon kosong yang sama seperti Indonesia bersih dari mafia hingga--paling bernilai jual tinggi--Indonesia menuju Piala Dunia rasanya revolusi sepak bola Indonesia tak ubahnya utopia belaka.
Terakhir, dan ini yang paling saya percaya dan yakin benar: mungkin kita salah melihat sepak bola selama ini. Sepak bola memang sejatinya adalah sebuah permainan saat ia dimainkan dengan 11 orang. Lalu menjadi pertandingan ketika dimainkan 11+11 orang. Dan ketika dipertandingkan, maka ia menjadi sebuah "permainan".