Sangkala sekolah sambil jualan jalangkotek.
Ayahnya meninggal ketika ia berumur 8 tahun. Ketika itu ia baru duduk di kelas 2 SD Pakalu Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan. Ia memiliki dua adik Nursiah umur 5 tahun dan Syamsul umur 2 tahun. Ibunya bernama Jumilah dari keluarga kurang mampu dan banyak saudara. Untuk memenuhi kebutuhan makan dan kebutuhan lainnya Jumilah harus mencari nafkah. Kadang Jumilah pergi membantu potong padi di sawah. Saat teknologi diterapkan maka kaum buruh potong padi mengganggur. Karena tenaganya digantikan oleh mesin potong padi.
Jumilah akhirnya beralih profesi menjadi tukang cuci keliling ke tetangga yang membutuhkan.
Suatu saat Jumilah bertemu dengan teman SD nya yaitu Yundis  yang baru pulang dari Negeri Jiran Malaisya sebagai TKI illegal, namun Yundis kelihatan berhasil dalam perantauannya.
Yundis mengajak Jumilah merantau ke negeri tersebut. Jumilah ikut walau hanya berbekal seadanya. Sangkala dititipkan kepada adiknya yang bernama Suminah. Sedangkan dua adiknya Sangkala dititipkan pada orang tuanya Jumilah (nenek /kakeknya).
Karena Suminah juga kurang mampu dan kiriman dari Jumilah tak kunjung datang, maka Sangkala disekolahkan namun diberi tugas tambahan menjual kue jalangkotek. Setiap laku 20 buah kue jalangkotek ia mendapatkan untung 1 buah.
Sepulang dari sekolah Sangkala berkeliling di sekitar kampungnya sambil membawa sebotol sambal pelengkap kue jalangkotek dan keranjang berisi beberapa jalangkotek. Suminah tantenya Sangkala biasanya membekali sekitar 100 buah jalangkotek. Dagangan tersebut habis laku terjual semua sekitar menjelang salat maghrib. Selain sebuah botol yang berisi sambal Sangkala juga dibekali dengan sebotol air minum. Tetangga dekatnya jika melihat Sangkala melintas mereka kadang membeli jalangkotek jualannya, karena merasa kasihan.Â
Karena jualan pada siang hari Sangkala berhasil menjual sekitar 100 buah, maka Suminah mencoba membekali Sangkala dengan 40 buah jalangkotek untuk dijual di sekolahnya. Teman-teman Sangkala sebagian membeli jajanan yang dibawanya. Sebagian gurunya juga ada yang membeli. Ada juga gurunya yang menyarankan agar jualannya dijual setelah istirahat. Karena guru tersebut juga menyambi jualan makanan di sekolahnya. Sangkala menuruti saran gurunya. Al hasil dagangannya juga laku habis terjual. (IM)