Mohon tunggu...
ibnu faid
ibnu faid Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Filosofi Hidup pada Senar Gitar

1 Juni 2016   23:59 Diperbarui: 2 Juni 2016   00:16 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gitar sebagus apapun, harus di stem terlebih dahulu dengan keahlian khusus dan intuisi seni yang dalam sebelum dimainkan, supaya bisa dihasilkan melodi yang indah. Begitupun analogi seorang manusia  Manusia oleh Tuhan dibekali dengan akal dan banyak kompetensi lainya yang mendekati sempurna, hanya saja tidak semua manusia berhasil melahap bekal tersebut. Banyak potensi diri pada manusia tidak dimanfaatkan secara maksimal.

Sebagai manusia kita harus menyetem senar jiwa, jangan sampai jiwa kita mengeluarkan nada-nada yang sumbang. Terdapat 6 senar pada gitar dengan nada yang berbeda-beda, mulai dari nada E, A, D, G, B dan kembali lagi ke nada E. Jika ke-6 senar tersebut di stem dan dimainkan dengan serasi maka akan tercipta harmoni dan melodi yang indah.

Sama halnya filosofi hidup manusia, berbagai sisi dalam diri manusia harus di stem (dikelola) dengan harmonis agar tercipta sebuah symphoni yang indah. Begitupun beberapa faktor diluar diri manusia harus diatur supaya menghasilkan harmoni dan energi positif terhadap sesama manusia dan alam raya.

Untuk menyetem senar-senar dijiwa kita alangkah baiknya jika melalui petunjuk guru atau pemimpin yang adil, meskipun pada dasarnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, kita bisa melakukanya sendiri. Dengan belajar (olah akal) dan perenungan (olah jiwa), berbuat baik terhadap manusia dan alam ( aktivitas horizontal) dan ibadah kepada Tuhan (aktivitas vertikal).

Kegiatan-kegiatan tersebut perlahan akan membantu manusia menyetem senar-senar dalam jiwanya. Ibadah vertikal seperti sholat, puasa, zakat, haji maupun ibadah sunnah lainya bagi umat muslim, merupakan nur pencerah yang menuntun jiwa manusia dalam menuju ketentraman batin. Sholat tahajud merupakan salah satu ibadah sunnah yang paling kuat cahayanya, didalam keheningan dua per tiga malam, menjelang subuh menurut astronom adalah saat dimana gelombang elektromagnetik dari alam semesta tercurahkan dengan lembut ke muka bumi. Nabi Muhammad SAW sering menjalankan ibadah sholat tahajud ini.

Agama-agama selain islam jelas mempunyai cara tersendiri juga dalam mencerahkan jiwa. Manusia yang beribadah dimalam hari dengan khusyu’ dipagi hari akan muncul dengan wajah yang bercahaya namun meneduhkan bagi alam disekitarnya, gerak-gerik dan ucapanya dalam, penuh makna, symphoni memancar dari dalam jiwanya dan melantunkan melody kehidupan yang indah.

Bagaimana nasib senar jiwa yang tak pernah distem? Hati gundah, jalan penuh kegelapan, dan tak tentu arah tujuan. Tuhanpun enggan untuk memainkan manusia-manusia sumbang. Tidak ada melody yang merdu, yang keluar hanya keluhan, hinaan, cacian puncaknya stress. Terlihat wajah murung dan sorot mata yang kosong. Alam semesta enggan menyapa. Gerimis terasa badai, mentari pagi seakan kobaran api yang siap membakar apa saja yang berada didepanya, mati enggan hidup pun tak mau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun