Salah satu penggagasnya, Prof. Alimatul Qibtiyah dari UIN Sunan Kalijaga, bilang yel-yel ini sebenarnya lahir dari niat baik: membumikan nilai saling, setara, dan bersama dalam pernikahan lewat cara yang menyenangkan.Â
Belakangan saya baru sadar, itu semacam praktik mubadalah versi bisa ditepukkan.
Sayangnya, seperti banyak hal di negeri ini, begitu niat baik bertemu birokrasi dan media sosial, hasilnya bisa berubah jadi tontonan yang agak sulit dibedakan antara edukasi dan variety show.Â
Pada tahun 2024, KUA Menteng mengemas ulang tepuk ini dengan aransemen lebih ceria, lengkap dengan irama yang bisa bikin Dinas Pariwisata iri.Â
Lalu pada 20 Desember 2024, video itu diunggah dan meledak.Â
Algoritma bekerja seperti biasa: ratusan ribu view, ribuan komentar, dan entah berapa video parodi.Â
Warganet ikut menepuk, bukan karena sakinah, tapi karena bingung harus tertawa atau prihatin.
Tepuk yang Salah Tempo
Niat awal Tepuk Sakinah sebenarnya baik. Di dalamnya ada lima pilar fundamental pernikahan Islam—semacam Pancasila, tapi versi rumah tangga.Â
Isinya Zawaj (berpasangan), Mitsaqan Ghalizan (janji kokoh), Mu’asyarah Bil Ma’ruf (saling berbuat baik), Musyawarah, dan Taradhin (saling ridho).
Saya justru penasaran kenapa tepuk ini berubah jadi bahan tertawaan publik, dari yang ngakak, ilfeel, sampai tepuk jidat.Â