OPINI - Perubahan iklim bukan lagi sekadar isu akademik, tetapi ancaman nyata bagi kehidupan kita. Setiap tahun, suhu global meningkat, bencana ekologis semakin sering terjadi, dan biodiversitas terancam punah. Sayangnya, meskipun berbagai konferensi dan perjanjian lingkungan telah dilakukan, dampak destruktif terhadap alam masih terus berlanjut. Mengapa? Salah satu jawabannya adalah minimnya political will dan lemahnya komunikasi lingkungan.
Political Will: Kunci atau Hambatan?
Sejak Deklarasi Stockholm 1972 hingga COP28, banyak negara berjanji mengatasi krisis lingkungan. Namun, di lapangan, eksploitasi sumber daya alam tetap berlangsung masif. Deforestasi, pertambangan, dan alih fungsi lahan terus meningkat, sering kali dengan restu pemerintah yang lebih berpihak pada kepentingan ekonomi jangka pendek daripada keberlanjutan.
Di Indonesia, misalnya, sektor minyak sawit, tambang, dan kayu masih menjadi penyebab utama deforestasi. Data dari Nusantara Atlas menunjukkan lebih dari 10 juta hektar hutan telah lenyap dalam 50 tahun terakhir akibat industri ekstraktif. Tanpa komitmen politik yang kuat, upaya pelestarian lingkungan hanya akan menjadi wacana kosong dan terlihat sulit dilakukan.
Komunikasi Lingkungan: Senjata Mendorong Perubahan
Kesadaran publik adalah kekuatan besar dalam mendorong perubahan kebijakan. Namun, komunikasi lingkungan harus dilakukan dengan strategi yang efektif agar mampu menekan pengambil kebijakan. Advokasi lingkungan menjadi instrumen utama dalam perjuangan ini, dengan berbagai bentuk seperti:
1. Aksi dan Demonstrasi: Seperti gerakan Tolak Reklamasi Teluk Benoa yang akhirnya berhasil mengembalikan status Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi maritim.
2. Kampanye Digital: Media sosial telah menjadi senjata ampuh dalam menyebarkan kesadaran lingkungan kepada generasi muda.
3. Gugatan Hukum: WALHI dan berbagai LSM yang mengambil langkah gugatan terhadap proyek-proyek yang merusak lingkungan, seperti PLTU Jawa 9 & 10 di Banten.
4. Diskusi Publik dan Kelas Hijau: Edukasi lingkungan melalui seminar, webinar, dan kelas kepemimpinan hijau menciptakan generasi aktivis yang peduli terhadap masa depan planet ini.
5. Podcast dan Talkshow: Penyebaran informasi mendalam terhadap suatu kasus dan permasalahan lingkungan dari berbagai pihak serta komunikasi fakta dan hasil kajian lingkungan serta sudut pandang seperti yang dilakukan oleh di youtube Auriga Nusantara serta para pemerhati lingkungan dan pembangunan lainnya.