Mohon tunggu...
IAT Sadra 22
IAT Sadra 22 Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Kumpulan Karya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nuzulul Quran: Momen Penting dalam Sejarah Islam

6 November 2023   08:42 Diperbarui: 6 November 2023   08:47 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Lusi Rahmania

A. Pengertian Nuzulul Qur`an

 Nuzulul Qur'an adalah gabungan kata antara "nuzul" dan "Al-Qur'an" yang berarti turunnya Al-Qur'an. Kata Nuzul memiliki beberapa pengertian. Menurut Ibn Faris, kata Nuzul berarti hubuth syay wa wuqu 'uh, turun dan jatuhnya sesuatu. Sedang menurut al- Raghib al-Isfahaniy, kata nuzul berarti meluncur atau turun dari atas ke bawah.

 Namun, dalam konteks ini, penggunaan kata nuzul dalam istilah nuzulul Qur`an (turunnya Al-Qur`an) tidak dapat kita pahami maknanya secara harfiah, yaitu menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, karena Al-Qur'an bukanlah entitas fisik atau materi. Melainkan, istilah "nuzulul Qur'an" merujuk pada pengertian majazi, yakni penyampaian wahyu dari alam gaib ke alam nyata kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril AS.

B. Perbedaan antara Tanzil dan Inzal

 Kedua kata baik inzal dan tanzil diambil dari akar kata yang sama yaitu . Keduanya mengandung arti muta'addi yang berarti menurunkan. Namun menurut fiqhu al-Lughah keduanya mengandung perbedaan. Raghib al-Ashfahani dalam kitabnya menyatakan bahwa kata inzal dan tanzil dalam konteks penurunan Al-Qur`an mempunyai pengertian yang berbeda, karena kata tanzil mengandung arti pertahapan sedangkan inzal mengandung arti umum.


 Menurut Shahrur, konsep inzal dan tanzil pertama-tama harus dipahami sebagai "pemindahan objek". Perbedaannya terletak pada gagasan tanzil yang mengacu pada pemindahan obyek yang terjadi secara objektif di luar pengetahuan manusia, sementara inzal, menurut Shahrur, dipahami sebagai pemindahan obyek yang dapat dimengerti oleh manusia atau dalam wilayah pengetahuan mereka.

 Sementara itu, terdapat perbedaan pandangan di kalangan ulama mengenai pengertian inzal dan tanzil. Menurut Sayyid Quthb dalam kitab Tafsir "Fi Zhilal al-Qur'an," yang menukil pendapat Raghib al-Asfahani menyatakan bahwa istilah "tanzil" digunakan secara khusus untuk menggambarkan proses penurunan al-Qur'an pada tahap kedua, yaitu dari Bait al-'Izzah kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun secara bertahap. Sedangkan kata "inzal" digunakan untuk merujuk pada tahap pertama penurunan al-Qur'an, yakni penurunan dari Lauh Mahfuzh ke Bait al-'Izzah. Ini berarti bahwa istilah "inzal" memiliki cakupan yang lebih luas daripada "tanzil."

 Sejalan dengan perspektif yang disebutkan sebelumnya, al-Maraghi dalam "Tafsir Al-Maraghi" menjelaskan makna inzal dan tanzil. Al-Maraghi menginterpretasikan inzal sebagai proses penurunan wahyu. Istilah inzal ini digunakan untuk mengindikasikan bahwa Malaikat Jibril turun kepada Nabi Muhammad SAW. agar Nabi dapat menyampaikan wahyu tersebut kepada seluruh umat manusia.

 Sedangkan makna tanzil menurut Al-Maraghi, artinya turunnya ayat al-Qur'an secara terpisah. Ini berarti bahwa al-Qur'an disampaikan secara bertahap, dimulai dengan penurunan pertama pada malam Lailat al-Qadr di bulan Ramadhan, dan kemudian diturunkan secara berangsur-angsur dalam rentang waktu 23 tahun, seiring dengan peristiwa-peristiwa yang relevan dengan setiap ayatnya.

 Demikian juga M. Quraish Shihab berpendapat dalam kitab tafsirnya bahwa inzal dan tanzil berarti menurunkan. istilah "turun" dapat berkaitan dengan hal yang bersifat fisik atau material, seperti pemindahan dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah dan juga menyangkut immaterial ketika itu bermakna dari sumber yang lebih tinggi ke arah yang lebih rendah.

 Inzal dan tanzil adalah dua bentuk kata yang pada dasarnya sama. Inzal digunakan umumnya untuk merujuk pada penurunan secara keseluruhan atau secara umum, sementara tanzil biasanya merujuk pada penurunan bertahap atau sedikit demi sedikit.

C. Prosedur Turunnya Al-Qur`an

 Secara kronologis, Alquran Al-Karim diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad dalam tiga fase sebagai berikut:

Tahap Pertama

 Dalam tahap pertama, Al-Qur`an disampaikan oleh Allah kepada Lauh al-Mahfuz, yang merupakan tempat penyimpanan pertama Al-Qur`an sebelum disampaikan kepada Rasulullah sebagai utusan Allah kepada manusia. Lauh al-Mahfuz juga disebut sebagai Kitab al-Maknun, yang berarti "kitab yang terjaga". Secara umum, Lauh al-Mahfuz diartikan sebagai tempat di mana segala sesuatu yang berkaitan dengan Qodo dan Qodar Allah disimpan.

 Cara persis penyampaian Alquran dari Allah ke Lauh al-Mahfuz tidak diketahui oleh manusia, dan itu bukan suatu pengetahuan yang wajib bagi manusia, namun harus dipercayai, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman Allah SWT:

"Tetapi ia (yang didustakan mereka) itu ialah Al-Qur`an yang mulia yang (tersimpan) dalam Lauh al-Mahfuz." (Q.S. al-Buruj /85:21-22)

 Adapun hikmah diturunkannya Alquran pada tahap pertama adalah hikmah keberadaan Lauh al-Mahfuz itu sendiri sebagai batu tulis yang terjaga, yang diciptakan Allah untuk merekam dan mendokumentasikan apa-apa yang ada dan yang akan ada di hari akhir nanti. Selain itu, hikmah turunya Alquran tahap pertama sebagai wujud dari keinginan-Nya yang Maha Bijaksana, kemauan-Nya Yang Maha Pasti, kekuasan-Nya yang Maha Besar dan kekuatan-Nya yang tak tertandingi, semua ini akan menguatkan iman kita terhadap takdir dan qadha-Nya.

Tahapan Kedua

 Turunnya Al-Qur`an ke langit pertama dengan sekaligus. Dilangit pertama itu, Al-Qur`an disimpan pada bayt al-izzah. Menurut pendapat yang shahih, bayt al-izzah iada di langit yang paling bawah atau langit dunia. Hal ini didasarkan atas riwayat Ibn Abbas berdasarkan firman Allah, yaitu : "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan." (Q.S. ad Dukhan/44:3)

 "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur`an) pada malam kemuliaan." (Q.S. al-Qadar/97:1)

"Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an" (Q.S. al-baqarah/2:185)

 Ketiga ayat tersebut menjelaskan bahwa Al-Qur`an diturunkan dalam satu malam yang diberkahi, yang disebut malam kemuliaan (lailatul qadar), dan malam tersebut adalah salah satu dari malam-malam Ramadhan. Menurut az-Zarqani, turunnya Alquran dalam tiga ayat tersebut tidak merujuk pada turunnya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad Saw. secara berangsur-angsur selama lebih dari 22 tahun. Riwayat yang sahih dari Ibn Abbas mengindikasikan bahwa yang dimaksud adalah turunnya Al-Qur'an dari Lauh Mahfuz ke Bayt al-Izzah.

Tahapan Ketiga

 Tahapan ketiga dalam penurunan Al-Qur`an adalah ketika Al-Qur`an disampaikan dari bayt al-Izzah di langit dunia kepada Nabi Muhammad Saw. pada malam Qadar. Namun, penurunan ini tidak terjadi secara sekaligus, melainkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan waktu. Bahkan, sering wahyu turun untuk menjawab pertanyaan para sahabat yang dilontarkan kepada Nabi atau untuk membenarkan tindakan Nabi Saw. Disamping itu, banyak pula ayat atau surat yang diturunkan tanpa melalui latar belakang pertanyaan atau kejadian tertentu. Proses ketiga ini melibatkan perantara malaikat Jibril atau juga dikenal sebagai Ruhul Amin, yang mengantarkan Al-Qur`an dari bayt al-Izzah kepada Nabi Muhammad Saw. di Gua Hira, Mekkah. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-Isra: 106, yaitu:

 "Dan Al-Qur`an ini Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacanya perlahan kepada manusia. Dan Kami menurunkannya bagian demi bagian." (Q.S. al-Isra'/17:106)

D. Penurunan Al-Qur`an Secara Berangsur-angsur

 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Malaikat Jibril turun beberapa kali untuk memberikan ayat-ayat Al-Qur`an kepada Nabi Muhammad Saw. Ini dilakukan sesuai kebutuhan, sehingga tidak semua ayat Al-Qur`an diturunkan sekaligus. Oleh karena itu, panjang dan jumlah ayat dalam surat-surat Al-Qur`an bervariasi. Ada surat pendek seperti al-Fatihah, al-Ikhlash, al-Kaustar, al-Lahab, al-Bayyinah, dan an-Nashr yang diturunkan secara utuh, serta surat panjang seperti surat al-Mursalat. Selain itu, ada surat-surat yang hanya diturunkan sebagian, seperti lima atau sepuluh ayat.

 Turunnya Al-Qur`an secara berangsur-angsur dijelaskan oleh Allah swt dalam firmannya Surat Al-Isra ayat 106:

 "Dan Al-Qur`an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian." (Q.S. Al-Isra:17/106)

 Namun, turunnya Al-Qur`an secara berangsur-angsur mendapat celaan dari orang-orang kafir. Allah berfirman dalam Surat Al-Furqan ayat 32:

"Berkatalah orang-orang kafir; "Mengapa Al-Qur`an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)." (Q.S. Al-Furqan: 25/32)

 Menurut anggapan orang-orang kafir maupun kaum musyrikin, kitab-kitab yang datang dari Tuhan, lazimnya diturunkan secara sekaligus. Mereka meragukan Al-Qur`an sebab diturunkannya dengan cara berbeda dengan penurunan kitab-kitab samawi lainnya. Sehingga mereka mengemukakan pertanyaan: Mengapa Al-Qur`an tidak diturunkan sekaligus? untuk menjawab pertanyaan mereka, maka Allah swt. telah menjelaskan dalam ayat diatas (Q.S. Al-Furqan :25/32) dimana dijelaskan bahwa salah satu hikmah Al-Qur`an diturunkan secara bertahap salah satunya untuk menguatkan hati Nabi dalam menerima dan menyampaikan kalam Allah kepada umat manusia.

 Penyikapan terhadap nilai dan keyakinan dalam masyarakat Arab merupakan salah satu penyebab pewahyuan Al-Qur`an tidak diturunkan sekaligus, melainkan secara bertahap. Dengan rentang waktu tersebut, maka pesan di dalam Al-Qur`an yang terdiri dari aqidah, norma syari'ah, dan tuntunan moral (akhlak) tersampaikan secara bertahap. Dengan mengetahui hubungan pewahyuan ayat-ayat Al-Qur`an dengan realita sosial juga akan diketahui bahwa Al-Qur`an mempunyai hubungan historitas yang kuat dengan kondisi masyarakat tanpa menafikan dan mengurangi nilai wahyu ilahiyah-Nya yang bersifat samawi.

E. Maksud dan Hikmah dibalik Turunnya Al-Qur`an Secara Berangsur-angsur

 Hikmah diturunkannya Al-Qur`an secara ber angsur-angsur itu memberikan manfaat yang besar, baik kepada Nabi Muhammad secara pribadi, kepada masyarakat Arab saat periode turunnya Al-Qur`an, maupun kepada umat Islam setelah masa sahabat.

 Hikmah turunnya Al-Qur`an secara berangsur-angsur merupakan suatu metode yang berfaedah bagi kita sebab dapat meningkatkan mutu pendidikan bagi umat Islam untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan perilakunya, membentuk kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya sendiri.

 Sebagaimana yang kita ketahui bahwa segala sesuatu yang Allah kehendaki itu mengandung hikmah dan memiliki tujuan. Begitu juga dengan proses turunnya Al-Qur`an secara bertahap. Diantara hikmah atau tujuannya adalah sebagai berikut:

 Pertama, memperkuat hati Rasulullah Saw. Meskipun Rasulullah Saw telah menyampaikan ajarannya kepada manusia, ia menghadapi tantangan keras dari mereka yang menolak dan bersikap keras kepala. Orang-orang ini memiliki hati yang keras dan perilaku kasar, selalu mengganggu dan mengancam Rasul. Kesedihan adalah hal yang tidak diinginkan manusia, tetapi kesedihan juga merupakan bagian tak terhindarkan dari perjalanan kehidupan manusia. Bahkan, Rasulullah Saw pernah merasakan kesedihan yang mendalam saat kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya, yang dikenal sebagai amul huzni (tahun kesedihan) pada sekitar tahun 619 Masehi.

 Allah berharap agar manusia tidak mudah merasa sedih, terutama terhadap tindakan orang-orang yang tidak beriman. Al-Qur'an menjelaskan bahwa dalam interaksi sosial, mungkin ada tindakan yang menyebabkan kesedihan, oleh karena itu, manusia disarankan untuk tidak mudah merasa sedih karena perilaku orang lain. Dalam konteks ini, manusia dianjurkan untuk selalu berharap kepada Allah semata, karena menaruh harapan pada selain Allah hanya akan membawa kesengsaraan dan kepedihan.

 Dengan demikian, dalam konteks ini, wahyu diterima secara bertahap oleh Nabi Muhammad untuk meneguhkan hati beliau dalam menyampaikan Ketauhidan, tanpa memperhatikan reaksi dan tindakan yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Ini sejalan dengan metode pendidikan yang ditegaskan dalam Al-Qur`an, seperti yang dilakukan oleh para rasul sebelumnya dalam menyampaikan pesan dakwah mereka.

 Firman Allah dalam Q.S. al-An'am 6;33

 Sungguh, Kami mengetahui bahwa sesungguhnya apa yang mereka katakan itu betul-betul membuatmu (Nabi Muhammad) bersedih. (Bersabarlah) karena sebenarnya mereka tidak mendustakanmu, tetapi orang-orang zalim itu selalu mengingkari ayat-ayat Allah.

 Q.S. Yasin 36:76:

Maka, jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Nabi Muhammad) bersedih hati. Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.

 Kedua, Tantangan dan Mukjizat. Kata "Mukjizat" berasal dari akar kata "ajaza" yang berarti melemahkan. Menurut ulama, Mukjizat adalah peristiwa luar biasa yang terjadi pada diri seseorang yang mengklaim menjadi nabi atau utusan Allah. Peristiwa tersebut kemudian dihadapkan kepada masyarakat yang meragukan kenabiannya, dan masyarakat tersebut tidak dapat menandingi peristiwa tersebut.

 Orang-orang musyrik selalu berkembang dalam kesesatan dan kesombongan yang berlebihan. Mereka sering mengajukan pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menguji kenabian Rasulullah Saw. Mereka juga sering menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang tak masuk akal, seperti mengenai hari kiamat.

 Ketiga, memudahkan menghafal dan memahami pesan-pesan Al-Qur'an. Al-Qur'an disampaikan secara bertahap dengan kebenaran yang sesungguhnya. Allah Swt. mengutus Rasul sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur, memungkinkan pembacaannya secara perlahan kepada manusia, diberikan dalam bagian-bagian yang berurutan. Tujuannya adalah untuk mendidik umat, menegakkan sistem di tengah-tengah mereka, dan kemudian mereka akan menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia, baik Timur maupun Barat, serta mengajarinya kepada manusia sesuai dengan pedoman yang sempurna dan komprehensif.

 Al-Qur'anul Karim diturunkan di tengah-tengah masyarakat yang ummi, yang tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis. Mereka menjaga Al-Qur'an dengan cara menghafal dan mengandalkan daya ingatan mereka. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang cara penulisan dan membukukannya.

 Keempat, kesesuaian dengan peristiwa-peristiwa dan tahapan dalam pembentukan hukum. Manusia tidak akan dengan mudah menerima dan patuh pada agama yang baru jika Al-Qur'an tidak bijak dalam menghadapinya, Al-Qur`an menyediakan obat penawar yang efektif untuk menyembuhkan mereka dari kerusakan dan kerendahan martabat. Setiap kali ada peristiwa di antara mereka, Al-Qur'an memberikan hukum yang menjelaskan statusnya, memberikan petunjuk, dan membentuk dasar hukum mereka sesuai dengan situasi dan kondisi, satu demi satu. Sebagai contoh, masyarakat Arab ketika itu sangat menyenangi minuman keras padahal minuman keras diharamkan oleh Allah. Karena itu, Allah lalu menurunkan firman-Nya melalui empat tahap, yaitu:

 Tahap Pertama, Allah memberi penjelasan tentang keistimewaan buah kurma dan anggur sebagai bahan baku minuman dengan menurunkan Q.S. an-Nahl 16:67. Tahap kedua, sebagai reaksi terhadap ayat tersebut, muncullah kemudian sekelompok masyarakat yang menanyakan masalah itu, lalu turunlah Q.S. al-Baqarah /2:219 yang artinya "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah, Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya". Tahap ketiga, Allah sudah memberikan pembatasan berupa larangan minuman keras pada saat tertentu dengan turunnya surat an-Nisa/4:43. Tahap Terakhir, Allah mengeluarkan larangan secara total terhadap berbagai minuman keras dengan menurunkan surat al-Maidah/5:90

F. Periodesasi Turunnya Al-Qur`an

 Kitab suci Al-Qur`an diturunkan oleh Allah Swt. kepada Rasulullah Saw. secara berangsur-angsur dalam dua periode (Makkah dan Madinah), periode Makkah (610-622 M) di mulai pada malam 17 Ramadhan tahun 41 dari milad Nabi sampai dengan 1 Rabiul Awwal tahun 54 dari milad Nabi (12 tahun 5 bulan 13 hari). Ayat-ayat yang diturunkan pada masa itu kemudian disebut ayat-ayat Makkiyah yang berjumlah 4.726 ayat dan terdiri atas 89 surat.

 Sedangkan periode Madinah (622-632 M) dimulai tanggal 1 Rabiul Awwal tahun 54 sampai dengan 9 Dzulhijjah tahun 63 dari milad Nabi atau bertepatan dengan tahun ke-10 Hijriah (9 tahun 9 bulan 9 hari). Jadi total lama kedua periode tersebut adalah 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Ayat-ayat yang turun dalam periode ini dinamakan ayat-ayat Madaniyah, meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25 surat.

G. Ayat Pertama dan Terakhir

 Alquran pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad pada 17 Ramadhan tahun pertama kenabian atau di waktu Muhammad telah diangkat menjadi Nabi. Surah yang pertama turun adalah Al-'Alaq (96) ayat 1-5, yang artinya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!

2. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Mulia,

4. yang mengajar (manusia) dengan pena.

5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

 Al-Baihaqi juga meriwayatkan, yang diterima dari Aisyah ra., ia berkata "Surah Alquran yang pertama turun adalah iqra' bismi rabbikal-ladzi khalaq.

Sedangkan ayat yang terakhir turun adalah Surah Al-Baqarah (2) ayat 281, yaitu:

 Waspadalah terhadap suatu hari (kiamat) yang padanya kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian, setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya dan mereka tidak dizalimi.

 Sai'id bin Al-Khudri, sebagaimana dikutip oleh As-Sayuti, mengatakan, ayat ini turun kepada Nabi sembilan hari menjelang beliau wafat." Menurut Ibnu Abbas, ayat ini turun 81 hari sebelum Rasul wafat."

 Jadi, inilah pendapat yang kuat dibandingkan dengan pendapat yang populer di kalangan umat Islam, bahwa ayat yang terakhir turun adalah Surah Al-Ma'idah (5) ayat 3. Ayat ini turun di Padang Arafah ketika Rasulullah menunaikan haji terakhir, dan ia masih hidup beberapa bulan lagi setelah itu Sedangkan Surah Al-Baqarah (2) ayat 281, turun 9 hari atau 81 hari menjelang Rasul wafat.

H. Telaah Terhadap Proses Turunnya Al-Qur`an Kepada Nabi Muhammad Saw

 Menurut al-Qattan dalam bukunya Mabahis fi 'Ulum al-Qur`an, malaikat JIbril mengantarkan wahyu kepada Nabi dengan dua metode, yaitu:

1. Suara yang mirip dengan gemerincing lonceng dan suara yang sangat keras, yang memengaruhi tingkat kesadaran Nabi Muhammad sehingga beliau harus bersiap dengan segala kekuatannya untuk menerima pengaruh tersebut. Ini adalah metode yang paling sulit bagi Rasulullah Saw. dan beliau harus mengumpulkan seluruh kekuatan kesadarannya untuk menerima, menghapal, dan memahaminya.

2. Malaikat menjelma kepada rasul sebagai seorang laki-laki dalam bentuk manusia. Cara yang seperti ini lebih mudah daripada cara yang sebelumnya, karena adanya kesesuaian antara pembicara dan pendengar. Rasulullah Saw. merasa sangat gembira mendengar pesan yang dibawa oleh Malaikat Jibril sebagai pembawa wahyu.

 Kemudian timbul pertanyaan tentang bagaimana komunikasi ini bisa terjadi, padahal ada perbedaan dalam watak, karena adanya perbedaan dalam tingkat eksistensi? Jawabannya adalah bahwa terjadi perubahan pada salah satu dari dua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi, sehingga komunikasi dengan pihak lain menjadi mungkin. Pertama, Rasulullah Saw. berubah dari status kemanusiaannya menjadi status malaikat, kemudian menerima wahyu dari Malaikat Jibril. Kedua, Malaikat Jibril mengubah diri untuk masuk ke dalam status kemanusiaan, sehingga Rasulullah Saw. dapat menerima wahyu dari Malaikat Jibril. Perubahan yang pertama adalah yang paling berat.

 Menurut Ibnu Khaldun sebagaimana yang dikutip oleh Khairon Nahdhiyyin," dalam kaitannya dengan komuniakasi antara Rasulullah saw. dengan Jibril. Ada dua keadaan, pertama: Rasulullah saw. melepaskan kodratnya sebagai manusia yangbersifat jasmani untuk berhubungan dengan malaikat yang sifatnya rohani. Kedua: malaikat berubah dari wujud asli menjadi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun