Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Author

Mahéng menulis di berbagai platform. Di Kompasiana, ia belajar menguleni isu-isu berat dengan adonan humor, kadang matang, sesekali gosong, adakalanya garing, dan nggak jarang absurd, persis seperti hidupnya sendiri. Intip X/IG @iamaheng.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Panggilan Suci 10.10: Saat Kita Merayakan Perbudakan Konsumerisme dengan Riang Gembira

7 Oktober 2025   15:57 Diperbarui: 7 Oktober 2025   20:28 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Euforia tanggal kembar 10.10 perayaan besar para budak diskon. Sumber: Generasi Kecerdasan Buatan 

Saudara saya sebangsa dan setanah air, meski tanah dan airnya entah sekarang milik siapa. 

Khususnya para Kompasianer yang senantiasa update kabar negara ini lewat Kompasiana, media sosial atau lewat belanja. 

Saya ini orangnya gampang panik. Sudah tanggal 7 Oktober, tiga hari lagi kita masuk 10.10: sepuluh kesenangan di awal, sepuluh penderitaan setelahnya.

Tanggal Kembar dan Kutukan yang Kita Rayakan

Fenomena tanggal kembar ini semacam kutukan di zaman modern. Semuanya bermula dari Singles’ Day (11.11) di Tiongkok tahun 2009—hari untuk merayakan kejomloan biar nggak merasa sendirian.

Tapi manusia, sebagaimana fitrahnya, memang sulit membedakan antara cinta dan diskon. Dari niat merayakan kesendirian, tiba-tiba berubah jadi festival belanja terbesar di dunia. 

Ketika Diskon Jadi Agama Baru

Tradisi tanggal kembar ini pun menular ke banyak negara, termasuk kita tahun 2012, yang kini setiap bulan seperti punya hari suci baru: 1.1, 2.2, 3.3, 4.4, 5.5, 6.6, 7.7, 8.8, 9.9, dan sebentar lagi 10.10.

Setiap tanggal kembar, dompet ikut bergetar, jari-jari gatal, dan logika mendadak pensiun dini. 

Lucunya, yang awalnya dibuat untuk menertawakan kesepian, sekarang justru bikin banyak orang berakhir sendirian—di akhir bulan, ditemani saldo yang bikin pingsan.

Membeli barang di tanggal kembar itu mirip ritual mencari antidepresan digital. Hidup lagi stres, kerjaan buntu, utang belum lunas, tetangga ribut, dan di media sosial orang-orang saling serang soal Sahara dan Yai Mim, padahal kita bahkan nggak kenal dua-duanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun