Algoritma di sana lebih mengenal kita daripada ibu sendiri. Mereka tahu kita lebih takut kehilangan cashback Rp100 ribu daripada kehilangan uang Rp100 ribu. Fenomena ini disebut loss aversion.
Mereka pasang harga jangkar tinggi agar diskon 80% kelihatan seperti kesempatan suci yang nggak bakal terulang lagi. Kita ngebela diri, “Ini kan investasi!” Padahal sebagian besar harga coretan itu cuma tipuan visual.
Strategi flash sale tanggal kembar terbukti menyumbang 45,3% pada perilaku belanja impulsif masyarakat. Artinya, hampir setengah keputusan kita bukan karena butuh, tapi karena panik.
Per April 2025, total utang masyarakat Indonesia di layanan PayLater sudah mencapai Rp 29,59 triliun.
Cara Ngeles yang Masuk Akal (tapi beneran membantu)
Tentu esai ini bukan khutbah anti-belanja. Resepnya bukan “jangan beli.” Itu sama aja melawan biologi, budaya, dan algoritma.
Saya paham kok, kita hidup di zaman di mana checkout terasa seperti bentuk lain dari doa.
Jadi yang bisa dilakukan cuma negosiasi kecil dengan diri sendiri. Kasih jeda 24 jam untuk barang non-kebutuhan.
Bikin daftar “Dosa Finansial yang Diizinkan.” Tiga item per bulan. Kalau udah tiga, stop. Pindahkan aplikasi ke folder bernama “Tunggu Akal.”
Kadang satu tap tambahan itu cukup buat logika menyusul nafsu.
Buat juga budget khusus “Ritual Bodoh yang Aman.” Misalnya 2% dari penghasilan untuk hal receh yang bikin hati ringan—stiker, tanaman mini yang bisa loncat-loncat, atau kaus kaki bergambar kucing ketawa.